Share

Hinaan darimu menghujam jantungku

   Yana tampak sudah rapi hendak pergi, saat hendak melangkah ke pintu taman samping garasi rumahnya, Randi yang baru saja selesai membersihkan kandang kucingnya menyapa Yana.

" Mau kemana Ma ?" Ujar Randi mencoba bersikap ramah pada Yana yang tampak terburu buru , berusaha menghindari Randi yang mendekatinya..

"Ada urusanlah !" Jawab Yana ketus. Dia lalu bergegas jalan dan membuka pintu taman, lalu pergi ke garasi rumahnya, Randi mengikuti Yana.

"Pulangnya jangan malam malam ya Ma, biar kita bisa ngobrolin masalah kita ." Ujar Randi.

" Gak perlu, gak ada yang harus dibahas." Ujar Yana ketus tanpa melihat wajah Randi sambil melangkah membuka pintu garasi.

Yana lalu naik ke motornya, menyalakan mesin motornya.

"Tapi tetap harus dibahas Ma, agar aku tau masalah sebenarnya." Ujar Randi.

"Masalahnya udah jelas, aku udah gak mau hidup bersama kamu." Jelas Yana tegas.

"Tapi Ma..." Belum selesai Randi bicara, Yana sudah berlalu dengan motornya keluar dari garasi rumahnya.

Randi melihat sikap Yana itu menghela nafas berat, melangkah gontai dan menutup pintu garasi rumahnya.

Randi melangkah masuk kedalam rumahnya, menuju kamarnya, saat hendak membuka pintu kamar, tidak bisa karena terkunci. Randi menghela nafasnya .

"Kok dikunci pintu kamar, gimana aku mau ambil bajuku buat ganti ?" Gumam Randi.

Randi berbalik melangkah ke arah ruang tamu, matanya tertuju pada tumpukan pakaian yang tergeletak di kursi santai ruang keluarga. Randi melangkah mendekati, melihat baju bajunya dikeluarin dari dalam kamar, dia menghela nafasnya , wajahnya sedih.

Randi lalu mengambil baju baju itu, membawanya dan menyimpannya didalam laci aquarium besar yang ada diruang tamu. Dia lalu terduduk lemah di sofa ruang tamu, wajahnya semakin sedih.

"Sepertinya udah gak ada harapan buat perbaiki rumah tanggaku yang retak." Gumam Randi, ia termenung, memikirkan nasib dari rumah tangganya yang menuju kehancuran.

   Malam itu hujan turun dengan derasnya, jam menunjukkan pukul 00:15 wib, tampak Randi tertidur di ruang musholla yang ada didalam rumahnya itu.

Randi tidur di musholla karena kamar dikunci Yana. Randi tampak kedinginan , badannya sedikit menggigil, dia terbangun dari tidurnya, melangkah pelan, melihat ke arah kamarnya, lampu kamar masih menyala, itu artinya Yana belum pulang kerumah.

Randi lantas melangkah ke garasi rumahnya, dilihatnya digarasi tidak ada motor Yana, Randi menghela nafas karena tahu Yana belum pulang juga. Lalu dia melangkah kembali masuk kedalam rumahnya, berjalan gontai ke musholla, merebahkan tubuhnya kembali, mencoba untuk tidur.

   Pagi itu, jam 09:40 wib, Yana pulang kerumahnya, terus melangkah menuju kamarnya, Randi yang duduk di sofa ruang tamu berdiri mengetahui Yana pulang, melangkah mendekati Yana yang masuk kedalam kamarnya.

Randi mencoba buka pintu kamar secara perlahan lahan, tapi pintu tetap terkunci dari dalam. Dia mengetuk pintu kamar pelan.

"Maa...buka dulu pintunya Ma." Ujar Randi sambil mengetuk pintu kamarnya.

Pintu tidak juga dibuka Yana dari dalam, Randi mengetuk pintu lagi.

"Maa, Papah mau ambil minyak rambut dikamar." Ujar Randi, tidak ada jawaban dari Yana.

Tampak lampu kamar dimatikan Yana, melihat itu Randi menghela nafasnya, lalu Randi melangkah kembali ke ruang tamu, duduk termenung di sofa.

Dewi melangkah ke pintu, membuka pintu rumahnya, didepan pintu tampak driver ojol yang memberikan bungkusan makanan pada Dewi, Dewi menerimanya tanpa ada pembicaraan, lalu menutup pintu rumahnya.

Randi yang ada disofa ruang tamu hanya diam saja.

Dewi melangkah menuju ruang makan, diruang makan sudah ada Sekar, duduk menyambut makanan yang di bawa Dewi.

