Setelah usai makan siang, Zeyna belum kunjung kembali.
Hal itu membuat Kyoyo dan yang lainnya merasa khawatir, terutama Rin."Bibi, aku susul Zeyna ya." ucap Rin yang benar benar tidak tenang."Iya, kamu dan Akio susul Zeyna. Bibi takut terjadi apa apa padanya." ucap Kyoyo.Kyoyo begitu terlihat khawatir dengan Zeyna.Tanpa berpikir panjang, Rin dan Akio pergi ke tempat ibadah umat muslim yang ada di dekat taman.****Sedangkan di tempat Zeyna....Zeyna berusaha menghindari dua orang yang sedang mengganggunya."Maaf, biarkan saya lewat. Saya buru buru." ucap Zeyna dengan tegas.Dua pria itu tertawa melihat Zeyna. Keadaan sekitar juga terlihat sepi."Nona manis, jangan melawan. Ikut saja dengan kami. Kami pasti akan membuatmu nyaman." ucap salah satu dari mereka.Mendengar hal itu membuat Zeyna sangat jijik dengan mereka.Tatapan mesum dan penampilan yang berantakan membuat Zeyna ingin sekali memukulnya."Saya tegaskan sekali lagi. Minggir! Saya buru buru, atau saya akan berteriak karena kalian mengganggu saya." ucap Zeyna."Hahaha.....teriak saja nona manis. Tidak akan ada yang mendengarmu, karna area sini sangat sepi. hampir tidak ada orang yang akan melewati jalur ini." ucap pria itu.Hati Zeyna bergetar. dia benar benar ketakutan. Tapi dia tidak bisa memperlihatkan rasa takutnya.Karena jika Zeyna memperlihatkan rasa takutnya, maka yang ada mereka akan semakin merajalela."Ya Allah, tolonglah hambamu ini. Hamba takut, ya Allah." ucap Zeyna dalam hati.Mereka mulai melangkah mendekat, dan Zeyna mengambil langkah mundur.Saat Zeyna mentok di dinding, dia benar benar semakin ketakutan."Seseorang, tolong aku...." ucap Zeyna dalam hati.Entah kenapa bayang bayang wajah Rin terlintas di pikirannya.Tangan pria asing itu ingin menyentuh tangan Zeyna.Zeyna menutup matanya, dan berharap seseorang menghentikan mereka.Tinggal beberapa senti lagi tangan pria itu menyentuh Zeyna, tapi....Grep....bugh...bugh...bugh....Tiba tiba saja pria itu di tarik dan langsung di hajar.Teman pria itu terkejut karena temannya yang tiba tiba di tarik dan di pukuli.Zeyna membuka matanya dan melihat siapa orang yang menolongnya."Rin, Akio-kun." ucap Zeyna saat melihat Rin dan Akio yang memukuli dua orang itu."Berani sekali kau ingin menyentuhnya? Kau sudah tidak ingin hidup. HAH?....Bugh..."Rin memukuli wajah pria itu hingga memar memar.Zeyna yang melihat itu tidak bisa membiarkannya saja, takut Rin akan membunuhnya nanti.Sedangkan Akio sudah berhenti menghajarnya, karena lawannya sudah tidak bisa bangkit lagi."Zey kau tidak apa?" Tanya Akio.Zey mengambil langkah mundur satu langkah untuk menjaga jarak dengan Akio."Aku tidak apa. Tapi tolong hentikan, Rin." ucap Zeyna.Akio menganggukkan kepala nya dan berjalan memisahkan Rin dari pria yang mengganggu Zeyna tadi."Sudah cukup, Rin." ucap Akio yang menarik lengan Rin dan menahannya."Lepas, dia ingin menyakiti Zeyna. Aku tidak terima. Lepaskan aku! biar aku