Impian hidup seperti apa yang sudah dirangkai oleh Aneira Zahna Nalani, sepertinya tidak akan pernah terwujud. Kepribadiannya yang cerdas, penurut, rajin, baik, dan segala bentuk sempurna seorang gadis remaja kebanggaan orangtua serta guru tetap tidak menjamin hidupnya terbebas dari masalah. Ketika di usinya yang baru tujuh belas tahun, selain tanggung jawab belajar dengan giat, tiba-tiba ia dihadapkan pada sebuah tanggung jawab besar mengurus keluarga. Bermula dari tragedi kematian papanya yang meninggalkan sebuah misteri, membawa ia bertemu dengan sosok Keanu Atlan Bumi. Cowok berwujud sempurna, tampan, kaya, cerdas, yang selama ini berkeliaran di sekitarnya, namun tidak pernah terbayangkan akan menjadi bagian dari kisah hidupnya. Kisah hidup monotonnya yang seakan sudah tertulis harus banting setir ketika mengenal Atlan juga orang-orang di sekitar cowok itu. Tidak ada lagi siklus "sekolah untuk belajar, lulus, kemudian kuliah, lalu bekerja." Yang terjadi justru "sekolah untuk mendapat masalah dan musuh." Lalu, kisah seperti apa sebenarnya yang akan diukir Atlan untuk Neira? • • • • • • • • • • • • • • • KISAH DI PENGHUJUNG SMA (Teenfiction) Fhyfhyt Safitri 02 Oktober 2021
view moreSeorang gadis yang masih berseragam SMA lengkap dengan tas menggantung di punggung, berlarian menyusuri lorong sebuah rumah sakit. Tempat itu sudah rutin ia datangi selama tiga hari terakhir ketika pulang sekolah. Namun, kali ini kedatangannya begitu terburu-buru terlihat bagaimana ia tidak sempat untuk sekedar berganti pakaian.
Dengan napas terengah gadis itu berhasil tiba di depan sebuah ruang rawat bertuliskan VIP kelas satu. Sebelum masuk, ia harus menyingkirkan gurat khawatir juga menghapus bercak air mata yang sempat lolos membasahi pipinya ketika dalam perjalanan menuju ke sana.
Setelah menghirup napas beberapa kali dan kembali memasang topeng baik-baik saja, tangannya terulur untuk menarik handle pintu.
Ketika pintu berhasil terbuka setengah, di depannya kini berdiri dua orang berbeda gender. Sang pria adalah dokter di rumah sakit itu, dan yang wanita tidak lain adalah mamanya sendiri. Terlihat keduanya sedang bicara sehingga tidak menyadari kehadiran gadis itu di sana.
"Ibu harus lebih banyak berdoa kepada Allah."
"Serahkan semua ini kepada Sang Pencipta."
"Sesungguhnya, hidup dan mati hanya milik-Nya."
"Tidak ada salahnya mengharapkan sebuah keajaiban."
Begitulah petuah sang dokter yang disampaikan kepada wanita yang berdiri di hadapannya.
Masih dari tempatnya berdiri, gadis itu melihat seseorang sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya.
Pria yang tidak lain adalah papanya memang sudah tidak pernah sadarkan diri selain tiga hari yang lalu ketika pertama kali dibawa ke rumah sakit usai mengalami kecelakaan. Kondisi luka yang parah membuat dokter tidak bisa memastikan kapan pasiennya akan sadar. Terlebih, tadi papanya sudah mengalami kejang. Alasan utama mengapa ia rela meninggalkan pelajaran sekolah meski belum waktunya pulang.
Hal yang sempat membuat mama serta dirinya panik luar biasa kembali terjadi. Papanya kembali mengalami kejang dan dokter bergerak untuk memberi pertolongan. Dengan keahlian seorang dokter, akhirnya kejang yang dialami papanya berakhir bersamaan dengan mata pria itu yang perlahan terbuka.