Tak lama Yana keluar kamar, melemparkan kotak minyak rambut ke Randi yang duduk di sofa, Randi kaget, melihat minyak rambutnya dia pun menghela nafasnya lalu meletakkan minyak rambut itu diatas meja ruang tamu.

Yana melangkah mendekati anak anaknya yang tampak sedang asyik menikmati makanan di meja ruang makan rumahnya itu.

"Enak gak Lauknya ? Mama baru nyoba order di rumah makan itu." Tanya nya.

Sekar dan Dewi yang sedang menikmati makanan itu mengacungkan jempolnya.

"Enak Maa." Ujar Sekar.

"Ueenaaknya poool !! " Ujar Dewi, Yana tersenyum. Yana lalu berbalik melangkah kembali ke kamarnya, saat Yana masuk kedalam kamar, Randi pun menerobos masuk kedalam kamar langsung mendekati Yana.

"Kita harus bicara Ma, selesaikan masalah kita." Ujar Randi.

"Udah aku bilang kan, gak ada lagi yang perlu dibahas!" Ucap Yana tegas membuang mukanya berusaha menghindar dari tatapan mata Randi.

"Bagiku ada Ma, aku harus tau kenapa kamu tiba tiba mendadak gugat cerai minta pisah ?!" Ujar Randi menatap Yana sambil menahan air matanya. Yana membelakangi Randi, tak mau melihat Randi.

"Gak mendadak, udah satu tahun aku pikirkan hal ini ! " Jelas Yana.

"Masalahnya apa ? apa salahku ?" Tanya Randi pada Yana.

"Udah satu tahun ini aku coba sabar menghadapi kamu, tapi gak ada perubahan juga, buatku sudah cukup !" Jelas Yana.

"Sikapku ? Sikap yang bagaimana dariku yang buat kamu gak suka?" Tanya Randi.

"Aku pikir gak ada masalah yang terjadi diantara kita Ma."

"Satu tahun ini kamu bilang ?"

"Setiap hari kita selalu pergi kemana mana sama sama, berdua, ke toko berdua, ke kios ekspedisi kita berdua, ada urusan mau kejogja, ke solo, atau ke wonosobo sekalipun kita selalu bersama, dimana masalahnya !?" Jelas Randi bingung dengan penjelasan Yana. Bagi Randi itu hanya sebuah alasan Yana saja .

"Tiap kamu ada masalah, aku selalu ada untuk kamu, menagih hutang 30 juta ketemanmu yang gak juga bayar hutangnya ke kamu aku lakukan, apapun yang kamu bilang ke aku, aku turuti, masalahnya dimana ?" Tanya Randi.

"Masalahnya ada dikamu, tiap aku minta tolong , kamu pasti selalu kasih alasan duluan, belum dilakukan udah bilang gak bisa, itu buatku muak." Jelas Yana dengan nada suara yang mulai meninggi. Randi terdiam dan berfikir, lalu menatap Yana.

"Hanya hal itu ?"

"Ma, kalo kamu nyuruh aku benerin motormu yang rusak turun mesin ya aku pasti nyerah bilang gak bisa!"

"Kalo kamu nyuruh aku benerin listrik rumah yang rusak pasti aku bilang gak bisa, karena aku gak punya kemampuan dibidang itu."

"Aku akan mengerjakan apapun yang aku mampu, tidak yang diluar batas kemampuanku." Jelas Randi pada Yana, mendengar jawaban Randi itu membuat Yana terlihat semakin kesal.

"Ah sudahlah, susah ngomong sama kamu, ada aja jawabnya!" Keras Yana bicara. Yana hendak keluar kamar, Randi memegang tangannya, menahannya pergi.

"Kita selesaikan masalah ini Ma, jangan pergi dulu." Ujar Randi memegang tangan Yana menahan langkah Yana, Yana menepiskan tangan Randi dan melepaskan pegangan tangan dilengannya dengan kasar. Wajah Yana terlihat marah .

"Udah cukup buatku, aku udah gak cinta lagi sama kamu." Ujar Yana sambil melepaskan cincin pernikahan mereka yang selalu ada di jari manisnya , melempar cincin itu kelantai kamar, Randi terdiam melihat itu.

Ya, dari mereka menikah cincin itu tidak pernah dilepas oleh Yana, selalu ada dijari manisnya.

Kali ini cincin itu dilepas Yana dari jarinya.

"Aku udah ajukan gugatan cerai kepengadilan lewat pengacaraku !" Ujar Yana, Randi kaget mendengar itu, menatap Yana, Yana membuang muka tak mau bertatapan dengan Randi.

"Kenapa kamu seperti ini Ma? " "Salahku apa?"

"Semua masalah itu ada penyelesaiannya." Tanya Randi.

"Tapi aku udah gak mau lagi hidup denganmu." Ujar Yana.

