"Rumah sakit? Kamu lagi sakit, Sayang?" tanya Khair sambil menatap dalam ke arah Lena.
"Bukan, Mama mau istrimu itu periksa kandungan. Soalnya kalian sudah lama menikah dan belum ada tanda-tanda kalau dia hamil. Jangan-jangan dia mandul," tebak Mama Reta sambil menyipitkan matanya.
Memang benar ketika mata dan hati kita sudah tertutup oleh rasa tidak suka, sebaik apapun perbuatan orang tersebut pada kita tetap saja terlihat buruk.
Lisan itu serupa belati yang begitu tajam, hingga saat disengaja maupun tidak melukai hati rasa sakitnya akan sulit disembuhkan.
"Astaghfirullah, Ma. Maaf sebelumnya, Khair tidak bermaksud kurang ajar, tapi kami menikah belum ada satu tahun. Tolong jangan seperti ini, Ma. Kasihan Lena dia pasti tertekan," ujar Khair. Dia paham mengapa perempuan itu sampai tanpa sengaja menumpahkan air panas.
Terkadang membicarakan perihal anak memang membuat hati wanita
"Enggak, Sayang. Ya Allah makin salah paham deh," sahut Khair sambil menghela napas dalam."Habis Mas Khair bilangnya gitu, gimana nggak bingung coba?" Lena mencebik kesal."Duduk dulu biar tenang." Khair menarik tangan Lena agar perempuan itu mengikuti dirinya."Diceritakan pada saat itu Nabi Zakaria AS dan istrinya sudah berusia lanjut dan belum memiliki keturunan. Sebagai seorang nabi, beliau tentu khawatir siapa yang akan menjadi penerusnya kelak dalam berdakwah ketika dirinya sudah tiada." Khair mulai menjelaskan maksud dari ucapannya agar sang istri tidak terus salah paham."Nabi Zakaria AS pun selalu berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai keturunan sebagaimana dalam kisah Nabi Ibrahim AS yang telah dikaruniai putra dari istri pertamanya yaitu Siti Sarah. Doa yang dipanjatkan Nabi Zakaria AS penuh dengan kesabaran juga kepasrahan. Beliau memohon agar segera diberi keturunan yang shaleh sehingga kelak bisa menggantikannya dalam mengajak kaumnya untu
"Kamu kok ngomongnya gitu, sih Zoy?" tanya Lena dengan mata berkaca-kaca."Aduh, salah ngomong lagi gue," gumam Zoya sambil memalingkan wajah. "Emm, maaf ya Len, gue nggak ada maksud apa-apa kok. Udah nggak usah sedih ini udah sampai rumah sakit. Yuk turun, ntar suami lo marah lagi kalau pulang kelamaan."***"Bagaimana hasilnya, Dok? Apa saya bisa memiliki anak dalam waktu cepat?" tanya Lena dengan hati berdebar-debar."Haduh, pertanyaan Lo itu bikin gue pening tahu nggak. Perasaan baru nikah kemarin," timpal Zoya."Udah diam!" sentak Lena.Zoya hanya bisa menelan saliva kasar, ternyata Lena belum sepenuhnya berubah. Dia kadang masih sama arogannya seperti dulu."Maaf sebelumnya, apa Ibu Lena ini dulunya seorang perokok atau suka mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol?" tanya Dokter di hadapan Lena yang membuat perasaannya semakin tidak enak."Iya, Dokter," jawabnya begitu lirih."Begini, Bu. Pola hidup kadang juga
Terkadang manusia suka lupa kalau Allah SWT akan memberikan sesuatu pada waktu yang tepat. Yaitu saat raga dan batin kita telah siap menerima dan mengemban nikmat tersebut. Jangan pernah berpikir untuk putus asa, sebab pada tempat paling rendah sekalipun kamu masih punya lantai untuk bersujud.***"Dari mana aja kamu? Kelayapan mulu, Mama suruh ke rumah sakit udah berangkat belum?" tanya Mama Reta yang terus mencerocos."Hmm, Lena capek, Ma! Lena istirahat dulu," sahut Lena sambil berjalan menuju kamar. Tubuh yang lemah dan mata yang masih menyimpan sisa-sisa genangan tak mungkin dia bisa meladeni mertuanya itu."Dasar menantu rese! Main pergi aja!" teriak Mama Reta kesal.Lena berusaha menutup telinganya dan tidak mendengarkan ucapan Mama mertuanya yang super menjengkelkan itu.Direbahkannya tubuh ramping itu di kasur dengan posisi telungkup. Lalu, jemari Lena mulai membuka kembali isi surat dari rumah sakit beberapa jam yang lalu.H
"Hmm, nggak. Cuma tadi nggak sengaja lihat di ponsel saja," jawab Azzam dengan kikuk."Oh, begitu rupanya.""Kapan-kapan boleh saya main ke rumah kamu? Ya, buat silaturrahmi aja," ujar Azzam. Rasa penasarannya pada Lena mulai membawanya ke arah sesuatu yang salah.Padahal tidak sepantasnya seorang lelaki masih berusaha mengejar perempuan yang telah bersuami walaupun dengan alasan sangat mencintainya."Boleh, Bang dengan senang hati. Abang sudah menikah?" tanya Khair balik. Dia tidak segan sebab pria di hadapannya terlihat sangat ramah dan royal. Lagipula seperti yang Azzam katakan, Khair akan menganggap lelaki itu seperti saudaranya."Belum, masih mempersiapkan diri. InsyaAllah nanti kalau sudah sama-sama siap langsung on the way buat jemput." Azzam berdusta. Mana mungkin dia mengatakan kalau sampai sekarang hatinya masih terpaku pada satu orang yaitu istri dari Khair.
