''Apa maksudmu? Apa yang hendak di lakukannya di luar kastil sendirian?!" Seru Alwyn bertanya dengan wajah sangat serius.
''Maaf... Maafkan kami, Tuan Gusev... Kami... Kami juga tidak tahu tentang hal itu... Hanya salah satu penjaga bilang, kalau melihat Duchess berjalan menuju gerbang belakang'' Ujar Stella dengan panik melihat raut wajah Alwyn.
Tidak lama mereka bicara satu lagi ketukan pintu terdengar dari luar.
''Masuklah!'' Seru Alwyn pemilik ruangan menjawab.
''Kau?!... Bukankah kau seorang penjaga yang baru di rekrut?'' Tanya Alwyn heran. Berani-beraninya seorang penjaga yang masih baru mendatanginya di kantornya.
''Iya.. maafkan saya, Tuan Gusev. Saya penjaga di gerbang belakang... Baru saja, Duchess meminta saya memberikan ini pada Tuan...'' Ujar Penjaga sambil menyerahkan amplop besar pada Alwyn.
''Ah!... '' penjaga itu terpekik ketika melihat Helena, ''Nyonya Whitmore, Anda juga, Duchess menitipkan ini'' Ujar penjaga itu lagi sambil memberikan amplop yang lebih kecil pada Helena.
''Tunggu!... Kenapa ada padamu? Kenapa harus kau yang menyerahkannya?!'' Seru Helena bertanya dengan raut wajah heran.
''Saya tidak tahu nyonya, Duchess hanya bilang kalau itu harus segera di serahkan'' jawab penjaga.
''Lalu di mana Duchess?!'' Seru Helena bertanya dengan nada kasar.
''Beliau sudah pergi'' jawab penjaga itu lagi.
''Apa?!... Pergi?!... Ke mana? dengan siapa?'' Tanya Helena dengan lebih berang lagi, dia menatap tajam pada penjaga baru itu.
''Iya, nyonya... Duchess sudah pergi, sendirian... Saya tidak tahu mau ke mana... Beliau, tidak bilang apa-apa... Anu, maaf...''
Penjaga itu menjawab dengan terbata-bata, melihat situasi di dalam ruangan yang tidak nyaman, belum lagi lontaran-lontaran pertanyaan padanya mengenai Duchess. Penjaga itu menyadari kalau dia telah berbuat kesalahan, dia jadi sangat ketakutan sekarang karenanya.
''Apa-apaan ini?!... Kenapa kau biarkan beliau pergi sendirian?!" Seru Helena menghardik penjaga itu dengan sangat marah.
''Maafkan... Maafkan saya Nyonya Helena... Maaf, saya benar-benar tidak tahu apa pun. Duchess bilang, yang mulia tuanku Duke sudah tahu mengenai kepergiannya'' jawab penjaga itu dengan ekspresi panik.
''BODOH!'' Seru Alwyn tiba-tiba, saat dia selesai melihat isi amplop yang ada di tangannya.
Mereka semua terkejut dengan pekikkan Alwyn, apa lagi sekarang terlihat kemarahan juga di wajahnya yang selalu datar.
''Tuan Gusev...'' Ujar penjaga itu dengan wajah lebih takut dari sebelumnya.
''Kau itu penjaga, apa tidak melihat keanehan saat melihat seorang Duchess melangkah keluar tanpa pengawal?!... Panggil semua pengawal, segera cari Duchess!'' Seru Alwyn dengan tegas memerintahkan penjaga baru itu.
Dia segera keluar dengan wajah panik setelah memberi hormat dan berpamitan, segera melaksanakan perintah Alwyn. Tidak jauh dari Alwyn terlihat Helena dengan raut wajah kecewa dan penuh penyesalan ketika membaca surat yang di titipkan Atthy pada penjaga untuknya.
Dear Helena
Kepala pelayan yang tegas tapi sangat sayang padaku, terima kasih atas semua yang kau lakukan untukku. Maafkan aku Helena, karena tidak bisa berpamitan dengan cara yang baik padamu.
Sampaikan salamku juga pada Lily dan Miriam, aku sangat menyukai mereka sayangnya hanya beberapa hari saja aku bisa bersama mereka.
