"Kamu bohong sama Mas, Mawar!" seru Hamdan menatap nyalang pada istri keduanya.
"Memang kenapa, Mas! Apa kamu merasa rugi karna memberikan semua uang cashmu," ujar Mawar padahal dalam hatinya ia bergetar ketahuan.
Hamdan mengembuskan napasnya. "Bukan begitu, kenapa kamu pakai bohong cuma karna pengen uang, Mas. Kamu tinggal minta aja nanti Mas kasih," ujar Hamdan melembutkan suaranya, entahlah dia tidak kuasa memarahi istri keduanya.
"Dramanya dicut dulu ya, ini tinggal air pipis kamu taruh di wadah. Terus masukin smpe garis max tunggu tiga puluh detik terus angkat tinggal tunggu hasilnya keluar satu menitan," seru Maura menaruh tespack itu ke meja lalu bergegas ke kamar karena tidak mau ikut campur dulu, memilih melihat buah hati karena marah dengan sang Ayah.
"Siapa yang lagi ngedrama lagi, Mbak!" pekik Mawar kesal.
"Sudahlah, War. Mendingan kamu cobain tespack itu," ujar Hamdan disambut Mawar dengan hentakan kakinya.
Di bilik lain Maura t
"Apa kamu bilang, War!" hardik Maura pura-pura terkejut."Aku mau nikah secara agama dan negara!" seru Mawar dengan berani."War! Apaan sih," bentak Hamdan menatap istri keduanya dengan tatapan murka."Apa itu benar, Mas? sudah kubilang saat kalian terpergok aku hanya mengizinkan kalian menikah secara siri," seloroh Maura beralih menatap suaminya."Eh, anu ...," ucapan Hamdan terpotong oleh tawa keras Mawar."Haha ... selamat Mbak Maura kena prank," ujar Mawar membuat Maura tersenyum sinis dan mendengkus marah."Kamu ini, ya sudah. Mbak pamit pergi dulu," ujar Maura melangkah menggenggam jemari anaknya menuju mobil.Delia duduk di kursi kemudi, cengiran manisnya tak luntur. Gadis kecil itu terus berceloteh menceritakan saat dia tak diantar Maura pertama kali. Beruntung Mirna bisa mengambil hati Delia kalau tidak ia masih harus mencari pengasuh."Bunda hanya mengantar ya, Sayang. Gak bisa nungguin kamu, nanti kalau pekerjaan Bun
"Talak satu sudah jatuh," gumam Maura saat melihat video itu."Tega banget kamu, Mas! Menalak aku demi menikahi Mawar secara sah negara dan agama," bisik Maura pelan, lalu menaruh ponselnya lagi lebih memilih melakukan pekerjaan kantor.Setelah selesai Maura mengambil berkas. Menatap sendu kertas itu, sebenarnya ia tak mau. Tapi dia hanya seorang wanita yang tak mau di duakan, lebih baik berpisah bukan. Dari pada terus merasakan sakit hati, dengan penuh keyakinan mentanda tangani surat cerai.Mereka sampai rumah bersamaan, Hamdan bergandengan mesra dengan istri kedua. Sedangkan Maura menatap sinis, lalu pergi tanpa memperdulikan suami dan madunya. Wanita itu mendapatkan sambutan dengan sang buah hati, Hamdan yang mendengar suara Delia teralihkan, menatap iri Maura nan disambut."Kok Ayah gak disambut, Sayang," rajuk Hamdan mendekati anaknya, sedangkan Mawar memilih ke kamar untuk mengistirahatkan diri."Kok kalian bisa pulang bareng, terus ya
[Nyonya, Non Delia ada di rumah Omanya,] - Marni[Ya sudah, jaga Delia ya! Nanti saya jemput setelah urusan saya selesai.] - Maura"Akhirnya sampe rumah, gue harus buru-buru ngeluarin barang-barang mereka," ujar Maura membuka pintu dan masuk ke kamarnya terlebih dahulu.Setelah selesai membereskan barang-barang suaminya, Maura semakin tersenyum sumringah saat melihat ponsel Hamdan. Dengan semangat ia mengambil benda pipih itu dan masuk ke M-banking mengirim semua uang di dalam rekening itu kepada miliknya. Sehabis melakukan hal tersebut, melangkah menuju bilik Mawar."Itu apaan," gumam Maura saat melihat sesuatu di kolong ranjang.Mengambil plastik itu lalu memotret dan mengirim ke orang kepercayaannya. Dengan cekatan menyimpan pakaian Mawar yang ternyata banyak lingerie di dalam lemari. Maura menatap mual pada bekas kondom yang berada di tempat menyimpan pakaian."Astagfirullah, mereka berhubung sudah berapa lama. Bodohnya aku tid