"Suami kan bukan dukun, Sayang," canda Khair pada istrinya."Serah!" jawab Lena cuek. Dia malas meladeni suaminya yang selalu tidak bisa bertindak tegas pada mamanya itu.Lena yang belum memahami kalau surga seorang suami meski telah menikah masih terletak pada ibunya itu mulai berprasangka buruk pada Khair."Kenapa sih istri Mas ini? Ada masalah apa, cerita sama Mas ya!" Khair memutar tubuh Lena agar menghadapnya lalu menembak kedua bola mata perempuan itu dengan tatapan lembut dan menyejukkan."Oh, ya gimana hasil cek dari rumah sakit tadi?" sambung Khair yang membuat jantung Lena seketika seperti sedang berolahraga.Lena memalingkan wajahnya, tidak mungkin dia berani menatap mata sang suami saat menjawab pertanyaan itu. "Semua baik-baik saja," lirihnya.'Ya Allah semoga Engkau berkenan mengampuni dosaku pada lelaki yang bergelar suamiku ini. Lelaki y
"Gimana hasilnya?" tanya Mama Reta saat Lena dan Khair sedang menonton televisi di ruang tamu."Alhamdulillah, baik kok, Ma," jawab Khair sambil mengusap puncak kepala istrinya."Kamu yakin nggak dibohongi sama dia?" tanya Mama Reta curiga."InsyaAllah enggak, Ma. Khair percaya sama istri Khair ini!" ujar Khair lalu memandang Lena yang masih menunduk. "Iya kan, Sayang?" tanyanya dengan senyum mengembang."Hem," sahut Lena pendek. Sungguh, dia merasa sangat bersalah telah membohongi suaminya yang begitu baik. Sekarang kebohongan itu menciptakan kebohongan-kebohongan yang lainnya."Terus kalau kamu sehat, kenapa sampai saat ini belum hamil juga?" tanya Mama Reta lagi. Seolah di dunia ini yang mengatur urusan adalah manusia. Padahal seingin apapun manusia kalau Allah SWT belum berkehendak maka semuanya masih menjadi sebuah rencana dan harapan saja.Lena hanya ma
"Mantan pacar? Bukannya dulu maaf dia seorang wanita malam?" tanya Aida yang cukup terkejut dengan pengakuan rekan kerja bosnya tersebut."Iya, dia adalah seorang wanita malam yang begitu sexy dan menggairahkan. Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan ini pada siapapun, tapi saya yakin kamu bisa menjaga rahasia ini," ungkap Azzam."Saya dulunya adalah salah satu pelanggannya. Namun, pesona dan kelembutan Lena membuat saya takjub dan akhirnya jatuh cinta padanya," ujar Azzam lagi sambil menghela napas dalam mengingat hubungannya dengan Lena di masa lalu. "Di luar memang dia terlihat arogan dan liar, tapi siapa sangka perempuan itu menyimpan ketulusan yang luar biasa di hatinya," imbuh Azzam."Lalu kenapa kalian berpisah?" tanya Aida spontan."Karena saya khilaf dan selingkuh," sahut Azzam jujur.Aida tampak menghela napas panjang. Dia benar-benar tak habis pikir dengan semua lela
"Maaf, Pak, Ibu Lena dengan sengaja menjambak rambut saya," adu karyawati itu."Benar, Pak, saya saksinya. Dia tidak berbuat apa-apa, tetapi Ibu Lena tiba-tiba menjambak rambutnya tadi saat akan pergi ke toilet," timpal yang lain."Atas nama Lena saya minta maaf. Silakan kembali ke tempat masing-masing," tutup Khair. "Mas kecewa sama kamu, Len," imbuhnya pelan sambil menatap Lena.Khair yang buru-buru akan mengadakan meeting itu tidak bisa berpikir lebih jernih. Karena kliennya yang cukup sibuk hanya memiliki waktu sebentar pada pertemuan mereka kali ini."Mari masuk ke dalam, Pak. Maaf, atas insiden yang kurang enak untuk dilihat ini," ajak Khair pada kedua kliennya yang terlihat memasang wajah heran, tetapi tetap berjalan membuntutinya.Lena yang merasa kecewa segera meninggalkan kantor Khair. Perempuan itu tak peduli dengan cibiran dan senyum kemenangan dari para karyawati Khair tersebut.Bagaimana bisa Khair yang selama ini terlihat begi