"Kalo aku punya salah, maafin aku, tolong kasih kesempatan buatku untuk memperbaiki dan mencoba ikutin apa yang kamu mau." Ujar Randi.

"Gak!!" Jawab Yana.

"Karena kita udah proses cerai, sebaiknya kamu jangan tinggal dirumahku lagi!" Ujar Yana.

Randi kaget, menatap Yana yang mengusirnya dari rumahnya.

"Kamu ngusir aku Ma?" Tanya Randi.

"Karena ini rumah punyaku, hak aku, atas namaku!!" Jelas Yana tegas ke Randi yang terhenyak mendengarnya. Tak percaya dengan apa yang didengarnya keluar dari mulut Yana.

"Mau tinggal dimana aku kalo gak dirumah ini ?"

"Ma...tolonglah, jangan begini, kenapa kamu seperti sangat benci padaku."

"Kamu seperti melihat bangke yang najis ke aku, sampe gak mau melihat atau menatapku."

"Seberapa besar dosaku padamu hingga sebenci ini kamu ?" Ujar Randi pada Yana.

"Udahlah, buatku, udah cukup kamu numpang hidup denganku selama 7 tahun ini!" Tegas Yana.

Mendengar itu Randi semakin terhenyak menatap Yana.

"Numpang hidup? Aku numpang hidup selama kita menikah ?" Ujar Randi seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan Yana padanya.

"Emang kan ? gak nyadar kalo kamu selama ini numpang sama aku?" Ketus Yana lalu pergi tinggalkan Randi yang berdiri terdiam terpaku, tak menyangka ia akan mendengar ucapan yang begitu menghina dan merendahkannya itu.

Air mata Randi mengalir di pipinya. Dari pintu kamar Yana menegur Randi.

"Aku harap secepatnya kamu pergi dari rumah ini." Ujar Yana sambil menutup pintu kamarnya.

Randi masih berdiri terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Terdengar suara motor Yana berlalu diluar rumah, Randi melangkah gontai menuju ruang tamu, ia hempaskan tubuhnya dengan gontai di sofa, air matanya masih mengalir dipipinya. Terngiang ngiang terus didalam dirinya ucapan Yana padanya.

"Udah cukup kamu numpang hidup denganku selama 7 tahun ini!"

"Emang kan ? gak nyadar kalo kamu selama ini numpang sama aku?!!" Ucapan Yana itu terus terngiang didalam diri Randi, tampak kesedihan dan kekecewaan yang begitu mendalam pada diri Randi.

Ia tidak menyangka, bahwa ia akan mendapatkan penghinaan yang begitu sakitnya dari Yana, orang yang selama ini sangat dicintai, disayangi, dikasihinya.

Randi yang selama ini percaya pada ketulusan Yana, bersedia berkorban apapun untuk dapat hidup bersama Yana. Namun, kini balasan yang didapatnya dari Yana begitu sakit, bagaikan badai taupan beserta tsunami yang menghantam jiwa dan bathinnya.

Randi sangat sedih sekali, hanya dapat menangis, tak tahu harus bagaimana ia berbuat.

Dalam tangisannya, Randi termenung, ia mengingat kembali masa dimana saat pertama kali ia mengatakan akan menikahi Yana.

   Tepat 7 ( Tujuh ) Tahun yang lalu, Randi adalah seorang pekerja keras yang berprofesi sebagai sutradara .

Sudah ratusan judul ftv maupun sinetron dan film yang digarap Randi, dia cukup sukses dalam bidangnya itu.

Saat itu Randi baru 3 bulan berkenalan dengan Yana, dalam proses perkenalan mereka, bisa dibilang mereka menggunakan cara Ta'aruf, karena Yana memang menginginkan hal itu.

"Kamu yakin mau nikah denganku?" Tanya Randi dari ponselnya kepada Yana saat itu yang meminta agar Randi menikahinya.

"Yakin, aku sudah pikirkan, makanya aku minta kamu segera lamar aku , agar kita menikah." Jelas Yana dari seberang ponselnya.

"Terus mau tinggal dimana nanti?"

"Aku di Jakarta, kamu di jogja ?" Ujar Randi pada Yana.

"Gak mungkin aku memaksa dan menyuruhmu berhenti kerja kan?"

"Kalo kamu ikut denganku tinggal dijakarta, kamu pasti banyak aku tinggalin, karena tiap hari aku lebih banyak diluar rumah, syuting." Jelas Randi.

"Kalopun sehabis nikah kita tetap seperti sekarang, kamu di jogja, aku di jakarta, buat apa kita nikah kalo harus pisah rumah dan berjauhan begitu?" Jelas Randi lagi di ponsel.