menghajar dia sampai mati." ucap Rin yang di penuhi amarah."Jika kamu menghajar nya sampai mati, maka kau akan terkena pidana, Rin " ucap ZeynaMendengar suara Zeyna membuat Rin menghentikan niatnya dan beralih menatap Zeyna."Kamu tidak apa? Apa dia menyentuhmu?" Rin terlihat begitu khawatir.Bahkan Rin ingin menyentuh pundak Zeyna. Tapi Zeyna lebih dulu mundur dan mengangkat tangannya. Memberi isyarat untuk tidak menyentuhnya."Aku tidak apa. terima kasih kalian sudah datang menolongku." ucap Zeyna.Rin tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban."Kalian berdua pergi duluan ke tempat yang lain. Aku akan membawa dua orang ini ke tempat penjaga." ucap Akio."Tapi....bukankah lebih baik kalau kita pergi bersama?" Saran Zeyna. Karena dirinya merasa kurang nyaman jika hanya berdua dengan Rin."Tidak, Zey. Kyoyo-san terlihat begitu sangat khawatir. Jadi kamu dan Rin kembali lebih dulu." ucap Akio.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Akio menarik kedua orang itu dan membawanya ke tempat petugas.Tinggallah, Zeyna dan Rin. Mereka berjalan ke tempat Kyoyo dan yang lainnya.Rin berjalan di belakang Zeyna sambil menatap punggung Zeyna."Jangan berjalan di belakangku. Lebih baik kamu berjalan beriringan denganku. Akan tetapi sedikit berjarak." ucap Zeyna yang seolah memahami kalau Rin sedang memandangnya.Mendengar ucapan Zeyna, Rin tersenyum dan langsung berjalan di samping Zeyna.Mereka kembali diam. Sampai Rin membuka suara terlebih dahulu."Zeyna, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Rin dengan sangat hati hati.Zeyna menatap Rin, "selama pertanyaanmu bisa aku jawab, maka tidak masalah." ucap Zeyna."Kenapa kamu sepertinya sangat menghindari bersentuhan dengan siapapun? Terutama dengan laki laki. Apa kamu memiliki trauma terhadap laki laki?" Tanya Rin.Zeyna tersenyum, "perbaiki pertanyaanmu, Rin. Aku bukan menolak bersentuhan dengan siapapun. Hanya dengan laki laki saja, dan itu bukan karena aku memiliki trauma terhadap laki laki." jelas Zeyna."Lalu?""Karena itu adalah aturan yang harus aku patuhi. Di dalam agamaku, tuhanku sangat menjaga seorang wanita. Kaum wanita juga sangat dihormati. Maka dari itu, kami para kaum wanita harus menjaga martabat kami, dan menjaga diri dengan baik." jelas Zeyna.Rin tampak tidak mengerti dengan penjelasan Zeyna."Singkatnya, kami dilarang bersentuhan langsung dengan seorang laki laki yang tidak memiliki hubungan apapun. Kecuali di saat yang paling terdesak." jelas Zeyna."Contohnya?""Contohnya, antara hidup dan mati. jika kau tidak menyentuhku, aku akan mati. Singkatnya seperti itu." jelas Zeyna."Lalu, apa semua laki laki? Bagaimana dengan ayahmu?" Tanya Rin yang sepertinya semakin tertarik."Bukankah aku sudah bilang, seseorang yang tidak memiliki hubungan apapun. Itu berarti jika memiliki hubungan darah boleh. Seperti ayah atau saudara kandung laki laki." jelas Zeyna."Dan satu lagi. Satu orang laki