Helena, aku kembalikan semua pakaian dan aksesori yang di berikan tuanmu padaku. Tidak satu pun dari barang itu yang aku bawa, begitu juga dengan Stella, Bela, dan Rosa. Mereka bertiga adalah pelayan yang di berikan Tuanmu padaku., jujur saja, selama tiga bulan mereka bekerja untuk melayaniku. Aku tidak bisa membayar upah mereka, aku tidak punya uang itu Helena. Karenanya aku menitipkan mereka padamu, minta tuanmu untuk membayar upah mereka. Karena aku tidak pernah minta untuk di berikan pelayan, tuanmu sendiri yang mengirimkan mereka padaku, jadi tuanmu harus bertanggung jawab atas upah mereka.
Maafkan aku Helena, aku terpaksa harus pergi dengan cara seperti ini, karena melihat sikapmu tadi pagi, kau pasti akan terus menghalangiku. Aku sudah berjanji pada tuanmu, aku harus menepatinya. Terima kasih untuk semuanya, jaga kesehatanmu Helena.
PS. Aku sangat menyayangimu, kau sudah seperti ibuku Helena.
Menitik air mata Helena membaca surat perpisahan dari Atthy, selain rasa sayang Atthy pada dirinya. Helena hampir tidak mengetahui separuh dari isi surat Atthy, Helena masih belum sadar sepenuhnya dia masih sulit menerima keputusan Atthy yang pergi begitu saja dari Kastil Skythia.
''Nyonya Helena ada apa? Apa isi surat itu?'' tanya Alwyn dengan ekspresi penasaran.
''Salam perpisahan Duchess untukku... Dia, pergi meninggalkan Kastil ini, Karena sudah berjanji pada yang mulia tuanku Duke'' Jawab Helena dengan nada ketus dan raut wajah menyalahkan Alwyn.
Alwyn hanya bisa mengelus dada di dalam hatinya melihat Helena yang sudah tidak lagi bisa bersikap profesional sebagai seorang kepala pelayan. Kemarahan Helena yang secara nyata di tunjukan pada Alwyn membuatnya sangat tidak nyaman. Tapi, dia hanya bisa pasrah menanggapi Helena. Sekali lagi di tengah karut marut di dalam kantor Alwyn terdengar ketukan pintu meminta izin untuk masuk.
''Tuan Alwyn! Ah... Nyonya Helena, Anda juga ada di sini?!'' seru Dokter Sarah bertanya. Dia terkejut melihat mereka semua berkumpul di dalam ruangan.
''Dokter Sarah?!'' seru Alwyn bertanya, dia terkejut dengan kehadirannya.
''Ya!... Kenapa kalian melihatku begitu? Tuan Alwyn, Anda mengirim seseorang padaku untuk segera datang kemari tadi...'' ujar Dokter Sarah menjawab keheranan mereka berdua.
''Ah iya...'' ujar Alwyn baru ingat kalau tadi pagi Helena memintanya untuk memanggil Dokter Sarah.
''Ya ampun... Benar... Duchess, dia, terluka, tubuhnya sedang dalam keadaan tidak baik. Alwyn, lakukan sesuatu. Cari Duchess segera... Alwyn! Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya...'' Seru Helena yang juga terkejut, dia baru ingat dengan keadaan fisik Atthy.
''Ha?!... Iya... Baiklah aku tahu... Maafkan aku dokter Sarah. Tapi, bisakah kau tunggu dulu, aku harus segera pergi...'' ujar Alwyn berpamitan pada Dokter Sarah. Kali ini, jelas terlihat kalau Alwyn sangat cemas.
''Hm?! Ya... Baiklah...'' ujar Dokter Sarah yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi.
Dokter Sarah lumayan heran sebetulnya, dia melihat ekspresi aneh yang tidak pernah di lihat olehnya selama empat bulan dia mengenal Alwyn dan Helena yang selama ini selalu berekspresi datar. Sangat profesional sebagai seorang abdi, apa lagi Alwyn.
''Ternyata, dia juga manusia ya... Aku pikir, dia tidak mungkin bisa menampilkan wajah seperti itu'' Gumam Dokter Sarah dalam hatinya.
Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Salju putih terus berjatuhan satu demi satu menimpa kepala Atthy, dia bersusah payah hanya untuk melangkahkan kakinya di tumpukan salju sepanjang jalan. Atthy mulai bingung ke mana dia harus melangkah? Selama ini dia tidak pernah keluar dari Kastil, dia tidak tahu apa-apa sama sekali tentang wilayah di luar kastil. Atthy terus berjalan tak tentu arah, karena dia tidak bisa membedakan yang mana jalan yang seharusnya di lalui. Semuanya tampak sama, tertutup salju tebal di atasnya. Atthy terus berjalan dan malah memasuki hutan semakin dalam. Atthy yang selama ini hidup di gurun pasir yang terik dan panas kesulitan menghadapi ganasnya cuaca dingin di hadapannya sekarang. Selama di dalam Kastil Atthy selalu di layani oleh pelayan dan tidak pernah jauh dari perapian, sekarang dia tidak punya apa-apa kecuali pakaian tebal yang membungkus tubuhnya. Tapi, sayangnya hal itu tidak berlangsung lama. Pakaian tebal itu tidak bisa menghalau seluruh suhu dingin yang sudah mengepung Atthy. Atthy yang
''Kau hanya seorang wanita bodoh... Kau terlalu tinggi berpikir tentang dirimu. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang melemparkan dirinya padaku setiap malam hanya untuk sekantung uang'' ujar Hugh dengan santainya sambil mencari helai demi helai pakaiannya yang tercecer tak jauh dari tempat tidur. Bergetar tubuh Atthy, mendengar kalimat demi kalimat yang di lontarkan Hugh yang terus merendahkan dirinya. Dia bukan tidak marah, tapi otaknya masih bisa memperingatkannya untuk tidak terbawa emosi demi keluarganya. Dia hanya bisa membelalakkan matanya menatap Hugh. Seorang Duke yang telah berstatus sebagai suaminya selama tiga bulan. Kata-kata Hugh yang tajam, menghunus tepat di jantung Atthy. Terkejut, heran, bingung, juga marah bercampur jadi satu membangunkan Atthy dari mimpi indahnya semalam. Malam pertama Edna dan suaminya Duke Drustan, di awali dengan sebuah tragedi dan sama sekali tidak romantis. Tapi, Atthy yang seorang wanita sekaligus seorang istri. Berharap, kalau itu s
Di luar ruangan telah menunggu tiga pelayan pribadi Atthy, mereka segera menunduk segera menyambut Hugh keluar dari kamar Atthy. Mereka semua berbisik dengan wajah merona mengingat Hugh dan Atthy majikan mereka baru saja menghabiskan malam bersama. ''Tuanku... Apa ada hal yang harus saya persiapkan?'' Tanya Helena yang baru saja datang, segera menghampiri tuannya. ''Panggil Alwyn ke ruanganku segera, dan juga panggil Dr. Windfold untuk melihat kondisinya!'' seru Hugh memerintah. ''Maaf, tuanku?!'' Seru Helena dengan wajah bertanya. ''Dia... Sepertinya terluka, tidak... Dia, memang terluka... Sudahlah!... Kau urus saja dia!'' seru Hugh, dia berbicara dengan kaku. Helena heran melihat ekspresi canggung dari tuannya, ekspresi yang sangat jarang di perlihatkan oleh Hugh, meski pun pada Helena. Wanita paruh baya yang melayani keluarga Drustan sejak Hugh belum di lahirkan. Helena heran, tapi dia juga senang melihat wajah tersipu mantan tuan mudanya. ''Wow... Sepertinya, malam ini menja
Atthy menatap Helena yang dengan berani menahan tangannya ketika hendak menanda tangani surat cerai, Helena segera menarik kembali tangannya karena dia sendiri terkejut dengan tindakannya. ''Helena!'' seru Atthy refleks menegur tindakan Helena. ''Duchess, maafkan kelancangan saya. Tapi, Duchess... Tolong pikirkan lagi. Ini, mungkin salah paham'' ujar Helena dengan segera, sambil berusaha menundukkan dirinya karena telah melakukan kesalahan sebelumnya. ''Tidak... Aku sudah berjanji pada tuanmu tadi pagi'' jawab Atthy tegas. ''Duchess! Tolong Duschess, tahan dulu!... Saya akan menanyakan alasannya pada yang mulia Duke...'' ujar Helena dengan raut wajah yang cemas. Helena tidak lagi bisa bersikap profesional, dia memperlihatkan emosinya dengan sangat kentara. ''Helena...'' Panggil Atthy sambil memegang tangan Helena yang sudah keriput karena usia tuanya. ''Terima kasih... Setidaknya, kau menerimaku dengan tulus. Tapi, Helena, sudah cukup. Aku dan Tuanmu sudah membicarakannya, dan ak