Share

Gugatan Cerai itu seperti Tsunami yang menerjang jiwaku.

   Sehabis melaksanakan sholat ashar, Randi duduk di sofa ruang tamu. Jam sudah menunjukkan pukul 16 : 07 wib.

Randi mengambil ponselnya yang ada dimeja ruang tamu, saat itu ponselnya berbunyi, ada pesan w******p yang masuk.

Randi lalu membuka pesan w******p tersebut.

pesan dari Yana.

Randi mengklik pesan dari Yana dan membacanya.

"Udah datang belum kurir antar makanan kucingnya ?" Tanya Yana, Randi pun dengan cepat membalas pesan Yana. Mengirim balasan pesan wa kepada Yana.

"Sudah tadi." Jawab Randi .

"Anak anak udah pada makan siang?" Tanya Yana lagi.

"Sudah." Balas Randi singkat, lalu  Dia mengetik pesan wa lagi kepada Yana.

"Kamu dimana ma ?"

"Pulang jam berapa ?" Tanya Randi di w******p itu, tidak ada balasan dari Yana, Randi meletakkan ponselnya di meja tamu, lalu Dia melangkah mendekati aquarium besar yang ada diruang tamu itu.

Randi memandangi ikan arwana miliknya yang ada didalam aquarium, menatap kagum, mengamati ikan arwana yang bergerak indah kesana kemari.

Randi membuka laci aquarium, mengambil makanan berisi jangkrik, lalu memberikan jangkrik jangkrik tersebut pada ikan arwananya, ikan arwana langsung menyambar dan memakan jangkrik jangkrik yang dijatuhkannya kedalam aquarium.

Randi tersenyum melihat ikannya sangat lahap memakan jangkrik jangkrik tersebut.

"Lapar ternyata kamu ya Gun." Ujar Randi pada ikan arwananya yang sengaja diberikannya nama Gugun.

Lalu Randi menyimpan kembali  tempat makanan berisi jangkrik di laci bawah aquarium. Kemudian Dia duduk di sofa dan memandang ke arah ikan arwananya.

45 menit Randi menatap kearah ikan arwananya, memandang takjub kepada ikannya itu.

Ponsel Randi berbunyi, Dia mengambil ponselnya yang ada di meja tamu, membuka isi pesan w******p yang ternyata dari Yana, Istrinya. Randi membaca pesan dari Yana.

"Assalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.

Bismillah.

Mulai hari ini aku menggugat cerai kamu.

Besok aku akan urus gugatan cerainya kepengadilan agama.

Mohon Maaf jika selama ini aku tidak bisa menjadi isteri yang baik untukmu.

terima kasih.

Assalamu'alaikum." Jelas Yana dalam isi pesan w******p yang dikirimkannya pada Randi. Membaca pesan w******p Yana itu membuat hati Randi bergetar, seluruh tubuhnya bergetar, dia terdiam mematung menatap isi pesan dari Yana itu.

Randi tak menyangka hal itu akan terjadi, tak sadar, Air mata Randi mulai menetes dari matanya.

Pandangan Randi ke arah isi pesan Yana mulai pudar karena terhalang oleh air matanya.

Randi menatap nanar. Ia menghapus air matanya, menghela nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

Sekali lagi Randi membaca isi pesan Yana tersebut, lalu Randi mulai mengetik, membalas pesan Yana.

"Astaghfirullah ,

ada apa dengan kamu Ma ?

Kenapa mendadak tiba tiba kamu minta kita pisah ?" Randi mengirim pesan kepada Yana, tak lama kemudian, ada balasan dari Yana.

"Ini sudah ku pikirkan jauh jauh hari."

"Aku juga sudah diskusikan masalah ini dengan anak anak. Mereka sudah tau." Balas Yana pada pesan wa Randi. Membaca penjelasan Yana dipesan itu, Randi pun membalas lagi pesan Yana.

"Tapi apa masalahnya ?"

"Kalau Kamu merasa ada masalah diantara kita, kan bisa dibicarakan berdua , dengan baik baik. tidak langsung mengambil keputusan sepihak begini." Ujar Randi.

"tidak ada lagi yang perlu dibicarakan." Jelas Yana .

"Ma, Gak baik masalah kamu mau pisah di sampaikan melalui pesan begini."