laki yang tidak memiliki hubungan darah yang bisa menyentuh wanita." ucap Zeyna."Siapa?" Rin menatap begitu penasaran."Suami. Gelar yang bisa menyentuh sepenuhnya hanya seorang pria yang memiliki gelar suami." Jelas Zeyna dengan penuh senyuman.Seketika Rin merasa senang, tapi beberapa saat kemudian dia merasa sedih.Rin kembali teringat dengan ucapan mamanya, untuk tidak mencintai Zeyna.Zeyna sepertinya sadar dengan perubahan ekspresi wajah Rin."Rin, kamu baik baik saja?" Tanya Zeyna.Rin menghentikan langkahnya. Tepat di bawah pohon sakura yang berguguran kelopaknya. Zeyna merasa heran juga berhenti dan menatap ke arah Rin."Em...apa aku bisa menjadi salah satu dari kandidat untuk menjadi suami mu?" Ucap Rin.Seketika Zeyna terpaku dengan ucapan Rin. Angin sepoi sepoi menghampiri keduanya.Kelopak kelopak sakura yang berterbangan ke arah mereka.Entah kenapa jantung Zeyna berdebar dan wajahnya seketika merona dengan ucapan Rin.Ini adalah hari kedua di mana Zeyna dan Rin bertemu, dan secepat itu Rin jatuh cinta dengan Zeyna.Keduanya hanya diam, dan pandangan mereka bertemu satu sama lain.Zeyna benar benar tidak tahu harus menjawab apaHatinya ingin menolak, tapi mulutnya sangat sulit untuk mengatakan hal itu.Zeyna tersenyum, "takdir kita berdua berbeda, Rin. dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.""Kenapa Zey? Apa kamu tidak memberikanku kesempatan untuk membuktikan ucapanku?"Zeyna berbalik membelakangi Rin, "bukan aku tidak memberimu kesempatan. tapi....dari segi apapun, kamu sudah tereliminasi, Rin. Kuharap kamu mengerti " ucap Zeyna yang langsung pergi tanpa menatap Rin.Rin masih terpaku dengan ucapan Zeyna, tereliminasi? Kenapa?, itulah yang ada di benak Rin saat ini."Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju "Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Jika kamu berpikiran untuk bersama Zeyna mama tidak setuju."Rin kembali teringat dengan ucapan mama nya waktu itu."Apa sesulit itukah tembok yang harus ku lalui untuk mendapatkan hati, Zeyna?" Gumam Rin."Apa hanya karena beda kepercayaan, maka dari itu Zeyna menghindari ku? Bukankah banyak ya zaman sekarang yang menikah beda agama?" Rin terus bergumam memikirkan ucapan Zeyna padanya.Seorang pria merangkul pundak Rin saat dia sedang melamun.Hal itu membuatnya terkejut, dan hampir saja memukul Akio"Ini aku, kau ingin memukulku?" Ucap Akio yang menepis tangan Rin."Kau membuatku terkejut, untung saja kau langsung menepis tanganku. Jika tidak, aku tidak tanggung jawab jika kau terluka." ucap Rin."Aku sudah memanggilmu berkali kali, tapi kau tidak mendengarkanku." "Huh....sebaiknya kita kembali, takutnya bibi dan yang lain khawatir." ucap Rin yang langsung melangkah tanpa menunggu Akio.Akio menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rin.Tapi baru beberapa langkah, Akio baru ters
