Short
Menghadapi Kematian di Depan Mata

Menghadapi Kematian di Depan Mata

Oleh:  ErianaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Bab
3.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku mengalami kram menstruasi dan memesan obat pereda nyeri. Di aplikasi, pengantarnya tertulis seorang pengendara wanita, tapi yang datang ternyata seorang pria mabuk. Kali ini, aku tidak menelepon dua kakakku untuk meminta bantuan. Langsung saja aku melapor ke polisi. Di kehidupan sebelumnya, kedua kakakku bukan hanya memanggil semua pengawal pribadi yang ada, tetapi mereka sendiri juga buru-buru kembali. Akibatnya, mereka melewatkan drama panggung yang dimainkan oleh adik angkat mereka. Adik angkat mereka begitu sedih hingga dia menusukkan tombak mainan ke dirinya sendiri di atas panggung dan membuat dirinya terluka parah. Kedua kakakku mencoba menghiburku, "Jangan merasa bersalah. Setidaknya kamu tetap selamat." Namun, di balik itu, mereka mengikatku dan menyerahkanku kepada sekelompok pria mabuk. "Cuma pria mabuk, 'kan? Kamu bisa mengusirnya sendiri. Kenapa harus manggil kami? Sekarang lihat akibatnya. Kalau Hilda meninggal, kamu juga jangan berharap bisa hidup!" Ketika aku membuka mata lagi, aku kembali ke hari di mana pria mabuk itu mengetuk pintuku. Kali ini, aku tidak menelepon mereka. Mereka akhirnya bisa menyaksikan drama panggung adik angkat mereka, memberi dukungan dan semangat. Namun, setelah drama itu selesai, mereka malah menyesal.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Tengah malam, pria mabuk di luar pintu mengetuk dengan suara yang menggema dan meruntuhkan suasana sepi malam itu.

Aku segera mendorong sofa, meja, dan semua furnitur ke depan pintu untuk memblokirnya. Namun, bibiku mulai memindahkan satu per satu benda itu dengan ekspresi tak sabar. Dia melirikku dengan kesal. "Kamu ini berlebihan sekali!"

"Kakakmu sudah janji mau nonton drama panggung Hilda. Sekarang mereka pasti sibuk, mana mungkin ganggu mereka! Kita buka saja pintunya dan usir dia langsung, selesai perkara!"

Melihat adegan ini, aku tiba-tiba menyadari satu hal. Aku telah mengalami hal ini sebelumnya. Aku telah kembali ke masa lalu. Di kehidupan sebelumnya, kejadiannya persis seperti ini.

Saat itu, aku baru saja pindah dari rumah setelah bertengkar dengan kedua kakakku. Tidak lama setelahnya, seorang pria mabuk yang menyamar sebagai kurir datang mengetuk pintu.

Kebetulan, kedua kakakku sedang menonton drama panggung adik angkat mereka, Hilda. Aku juga bertengkar dengan bibiku saat itu. Aku mati-matian menjaga pintu agar pria itu tidak masuk, tetapi bibiku tetap ingin membukakan pintu.

Di kehidupan sebelumnya, aku menelepon kakakku untuk meminta bantuan. Namun kali ini, aku memutuskan untuk mengandalkan diriku sendiri.

Saat aku mengambil ponsel dan hendak menelepon polisi, bibiku berlari ke arahku dengan ekspresi panik. Dia merampas ponselku. "Sudah kubilang, nggak perlu seribet itu!"

Aku tahu dia akan mencoba menghentikanku, jadi saat dia sibuk menyembunyikan ponselku, aku berlari ke ruang tamu. Aku mengambil telepon rumah dan mulai memutar nomor polisi.

Namun, sebelum aku sempat menyelesaikan panggilan, bibiku menekan telepon itu dengan kasar, memutus sambungan. "Ternyata kamu mau nelepon polisi?"

"Kamu sengaja mau memaksa kakakmu untuk pulang, 'kan? Tapi kalau kakakmu pulang, Hilda mau gimana?"

Dengan amarah yang membara, bibiku mengangkat telepon rumah itu dan membantingnya ke lantai. Dia bahkan menginjak-injaknya dengan keras hingga hancur. Lalu, dia meraih lenganku dan menyeretku ke arah pintu.

"Masalah kecil begini! Kalau kamu nggak tenang, kita buka saja pintunya dan lihat siapa dia!"

Tangannya sangat kuat. Aku tidak bisa melepaskan diri. Meskipun kakiku berusaha mengerem di lantai, dia menyeret tubuhku perlahan ke depan.

Pria mabuk di luar pintu yang mulai tidak sabar, mengetuk pintu semakin keras. Suara ketukan yang tajam itu seperti palu yang menghantam langsung ke jantungku.

Aku berkeringat dingin, tubuhku bergetar setiap kali mendengar bunyi itu. Namun, bibiku tidak peduli. Dengan keras kepala, dia terus menyeretku ke pintu.

"Jangan pikir aku nggak tahu apa rencana busukmu! Kamu cuma nggak suka melihat kedua kakakmu memperhatikan Hilda, 'kan?"

"Tapi Hilda itu yatim piatu! Dia nggak punya siapa-siapa. Kalau kamu nggak mau peduli, ya sudahlah. Tapi kenapa kamu selalu iri dan nggak bisa nerima dia!"

Aku telah mengenal bibiku hampir 20 tahun. Dia selalu sombong dan memandang rendah siapa pun. Namun entah kenapa, dia sangat peduli pada Hilda.

Setiap kali Hilda tampil, bibiku selalu muncul untuk merebut apa pun yang menjadi milikku dan memberikannya pada Hilda. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa dia bahkan tidak peduli pada nyawaku.

Di luar, suara pria mabuk semakin liar. Kata-kata kotor mulai terdengar jelas menembus pintu. Aku tahu, begitu pintu itu terbuka, aku pasti mati!
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
lia latifah
sudah selesai baca
2025-05-20 01:14:18
0
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status