"Ya kamu nya aja yang ke jogja, tinggal dijogja sama aku." Ujar Yana.

"Tinggal di jogja ?"Tanya Randi, ia berfikir sejenak, Kemudian menghela nafasnya dan bicara lagi ke Yana.

"Ya ga apa sih, kalo ada job syuting sinetron atau ftv aku masih bisa ambil, masih bisa ditempuh naik pesawat atau mobil."

"Tapi tetap aja kamu harus aku tinggal tinggal lama." Ujar Randi.

"Kalo gak mau ninggalin aku, kita bisa kok mulai dari nol lagi, usaha sama sama di jogja." Jelas Yana pada Randi meyakinkan Randi. Randi menghela nafasnya. Ia terdiam sebentar berfikir.

"Halloo??...Baaang..." Ujar Yana dari seberang ponselnya. Beberapa saat Randi tersadar dari lamunannya itu.

"Oh Iya, ya udah, aku minta waktu untuk mikirin hal ini ya, sambil aku beresin syutingku yang tinggal 6 hari lagi." Jelas Randi pada Yana.

"Iya." Jawab Yana.

"Udah dulu ya, aku mau lanjut syuting lagi, assalamu'alaikum." Ujar Randi.

"Waalaikumu'salam." Jawab Yana dari ponselnya. Randi lantas mematikan ponselnya, menghela nafas, lalu ia tersenyum senang , melangkah menuju set syutingnya.

   Pagi hari, di Kantor Urusan Agama, tengah diadakan proses Akad Nikah antara Randi dan Yana, Wali Yana diwakilkan oleh Penghulu langsung karena bapak Yana sudah meninggal saat dia berusia 10 Tahun, sementara ibunya beda agama, seorang non muslim, sementara untuk sanak keluarganya tidak ada yang bisa mewakilinya sebagai wali karena berbeda agama.

Ya, keluarga Yana dari non Muslim , sementara Yana seorang Mualaf sudah 15 tahun .

Proses pernikahan itu khidmat, tampak kebahagiaan terlihat diwajah Randi dan Yana.

   Kembali Masa Sekarang.

Randi yang masih duduk di sofa ruang tamu menghela nafasnya, mencoba tersenyum bahagia mengenang pernikahannya tersebut dengan Yana.

Lantas, tiba tiba Randi kembali terisak menangis, ia menangis kembali, teringat akan pesan almarhumah mamanya dulu saat mengetahui Randi akan menikah.

Kilas balik saat itu.

"Ini Yana Ma." Ujar Randi pelan membisikkan ke telinga Mama nya yang terbaring di kasur karena sakit stroke.

Yana menggeser duduknya dan duduk disamping Mama, memegang tangan Mama dan mencium pipi Mama.

"Ma..maa..maa..uu..Landi...ba...haa.gii..aa" Ucap Mama terpatah patah susah bicara karena stroke.

"Iya Ma." Ujar Yana mencium Mama.

Diruang tamu rumah orang tua Randi, duduk Yana, Randi dan Kak Intan, Kakak pertama Randi.

"Udah benar benar dipikirin Yana mau nikah sama Randi ?" Tanya Intan pada Yana. Yana mengangguk dan tersenyum pada Intan.

"Sudah kak." Ujar Yana.

"Rejeki Randi itu sebagai sutradara kayak harimau, kadang dapatnya gede, kadang kecil, kadang berbulan bulan gak dapat job."

"Udah siap dengan resiko begini? Udah siap kalo nanti pas gak ada kerjaan ?"

"Kakak dan Mama pastinya mau Randi bahagia dalam rumah tangganya, gak ada keributan masalah ekonomi, gak ada perceraian." Ujar Intan.

"Jujur aja, Mama bilang ke Kakak, lebih baik Randi gak usah nikah, Mama takut Randi gak bahagia malah cerai, kayak dulu waktu cerai dengan istri pertamanya, karna mama tau kondisi keuangan dan bagaimana diri Randi." Jelas Intan pada Yana, Randi hanya diam saja mendengarkan. Yana menatap Intan dan tersenyum.

"Gak apa kak, rejeki bisa di cari dari mana aja kok, kan bisa berusaha, buka usaha berdua nantinya, merintis dari nol." Ujar Yana meyakinkan Intan, Randi tampak tersenyum memandang Yana penuh cinta.

"Ya sudah kalo kalian sudah benar benar sama sama yakin, kakak dan mama doakan semoga kalian bahagia, dimudahkan usaha dan rejeki kalian, disehatkan selalu." Ujar Intan merestui Randi dan Yana menikah. Yana dan Randi saling pandang bahagia.

"Aamiin. " Jawab Randi dan Yana serentak, sementara Intan hanya menatap mereka berdua dengan lekat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status