Share

Bab 7 Penolakan Zeyna

Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.

Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin.

"Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang.

"Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.

Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.

Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.

****

Sedangkan di tempat Zeyna....

Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya.

"Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.

Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi.

"Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.

Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.

Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya.

"Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak karena kalian mengganggu saya." ucap Zeyna.

"Hahaha.....teriak saja nona manis. Tidak akan ada yang mendengarmu, karna area sini sangat sepi. hampir tidak ada orang yang akan melewati jalur ini." ucap pria itu.

Hati Zeyna bergetar. dia benar benar ketakutan. Tapi dia tidak bisa memperlihatkan rasa takutnya.

Karena jika Zeyna memperlihatkan rasa takutnya, maka yang ada mereka akan semakin merajalela.

"Ya Allah, tolonglah hambamu ini. Hamba takut, ya Allah." ucap Zeyna dalam hati.

Mereka mulai melangkah mendekat, dan Zeyna mengambil langkah mundur.

Saat Zeyna mentok di dinding, dia benar benar semakin ketakutan.

"Seseorang, tolong aku...." ucap Zeyna dalam hati.

Entah kenapa bayang bayang wajah Rin terlintas di pikirannya.

Tangan pria asing itu ingin menyentuh tangan Zeyna.

Zeyna menutup matanya, dan berharap seseorang menghentikan mereka.

Tinggal beberapa senti lagi tangan pria itu menyentuh Zeyna, tapi....

Grep....bugh...bugh...bugh....

Tiba tiba saja pria itu di tarik dan langsung di hajar.

Teman pria itu terkejut karena temannya yang tiba tiba di tarik dan di pukuli.

Zeyna membuka matanya dan melihat siapa orang yang menolongnya.

"Rin, Akio-kun." ucap Zeyna saat melihat Rin dan Akio yang memukuli dua orang itu.

"Berani sekali kau ingin menyentuhnya? Kau sudah tidak ingin hidup. HAH?....Bugh..."

Rin memukuli wajah pria itu hingga memar memar.

Zeyna yang melihat itu tidak bisa membiarkannya saja, takut Rin akan membunuhnya nanti.

Sedangkan Akio sudah berhenti menghajarnya, karena lawannya sudah tidak bisa bangkit lagi.

"Zey kau tidak apa?" Tanya Akio.

Zey mengambil langkah mundur satu langkah untuk menjaga jarak dengan Akio.

"Aku tidak apa. Tapi tolong hentikan, Rin." ucap Zeyna.

Akio menganggukkan kepala nya dan berjalan memisahkan Rin dari pria yang mengganggu Zeyna tadi.

"Sudah cukup, Rin." ucap Akio yang menarik lengan Rin dan menahannya.

"Lepas, dia ingin menyakiti Zeyna. Aku tidak terima. Lepaskan aku! biar aku menghajar dia sampai mati." ucap Rin yang di penuhi amarah.

"Jika kamu menghajar nya sampai mati, maka kau akan terkena pidana, Rin " ucap Zeyna

Mendengar suara Zeyna membuat Rin menghentikan niatnya dan beralih menatap Zeyna.

"Kamu tidak apa? Apa dia menyentuhmu?" Rin terlihat begitu khawatir.

Bahkan Rin ingin menyentuh pundak Zeyna. Tapi Zeyna lebih dulu mundur dan mengangkat tangannya. Memberi isyarat untuk tidak menyentuhnya.

"Aku tidak apa. terima kasih kalian sudah datang menolongku." ucap Zeyna.

Rin tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kalian berdua pergi duluan ke tempat yang lain. Aku akan membawa dua orang ini ke tempat penjaga." ucap Akio.

"Tapi....bukankah lebih baik kalau kita pergi bersama?" Saran Zeyna. Karena dirinya merasa kurang nyaman jika hanya berdua dengan Rin.

"Tidak, Zey. Kyoyo-san terlihat begitu sangat khawatir. Jadi kamu dan Rin kembali lebih dulu." ucap Akio.

Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Akio menarik kedua orang itu dan membawanya ke tempat petugas.

Tinggallah, Zeyna dan Rin. Mereka berjalan ke tempat Kyoyo dan yang lainnya.

Rin berjalan di belakang Zeyna sambil menatap punggung Zeyna.

"Jangan berjalan di belakangku. Lebih baik kamu berjalan beriringan denganku. Akan tetapi sedikit berjarak." ucap Zeyna yang seolah memahami kalau Rin sedang memandangnya.