"Masa Ibu tega sama anak Ibu sendiri, kami tidur dijalanan gitu? Kami udah gak punya uang Bu," lirih Mawar memelas, menatap sendu pada Indah.Baru saja Indah hendak berseru, suara notifikasi pesan berbunyi. Wanita itu memilih melihat isi chat itu yang ternyata dari Maura. Indah menarik napas sedikit panjang saat membaca deretan huruf itu.[Bu, jika Mawar dan Mas Hamdan ke rumah Ibu tolong izinkan saya jika mereka ingin menginap. Aku akan ke sana, mengambil mobil yang dipakai mereka. Tolong bantuannya ya, Bu.] - Maura"Ya sudah, masuk cepat! Tapi kalian jangan berzina di rumahku," ucap Indah memberikan wejangan, dia memang menyayangi Mawar tapi ia juga perlu mendidik wanita itu jika berbuat salah."Kok gitu, Bu. Kami itu udah menikah secara sah agama dan negara, sebentar lagi juga Ibu akan mendapatkan cucu," protes Mawar lalu tersenyum saat membicarakan janin di rahim tak lupa ia mengusap sayang perutnya."Apa! Kamu hamil? Semoga dia tid
Jangan lupa dukung aku ya, dengan memberi gams sebanyak-banyaknya. Kasih rate bintang 5"Kamu! Serakah sekali Ra, mengambil semua barang-barangku," hardik Hamdan menarik lengan Maura agar berdiri di hadapannya."Memang kenapa, ha! Wajar itu hartaku, kamu dan selingkuhanmu tak berhak menggunakannya! Kalau bukan karna aku, kamu sudah jadi gembel," geram Maura tak tahan mengeluarkan semua amarahnya."Tapikan," ucapan Hamdan terhenti saat Indah mengangkat tangannya."Sudahlah, Dan. Kasih kunci mobil itu, itu milik Maura. Itulah akibatnya jika kamu hanya mementingkan nafsu, cepat kasih!" perintah Indah dengan suara meninggi."Ibu gak perlu ikut campur! Ini masalah aku dan Maura," seru Hamdan tanpa sengaja membentak wanita paruh baya itu."Kamu lelaki bukan! Tau diri sedikit, cepat kasih! Kalau tidak saya akan menelepon polisi, karena kamu mengambil milik orang lain," ancam Indah membuat wajah Hamdan memucat bersamaan Mawar yan
"Maaf Mas, aku hanya ingin kamu memperhatikanku," lirih Mawar dengan suara yang diselingi isakkan."Gak gitu caranya, War! Kamu membuat rumah tanggaku hancur, bahkan karirku," hardik Hamdan menyalahkan istri keduanya."Itu juga karna kamu, Mas! Kamu menjanjikan akan membuat aku bahagia, tapi kamu malah sibuk dengan istri tuamu itu," ungkap Mawar membuat Hamdan memijit keningnya."Sudahlah kalian kenapa jadi bertengkar begini," ujar Indah menatap kedua sejoli itu."Terus aku harus bagaimana, Bu! Karna keegoisan dia aku bercerai dengan Maura," seru Hamdan membuat Mawar membeliakkan mata tak terima."Itu salah kalian berdua, bukan salah Mawar doang! Jadi jangan saling menunduh begini seperti anak kecil saja, ingat dari hasil perbuatan kalian ada janin yang harus kalian jaga!" hardik Indah."Sial!" maki Hamdan ia memukul sofa dengan penuh emosi melampiaskan amarahnya."Sudahlah, mendingan kalian cek kandungan Mawar saja." Hamdan dan Mawar
"Mbak Mawar," gumam Delia saat melihat Mawar berdiri di tempaf satpam."Apa Sayang?" tanya Maura berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis dihadapannya ini."Itu Bun. Ada Mbak Mawar," seru Delia menunjukan tempat satpam lalu Maura menoleh tatapan mereka beradu."Mawar? Kamu ke sini. Oh ... mau bawain bekal sama Mas Hamdan, ayo bareng aku masuknya," ajak Maura saat mendekati Mawar, wanita itu terdiam lalu mengangguk."Mbak ke sini ngapaian? Mau nemuin Mas Hamdan, Lia pasti kangen ya," ujar Mawar menebak Delia yang menatap ia sinis dan tak melepaskan genggaman tangan pada Maura."Itu Mas Hamdan, War. Ajak aja nanti pas istirahat makannya, dia harus profesional ya harus utama pekerjaan dulu," seru Maura menunjuk Hamdan yang tengah membawa cangkir."Mas ...," panggil Maura membuat Hamdan menoleh ke arahnya dan membulat saat melihat Mawar disamping wanita yang sudah menjadi atasannya itu."Ada apa, Bos?" tanya Hamdan pelan membuat Ma
Selalu dukung otor ya.Maura tergesa-gesa menuju rumah sakit, bahkan Aji ikut. Wanita itu langsung menerobos masuk ke ruangan, menatap anaknya yang berbaring. Delia yang melihat Maura cepat melebarkan tangan dan memeluk sang Bunda."Bunda ... badan Lia gatel semua," lapor Delia menunjukan badan yang merah-merah.Maura mengusap punggung anaknya lalu melepaskan pelukkan dan membuat kepala Delia mendongak. Air mata terus terurai di pelupuk gadis kecil itu, Ibu mana tidak merasa sedih. Tatapan Maura langsung beralih menatap Hamdan dan Mawar yang menunduk."Apakah kamu lupa jika anakmu alergi udang, ha!" geram Maura menatap murka ke arah Hamdan."Maaf, Mbak. Mawar tidak tau jika Delia alergi udang, Mas Hamdan tak salah. Dia saat itu tidak ada di rumah," jelas Mawar membuat Maura semakin membulatkan mata larena emosi."Kenapa kamu gak ada di rumah saat Delia ada di sana ha! Katanya mau menjaga malah membuat anakku j