"Kalo ada masalah atau ada yang ingin kamu sampaikan, sampaikan langsung, bukan dengan wa." Ujar Randi mencoba menjelaskan dan menenangkan Yana. Randi mengetik pesan lagi.

"Kamu pulang dulu kerumah ya,

kita ketemu, bicara langsung ya Ma." Ujar Randi. Untuk beberapa saat Randi menunggu balasan pesan dari Yana, tak lama berselang, ada balasan dari Yana. Randi membaca pesan itu.

"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, semua sudah jelas, ini sudah keputusanku. Maaf." Begitu isi pesan dari jawaban Yana . Randi mencoba bersabar menghadapi masalahnya itu.

"Bicarakan baik baik Ma, jelaskan ke papah, apa masalahnya, agar papah paham dan mengerti apa yang menjadi masalah sampe kamu minta pisah begini." Ujar Randi membalas pesan Yana. Randi mengetik dan mengirim pesan lagi.

"Papah tunggu Mama di rumah ya, kita bicara sepulang Mama.

Pulang jam berapa Kamu ?" Ujar Randi pada pesan wa nya. Yana membalas pesan yang dikirimkan Randi padanya.

"Maaf, aku sudah tidak mau bicara dengan kamu. Maaf!" Balasan Yana.

"Papah tunggu mama pulang, sekarang lagi dimana ?" Ujar Randi mengabaikan apa yang dikatakan Yana di pesan yang dikirimkannya itu.

"Maaf, tolong hargai dan hormati keputusanku!" Ujar Yana dengan memberikan icon telapak tangan memohon maaf kepada Randi.

"Semua masalah pasti ada solusinya jika dibicarakan dengan hati dingin, tanpa emosi Ma." Ujar Randi.

"Maaf, bagiku sudah cukup.

Wassalam!" Balasan dari Yana yang lantas menutup pembicaraannya, Randi menghela nafas berat, wajahnya tampak sedih. Randi mengetik lagi dan mengirimkan pesan ke Yana.

"Aku tetap menunggu kamu pulang,

jika kamu sudah memilih untuk berpisah, sampaikan langsung dihadapanku, tidak melalui pesan hape." Ujar Randi, pesan Randi terkirim, dan di baca Yana, namun tidak ada balasan lagi dari Yana,

menit ke menit Randi menunggu balasan, tidak ada juga balasan pesan dari Yana.

Randi merebahkan tubuhnya, duduk lemah di sofa, pandangannya kosong menatap kedepan.

Randi berfikir, mengapa hal ini tiba tiba terjadi pada rumah tangganya, apa yang terjadi dengan Istrinya, mengapa mendadak ia ingin bercerai ?

Semua pertanyaan pertanyaan itu muncul dalam pikiran Randi. Ia memikirkan apa masalah yang sudah terjadi pada rumah tangganya hingga istrinya meminta cerai padanya.

Randi tampak sedih, air matanya mengalir di pipinya, Randi masih terduduk diam membisu, merenung dan berfikir. Randi lalu bergumam.

"Apa yang terjadi denganmu Yana?"

"Memang beberapa bulan ini firasatku ada tentang perubahan dirimu, tapi aku tak menyangka prahara terjadi dalam rumah tangga kita." Randi menghapus air matanya. Dia menghela nafas, masih bergumam lirih.

"Apa yang menyebabkan kamu berubah dan meminta pisah Ma ?"

"Apa salahku hingga tiba tiba kamu meminta pisah?"

"Hal ini benar benar bagaikan badai menghantam diriku, menikam jantung dan hatiku." Ujar Randi lirih dalam gumamnya , air matanya mengalir deras dipipinya.

"Aku selama ini percaya kepadamu Yana, sedikitpun tidak pernah ada kekecewaan padamu, walaupun sikapmu dan ucapanmu kasar kepadaku ."

"Bagiku, kamu tetap istri yang baik dan terbaik buatku." Randi menghapus air matanya, menghela nafas berat. Pikirannya menerawang jauh.

"Apa salahku padamu Yana, hingga kamu mendadak memutuskan untuk berpisah ?"

"Aku tidak menginginkan hal ini terjadi pada kita, aku gak bisa hidup tanpamu." Randi mencoba menutup matanya, menghela nafas panjang, lalu membuka matanya lagi.

"Ya Allah, apa rencanamu untukku?"