Zeyna dan Miyuki pergi ke acara panggung Rin dan ayahnya.Zeyna mengenakan pakaian yang baru saja dibelikan oleh Miyuki.Jujur dirinya merasa kurang nyaman dengan pakaian yang di belikan Miyuki.Bukan karena apapun, Zeyna menjadi pusat perhatian. Hal itu yang membuatnya tidak nyaman."Bibi, Zey ganti pakaian saja, ya. Zey merasa tidak nyaman." Ucap Zeyna yang merangkul lengan Miyuki."Em? Kenapa? Apa pakaiannya tidak enak dipakai?" "Bukan, Bibi. Tapi....Zey tidak nyaman menjadi pusat perhatian." Ucap Zeyna.Miyuki tersenyum dan mengusap tangan Zeyna yang di lengannya."Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani macam macam denganmu, selama ada bibi." Ucap Miyuki.Miyuki mengajak Zeyna untuk masuk. Sepanjang perjalanan Zeyna menjadi pusat perhatian. Tatapan mereka membuat Zeyna tidak nyaman.Miyuki yang menyadari hal itu, langsung memberikan kode kepada dua orang bodyguard untuk membuat orang orang agar tidak menatap ke arah Zeyna dan Miyuki."Mama!..." Seorang pria memanggil M
"Baiklah. Bibi akan memikirkan dengan baik, apa yang bibi inginkan. Setelah acara selesai, bibi akan mengatakan apa yang bibi inginkan." Miyuki kembali ceria dan menggandeng tangan Zeyna untuk menuju aula panggung.Tanpa Zeyna sadari ekspresi Miyuki berubah.Jujur saja, Miyuki memikirkan hal lain saat Zeyna memberikan Rin sebuah gelang.Di pandangan Miyuki, dia melihat kalau putranya menaruh perasaan pada Zeyna, begitupun sebaliknya. Miyuki hanya takut jika perasaan keduanya tidak terwujud dan keduanya akan merasakan sakit yang luar biasa."Bibi berharap, semoga kamu dan Rin tidak memiliki rasa satu sama lain, Zeyna." Ucap Miyuki dalam hati.Miyuki dan Zeyna duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh pelaksana acara. Secara, Miyuki adalah salah satu tamu istimewa mereka.Acara berjalan dengan baik. Hingga ada kesempatan di mana seorang pianis terkenal akan memainkan sebuah lagu yang berjudul A Thousand Years.Seseorang muncul di tengah panggung dan memberikan salam untuk semuanya.Par
Malam Festival musim semi....Malam ini adalah Festival musim semi yang ke tiga.Dan kali ini Zeyna baru bisa m3nghadiri atau ikut serta.Kali ini, Zeyna bersama dengan Ayumi, Akio dan Rin."Zey, mau coba manisan?" tanya Ayumi.Zeyna tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.Ayumi menarik Zeyna ke tempat kedai manisan.Akio dan Rin menunggu di kursi bawah pohon sambil menunggu Zeyna dan Ayumi selesai berbelanja.Hanya ada kesenyapan di antara mereka berdua. Rin sibuk dengan ponsel nya, sedangkan Akio menatap orang orang yang lewat dan mengawasi Zeyna dan Ayumi dari jauh."Hey, Rin." Panggil Akio.Rin mengalihkan perhatiannya dan menatap Akio."Menurutmu, apa aku dan Ayumi bisa bersama?" tanya Akio yang menatap ke arah Ayumi dari jauh.Rin mengikuti arah pandang Akio, "menurutmu, bagaimana? Apa Ayumi menolakmu? Atau malah sebaliknya?" "Emm...aku tidak yakin." "Huh....kau sendiri saja tidak yakin. Bagaimana denganku?" ketus Rin."Dan, kau. Bagaimana hubunganmu dengan Zeyna?