Mendengar ucapan Zeyna, Rin tersenyum dan langsung berjalan di samping Zeyna.

Mereka kembali diam. Sampai Rin membuka suara terlebih dahulu.

"Zeyna, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Rin dengan sangat hati hati.

Zeyna menatap Rin, "selama pertanyaanmu bisa aku jawab, maka tidak masalah." ucap Zeyna.

"Kenapa kamu sepertinya sangat menghindari bersentuhan dengan siapapun? Terutama dengan laki laki. Apa kamu memiliki trauma terhadap laki laki?" Tanya Rin.

Zeyna tersenyum, "perbaiki pertanyaanmu, Rin. Aku bukan menolak bersentuhan dengan siapapun. Hanya dengan laki laki saja, dan itu bukan karena aku memiliki trauma terhadap laki laki." jelas Zeyna.

"Lalu?"

"Karena itu adalah aturan yang harus aku patuhi. Di dalam agamaku, tuhanku sangat menjaga seorang wanita. Kaum wanita juga sangat dihormati. Maka dari itu, kami para kaum wanita harus menjaga martabat kami, dan menjaga diri dengan baik." jelas Zeyna.

Rin tampak tidak mengerti dengan penjelasan Zeyna.

"Singkatnya, kami dilarang bersentuhan langsung dengan seorang laki laki yang tidak memiliki hubungan apapun. Kecuali di saat yang paling terdesak." jelas Zeyna.

"Contohnya?"

"Contohnya, antara hidup dan mati. jika kau tidak menyentuhku, aku akan mati. Singkatnya seperti itu." jelas Zeyna.

"Lalu, apa semua laki laki? Bagaimana dengan ayahmu?" Tanya Rin yang sepertinya semakin tertarik.

"Bukankah aku sudah bilang, seseorang yang tidak memiliki hubungan apapun. Itu berarti jika memiliki hubungan darah boleh. Seperti ayah atau saudara kandung laki laki." jelas Zeyna.

"Dan satu lagi. Satu orang laki laki yang tidak memiliki hubungan darah yang bisa menyentuh wanita." ucap Zeyna.

"Siapa?" Rin menatap begitu penasaran.

"Suami. Gelar yang bisa menyentuh sepenuhnya hanya seorang pria yang memiliki gelar suami." Jelas Zeyna dengan penuh senyuman.

Seketika Rin merasa senang, tapi beberapa saat kemudian dia merasa sedih.

Rin kembali teringat dengan ucapan mamanya, untuk tidak mencintai Zeyna.

Zeyna sepertinya sadar dengan perubahan ekspresi wajah Rin.

"Rin, kamu baik baik saja?" Tanya Zeyna.

Rin menghentikan langkahnya. Tepat di bawah pohon sakura yang berguguran kelopaknya. Zeyna merasa heran juga berhenti dan menatap ke arah Rin.

"Em...apa aku bisa menjadi salah satu dari kandidat untuk menjadi suami mu?" Ucap Rin.

Seketika Zeyna terpaku dengan ucapan Rin. Angin sepoi sepoi menghampiri keduanya.

Kelopak kelopak sakura yang berterbangan ke arah mereka.

Entah kenapa jantung Zeyna berdebar dan wajahnya seketika merona dengan ucapan Rin.

Ini adalah hari kedua di mana Zeyna dan Rin bertemu, dan secepat itu Rin jatuh cinta dengan Zeyna.

Keduanya hanya diam, dan pandangan mereka bertemu satu sama lain.

Zeyna benar benar tidak tahu harus menjawab apa

Hatinya ingin menolak, tapi mulutnya sangat sulit untuk mengatakan hal itu.

Zeyna tersenyum, "takdir kita berdua berbeda, Rin. dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya."

"Kenapa Zey? Apa kamu tidak memberikanku kesempatan untuk membuktikan ucapanku?"

Zeyna berbalik membelakangi Rin, "bukan aku tidak memberimu kesempatan. tapi....dari segi apapun, kamu sudah tereliminasi, Rin. Kuharap kamu mengerti " ucap Zeyna yang langsung pergi tanpa menatap Rin.

Rin masih terpaku dengan ucapan Zeyna, tereliminasi? Kenapa?, itulah yang ada di benak Rin saat ini.

"Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju "

Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status