"Mengapa Prahara terjadi didalam rumah tanggaku ?" Ujar Randi, ia tak kuasa menahan tangisnya, air matanya pun keluar dengan derasnya, mengalir di pipinya.

   Hujan turun dengan derasnya malam itu, jam menunjukkan pukul 20 : 17 wib. Randi masih duduk di sofa ruang tamu, diam dan berfikir.

Bel pintu rumah berbunyi, dengan lemah Randi melangkah ke pintu, menghapus air matanya, lalu membuka pintu rumahnya. seorang driver ojol berdiri di depan pintu.

"Makanan buat bu Yana pak." Ujar driver ojol pada Randi. Randi menerima bungkusan makanan dari tangan driver ojol.

"Terima kasih." Jawab Randi.

"Ok pak." Ujar driver ojol itu lalu pergi, Randi menutup kembali pintu rumahnya, lalu melangkah menuju ruang makan dengan membawa bungkusan makanan.

Di meja makan, Randi membuka bungkusan makanan tersebut, ada 2 kotak makanan didalamnya, dia  tertegun melihatnya.

2 kotak makanan, bukan 3 kotak makanan seperti biasa.

Randi menghela nafas, paham, bahwa Yana tidak membelikannya makanan, hanya untuk ke dua anaknya.

Randi pun melangkah meninggalkan meja makan, Sekar turun dari lantai atas segera menuju ke meja makan.

"Dewiiii, makan gaaak ???" Teriak Sekar ke Dewi yang lantas keluar kamarnya melangkah menuju meja makan.

Sekar dan Dewi pun makan. Sementara Randi kembali duduk di sofa, terdiam, wajahnya masih menampakkan raut wajah yang sedih.

   Jam menunjukkan pukul 21:35 wib, Randi melangkah ke arah dapur, membuka kulkas, lalu mengambil 1 bungkus mie instan yang ada di kulkas itu. Dia lalu menuangkan air minum ke dalam panci, merebus air, menyeduh mie instan.

Randi pun menikmati mie instannya di meja makan, setelah selesai makan, dia mencuci bersih bekas piring dan panci buat mie instannya.

Randi lalu melangkah menuju taman, kucing kucingnya pada tertidur di taman itu, Randi melangkah ke tempat makanan kucingnya, melihat tempat makanan kucing sudah kosong , lalu dia mengambil tempat makanan kucing, mengisi kembali makanan makanan ketempat makanan kucingnya.

Max, kucing hitam persia yang menjadi salah satu peliharaan dirumah itu terbangun, lalu mendekati tempat makanannya, lalu Max makan, Randi tersenyum melihat Max yang lahap makan itu.

Randi melangkah menuju ruang tamu, duduk di sofa panjang, di sofa panjang itu ada seekor kucing kesayangannya sedang tidur, melihat kedatangannya, kucing yang bernama Pluffi itu bangun, lalu mendekati Randi dan duduk dipangkuan Randi, Dia pun menggendong dan mengelusnya lembut, mencium Pluffi, membelai penuh kasih sayang.

"Maafin papah ya Pluffi, kalo nanti papah udah gak ada dirumah ini lagi."

"Semoga kamu dan yang lainnya baik baik dan sehat tanpa papah." Ujar Randi sambil meneteskan air matanya, mengelus lembut tubuh kucingnya, Pluffi terbangun, menggerakkan kepalanya ke wajah Randi, seolah mencium Randi, Randi pun membalasnya dengan mencium penuh sayang pada kucingnya itu.

"Jujur, papah gak bisa berpisah dengan kalian semua yang ada dirumah ini."

"Ya Allah, beri jalan dan petunjuk bagi hamba, apa yang harus hamba lakukan." Ujar Randi dengan menatap kucingnya. Bathin Randi berdoa, matanya nanar.

   Jam menunjukkan pukul 23 : 15 menit, Pluffi bangun dari pangkuan Randi, lalu pindah ke sofa dan melanjutkan tidurnya. Randi pun melangkah gontai ke arah kamar tidurnya, membuka pintu kamar, lalu menutup kembali pintu kamarnya.

Randi merebahkan tubuhnya di kasur, lampu kamar tidak dimatikannya, karena Yana belum pulang.

Randi memejamkan matanya, mencoba tidur dan melupakan permasalahan yang terjadi hari ini.

   Jam menunjukkan pukul 01:20 wib dini hari, Randi terbangun dari tidurnya, melihat ke sampingnya, tidak ada Yana, Dia menghela nafasnya, wajahnya sedih.

Randi bangun dari tidurnya, beranjak dari kasur keluar kamar, melangkah gontai dalam ruangan,

Randi melihat ke arah ruang tamu, tidak ada Yana tidur di sofa, kosong, dia melangkah gontai, membuka pintu kamar Dewi, anak ke duanya, Dewi tidur nyenyak sendiri di dalam kamar.

Randi melangkah pelan naik ke lantai atas, melangkahkan kakinya pelan satu persatu di tangga tangga itu,

Randi melangkah ke kamar tamu yang ada di lantai atas itu, saat hendak membuka pintu kamar tamu, pintu itu terkunci.

Randi tahu kalau Yana ada didalam kamar itu. Pelan pelan dia mengetuk pintu kamar .

"Ma.... Mamaa... tolong buka pintunya Ma..." Randi memanggil Yana dan terus mengetuk pintu pelan, lampu kamar masih menyala, artinya Yana belum tidur dikamar itu, karena selama ini, Yana tidak akan bisa tidur jika lampu kamar tetap menyala. Sekali lagi Randi mengetuk pintu kamar dan memanggil Yana.

"Mamaaa, tolong bukain pintunya, pindah tidurnya di kamar kita yuk.

Maa.." Ujar Randi lembut. Dia mengetuk pintu lagi dengan pelan pelan, Yana menjawab dari dalam kamar.

"Aku mau tidur di sini." Jawab Yana, dari dalam kamar, mendengar suara Yana, Randi pun tersenyum getir.

"Pindah tidurnya ya Ma, kan gak biasa kamu tidur dikamar ini." Ujar Randi bersabar atas sikap Yana  sambil terus mengetuk pintu kamar itu lagi.

"Tolong bukain dulu pintu ini bentar Ma." Kata Randi memohon, Tak lama Terdengar suara kunci, pintu lalu dibuka Yana, Randi mencoba tersenyum lembut pada Yana yang lantas langsung kembali ke kasur dan merebahkan tubuhnya dikasur.

"Pindah tidurnya yuk Ma, dingin loh di kamar ini." Ujar Randi lembut. Yana menjawab tanpa melihat wajah Randi, Dia menutupi wajahnya dengan selimut.

"Aku mau tidur disini malam ini, dikamar bawah justru dingin banget, gak tahan aku, kedinginan." Yana menjelaskan alasan dia tidur dikamar tamu itu. Randi paham kalau itu hanya alasan nya saja, Randi berusaha tenang menghadapi sikap Yana.

"Kenapa gak dimatiin ac kamarnya kalo kedinginan?" Jelas Randi.

"Udah, emang kamu gak ngerasa ac mati dikamar ?"

"Aku sengaja tidur di sini karena kedinginan." Jelas Yana.

"Udah sana, aku capek, ngantuk mau tidur." Yana menyuruh Randi segera keluar dari kamar itu dengan nada kesal.

"Tidurnya di kamar kita ya. dibawah." Ujar Randi.

"Nggak ah, dibilangin aku kedinginan!"

"Udah sana jangan ganggu deh." Ujar Yana mulai kesal dengan Randi, Randi mencoba bersabar dan tersenyum.

Randi merapikan selimut Yana, lalu meletakkan selimut itu ketubuhnya Yana seperti biasa dilakukannya jika Yana mau tidur.

Randi hendak mengecup pipi Yana, Yana melengos, menghindari ciuman Randi.

"Udah sana ah, ngantuk niih ah!!" Ujar Yana dengan nada kesal dan menutup wajahnya dengan selimutnya. Randi menatap Yana, menghela nafas lirih, lalu dia melangkahkan kakinya keluar kamar, tak lupa ia matikan lampu kamar, lalu menutup pelan pintu kamar itu, untuk kembali ke kamarnya.

Yana yang sudah melihat tidak ada Randi dikamar itu bangun dari rebahannya dengan bersungut kesal.

"Brengsek, bisanya cuma ganggu orang aja!" Ujar Yana kesal sambil bangun melangkah ke pintu kamar, lalu mengunci pintu kamar itu,Yana lantas kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status