Zeyna menutup bukunya, "kamu menggodaku, Rin?" Zeyna tersenyum tipis dan menatap Rin.Saat tatapan mereka bertemu, Rin langsung memalingkan wajahnya. Tampak wajah Rin yang merona karena ulah Zeyna."Pfft...hahaha....." Zeyna tertawa bahagia melihat ekspresi Rin.Rasanya sangat lucu melihat Rin yang seperti ini.Rin sendiri melihat Zeyna yang tertawa lepas juga ikut bahagia."Maaf, Rin. Aku bercanda." Ucap Zeyna disertai kekehan lembutnya."Kamu__benar benar ya, Zey." "Maaf, Rin."Zeyna terlihat sangat bahagia, senyuman tidak luntur dari wajahnya, dan tawa lembutnya membuat orang di sekitarnya juga ikut bahagia.Bus yang mereka tunggu tiba....Terlihat ada dua kursi yang kosong."Zey, kamu duduk sini." Ucap Rin yang mempersilahkan Zeyna untuk duduk."Terima kasih. Tapi, bagaimana denganmu?" "Jangan khawatirkan aku. Aku akan menjaga dan menghormatimu. Jadi aku akan berdiri di sini saja." Ucap Rin.Mendengar hal itu, Zeyna tersenyum."Terima kasih, Rin." Ucap Zeyna dengan tulus.Jantung
Sesampai di toko buku, Rin langsung ke kasir untuk bertanya tentang pesanannya. "Permisi...saya ingin mengabil pesanan saya dua hari lalu." Ucap Rin "Atas nama siapa?" ucap penjaga toko "Rin Kiyotaka." "Sebentar, saya periksa dulu." Tak lama sang penjaga toko kembali dengan membawa dua buku di tangannya. "Ini, tuan." "Berapa?" "1.441yen." Setelah membayar bukunya, Rin melihat jam tangannya, dan tersenyum. Dengan rasa gembira, Rin pergi dari toko buku dan bersiap ke tempat selanjutnya. Di cafe.... Seorang wanita cantik yang duduk di cafe sendirian. Menatap ke arah luar, menunggu kedatangan seseorang yang di tunggu. Tak lama sebuah mobil terparkir di depan cafe, dan seorang pria turun dari mobil. Seketika senyuman wanita itu terukir diwajahnya. "Maaf, membuatmu menunggu, Zeyna." ucap Rin yang baru saja sampai "Tidak apa, sepertinya aku yang datang lebih dulu dari waktu yang kita tentukan." ucap Zeyna. Dua hari lalu.... Di toko buku.... Zeyna tampak menusuri setiap r
Kini Zeyna sudah berada di rumah. Cuaca musim panas ini menurutnya tidak terlalu panas. Karena di tempatnya lebih panas dibandingkan di sini. Zeyna merebahkan tubuhnya di sofa dan kembali teringat dengan ucapan Rin. Flashback.... "Memangnya, jika aku masuk agamamu, aku akan mempelajari semua itu?" tanya Rin dengan wajah polosnya. "Hah? Aku hanya bercanda, Rin. Jangan dibawa serius gitu." ucap Zeyna. "Tapi, bagaimana jika aku tidak bercanda?" ucap Rin dengan serius. Zeyna terpaku dengan ucapan Rin. Jantungnya juga menjadi berdebar, dan wajahnya merona. "Em...ba...bagaimana dengan persiapan penampilanmu hari ini? Ak...apa semua baik baik saja?" ucap Zeyna yang mengalihkan perhatian. "Huh...persiapanku tidak ada yang bermasalah. Aku ini orang yang hebat, jadi itu semua sangat mudah bagiku." ucap Rin yang sedikit menyombongkan dirinya. "Jangan sombong, Rin. Tidak ada yang tau masa depan. Jadi jangan meninggikan diri terlalu berlebihan. Jika tidak sesuai kamu akan kecewa." ucap Zey
Sesampainya di rumah....Rin merebahkan tubuhnya di kasur, hari ini benar benar lelah.Rin menatap tangannya yang terpasang gelang pemberian Zeyna.Seketika dia tersenyum dan kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan Zeyna.POV: Rin.Hari ini adalah awal musim semi. Seperti biasa aku melakukan pemotretan alam yang terlihat sangat indah.Kelopak kelopak sakura beterbangan terbawa angin.Saat aku ingin memotret kelopak sakura yang beterbangan terbawa angin, aku melihat seorang wanita cantik bagai bidadari yang terlihat menikmati angin sejuk itu."Cantik...." gumamku.Rin memotret Wanita itu. Senyuman yang terlihat alami. Sehingga hasilnya sangat sempurna.Aku mendekati wanita itu, "permisi, Nona cantik..." Wanita itu berbalik dan menatapku. Mata coklat terang dan senyumannya membuat dadaku berdenyut dan jantungku seketika berdetak dengan cepat seperti habis berlari.Wanita cantik itu mundur satu langkah kebelakang. Hal itu membuatku sedikit bingung. Tapi aku wajar, mungkin dia