Gadis itu sekuat tenaga menahan diri untuk tidak segera berlari memeluk papanya yang sudah sadarkan diri. Selain karena dokter masih melakukan pemeriksaan, ia juga tidak mau menemui sang papa dalam kondisi menangis. Berbeda dengan mamanya yang memiliki pengendalian diri menutupi kesedihan cukup baik, ia justru sangat payah dalam hal itu.
Meski di hadapan dokter, mamanya bisa menangis tersedu-sedu, ketika berhadapan dengan papanya tidak ada ekspresi selain kebahagiaan seakan semua baik-baik saja. Wanita itu bahkan bisa dengan mudah tersenyum cerah ketika meraih tangan suaminya yang terpasang selang infus.
"M-ma."
Air mata gadis itu kembali jatuh mendengar suara papanya setelah tiga hari tak sadarkan diri. Ada harapan terselip bahwa sebentar lagi papanya akan sembuh.
"M-ma."
"Iya, Pa. Mama di sini."
Meski dalam kondisi lemah, tetapi pria itu masih bisa menyunggingkan senyum walau sangat tipis hampir tidak terlihat.
"Ha-Haidar. Tem-temui d-dia."
"Pe-nga-ca-ra, su-rat wa-si-at."
"Se-lam-atkan pe-ru-sa-haan kit-ta."
Senyum nyaris tidak terlihat itu kembali terukir bersamaan dengan matanya yang perlahan tertutup. Tangan dalam genggaman mamanya juga terkulai hingga jatuh di sisi tubuhnya.
Dokter kembali memeriksa kondisi pria itu. Berbagai cara dilakukannya termasuk mencoba untuk membantu mengontrol ritme jantung pasien dengan defribrilator. Tiga kali percobaan tetap tidak ada perubahan. Bersamaan dengan monitor yang menampilkan garis lurus, dokter menyatakan bahwa pria itu sudah tiada.
"Maaf, nyawa Pak Ferdinand tidak tertolong."
Mendengar keputusan terakhir sang dokter, saat itulah gadis yang sejak tadi hanya bisa memperhatikan segalanya dari depan pintu berjalan mendekat. Ia menghampiri mamanya yang terdiam memperhatikan dokter dan perawat yang baru masuk tengah melepaskan segala alat medis yang menempel di tubuh pria itu.
"Ma," panggilnya.
Wanita itu menoleh dan tersenyum penuh kesedihan kepada sang anak. "Papa sudah tiada."
"Papa meninggalkan kita."
"Papa." Saat itulah air mata yang sudah dipendam mamanya beberapa hari kemarin mulai tumpah. Tubuhnya hampir jatuh jika saja gadis itu tidak segera memeluk mamanya.
Gadis itu mengusap punggung mamanya tanpa kata-kata. Membiarkan wanita itu untuk menumpahkan segala kesedihan. Mereka memang sama-sama kehilangan, namun tidak ada luka paling dalam selain luka mamanya. Wanita yang selalu berusaha terlihat tegar kini menjadi begitu rapuh.
Dokter dan perawat sudah keluar dari ruangan itu setelah menutup jasad papanya dengan kain putih. Gadis itu terlebih dahulu mendudukkan mamanya di kursi sebelum menghampiri ranjang di mana papanya terbaring.
Untuk beberapa saat ia menyesali dirinya yang tidak berada di samping papanya, tidak menggenggam tangan pria itu di detik-detik terakhir hembusan napasnya.
Dengan perlahan ia menarik kain putih yang menutup seluruh tubuh papanya. Air matanya ikut luruh meski tanpa isakan. Ia mendekat, memberi kecupan terakhir di dahi pria hebat selama hidupnya sambil membisikkan kata-kata yang selalu ingin ia katakan namun sekarang sudah terlambat.
"Aku sayang Papa."
🥀🥀🥀Fhyfhyt Safitri10 November 2021Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments