Share

Hinaan itu membangkitkan sisi gelap Randi !

Kembali ke Masa sekarang.

   Randi yang masih duduk di sofa ruang tamunya menghapus air matanya, menghela nafasnya.

"Kenapa kamu berubah Yana?" "Hanya dalam hitungan hari kamu lupa semua akan janji janji kita,  janjimu yang mengatas namakan Allah mencintaiku, hidup semati?" Gumam Randi.

Randi menangis sejadi jadinya, meratapi pernikahannya yang telah hancur berantakan.

   Malam itu, selepas sholat isya, Yana pulang kerumahnya, masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Randi duduk di sofa ruang tamu tidak bergeming , tidak mendekati Yana lagi seperti kemarin, karena Randi tahu hal itu sia sia dilakukannya.

Dewi keluar dari arah kamar membawa bungkusan kardus kardus dari arah kamarnya, meletakkannya diruang keluarga, lalu Dewi masuk lagi ke kamarnya, lalu keluar kamar dengan membawa tas besar berisi pakaiannya.

Dari arah lantai atas terdengar langkah kaki Sekar menuruni anak tangga, Sekar kesusahan membawa bungkusan kardus.

"Wiiii, tolooongiiin dooong..." Teriak Sekar, Dewi melangkah mendekati dan membantu Sekar membawa bungkusan kardus dan meletakkannya dekat bungkusan kardus milik Dewi.

Mendengar berisik itu Randi penasaran, Randi berpura pura melangkah kedapur untuk minum, Randi melihat tumpukan kardus kardus dan pakaian milik Dewi dan Sekar di ruang keluarga, Randi paham situasi itu. Tak lama Yana keluar dari kamarnya membawa 2 tas besar.

"Kalian udah bawa semua yang kalian perluin ?" Tanya Yana pada Sekar dan Dewi yang lantas mengangguk. Yana lalu melangkah membuka pintu taman samping garasi rumah, lalu melangkah kegarasi, diikuti Sekar dan Dewi yang membawa sebagian bungkusan kardus mereka.

Setelah Yana, Sekar dan Dewi keluar dari garasi rumah, dari cctv rumah Randi melihat mereka melangkah pergi dengan membawa bungkusan kardus kardus itu.

Tak lama Yana, Sekar dan Dewi kembali kerumah, masuk kedalam garasi, Randi cepat lari dan duduk di sofa ruang tamu, berpura pura cuek dengan keadaan itu.

Sekar, Dewi dan Yana membawa bungkusan bungkusan kardus dan pakaian mereka keluar dari rumah.

Setelah terdengar suara pintu garasi ditutup dari arah luar, Randi cepat melangkah ke jendela yang ada diruang tamu itu, mengintip keluar.

Terdengar suara mobil melaju didepan gang rumahnya, mobil itu tidak masuk, menunggu didepan gang, setelah mobil itu pergi membawa Yana, Sekar dan Dewi, Randi kembali duduk di sofa.

"Mas Badrun jemput mereka pake mobil."

"Paling mereka nginap di rumah jetak." Ujar Randi pada dirinya sendiri.

Ya, Rumah Jetak adalah salah satu rumah warisan almarhum ibunya Yana, selain Rumah Jetak yang menjadi milik Yana, ada 3 rumah yang dikontrakkan di rumah Jogja milik Yana.

"Gak baik kamu pergi ninggalin rumah tanpa izin suami, padahal belum jatuh talak Yana." Gumam Randi sendiri, ia menghela nafas. Randi mulai berfikir keras bagaimana selanjutnya ia mengatasi masalah hidupnya itu.

Randi duduk diam di sofa, tubuhnya bergoyang goyang, diam berfikir keras.

Ruang tamu itu seakan berputar putar pelan pelan hingga kemudian semakin cepat, sama seperti pikiran Randi yang mulai berputar putar tak tentu arah.

Randi akhirnya berdiri melangkah menuju Musholla.

Randi mengamuk, Peci peci yang tergantung dilemari gantung di musholla itu dibuang Randi, gamis gamis untuk sholat dilempar ke lantai Musholla. Randi tampak marah, marah dengan keadaannya.

"Yaaaa Tuuhhaaaaan, kenapa Kau biarkan aku hancur begini ?"

"Selama ini aku nunggang nungging berusaha mengikuti dan nurutin semua perintahmu, tapi apa balasanmu padaku Tuhan?!!" Teriak Randi.

Randi berteriak didalam rumahnya itu tidak terdengar ke luar, karena rumahnya dibuat kedap suara, tetangga tetangga selama ini tidak pernah mendengar suara berisik dari dalam rumah jika pun didalam rumah menyetel musik keras keras. Randi lalu terduduk di sajadah.

"Bukankah kau memberikan kesempatan kepada hambamu yang mau bertobat dan mengakui dosa dosanya Tuhan ?!!"

"Kenapa Engkau tidak membuat hati Yana agar mau memaafkanku dan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan bahkan dosaku padanya,  kenappaaa?!!" Teriak Randi protes pada Tuhan. Amarahnya memuncak meratapi segala yang terjadi dalam dirinya.

"Kenapa Kau tidak mendengarkan doa ku, kenapa Kau tidak ijabah permohonanku untuk mengembalikan keutuhan , keharmonisan rumah tanggaku, kenapaa!!??" Ujar Randi sambil menangis meratapi nasibnya, Randi tak dapat menerima semua kenyataan yang terjadi padanya.

"Kenapa Kau malah menjauhkan istriku dariku, kenapa Kau membiarkan rumah tanggaku hancur berantakan!!"

"Dimana kasih sayangmu, dimana dirimu yang mengatakan berdoa dan memintalah padamu maka Kau akan kabulkan?!!"

"Mengapa Kau tidak kabulkan permintaanku, malah menjauhkan dan membiarkan aku hancur? kenapa...!!Kenapaaaa Tuhaaaan...!!" Teriak Randi protes dan Marah pada Tuhan karena keadaannya yang hancur seperti itu.

"Jika begini apa yang harus aku lakukan ?"

"Kalo Kau aja gak bisa menolongku sebagai Tuhan, siapa lagi yang bisa menolongku?" Teriak Randi.

"Mengapa Kau membiarkan aku, kenapa kau tinggalkan aku, kenapa kau hancurkan hidupku Tuhan ?!"

"Apa Kau mau lihat aku semakin menumpuk dosa dosaku padamu?" "Apa Kau ingin aku terus berbuat dosa padamu ? itu yang Kau inginkan dariku Tuhan ?!!"

"Jika Kau tak dapat menolongku, tidak dapat menyelesaikan masalahku ini, buat apa aku harus capek capek menuruti dan mengikuti, menjalani semua yang Kau mau dan Kau minta ???!!!"

"Tidak adakah kesempatan buatku untuk memperbaiki semuanya Tuhan ?!"

" Tidak adakah lagi kesempatan buatku menebus semua kesalahan kesalahanku ?"

"Mengapa Kau hanya diam saja Tuhan!"

"Mengapa Kau tak dapat membantuku, mengapa Kau hanya diam saja ! Bukankah Kau tahu apa yang aku alami ini!!"

"Mengapa Kau tidak mendengarku Tuhan, Kenapaaaa!!?" Teriak dan raung Randi didalam musholla itu, begitu kecewanya Randi pada Tuhan, karena menganggap Tuhan mengabaikan dan membiarkan dirinya hancur.

"Kalo Kau tidak bisa membantuku, tidak bisa menolongku, tidak bisa mengembalikan keutuhan rumah tanggaku ini, buat apa aku menyembahmu!"

"Kau bukanlah Tuhan! Bagiku kini tidak ada lagi yang namanya Tuhan, omong kosong!"

"Aku lah Tuhan itu sendiri, karena semua hal yang ada pada diriku, hanya aku saja yang bisa memperbaiki dan menyelesaikannya, bukan Kau yang disebut Tuhan!!"

"Mulai saat ini, persetan semua yang mengatas namakan Kau sebagai Tuhan, Aku tidak akan pernah percaya lagi seumur hidupku !" Ujar Randi.

Randi tampak begitu kalapnya, emosinya tak terkendali, tak lama Randi memegang kepalanya, terasa sakit sekali, Tumor otak yang menggerogoti otaknya kambuh, Randi mencoba menahan rasa sakit itu, ia rebah dilantai musholla berguling guling dilantai musholla, memegang kepalanya, balik kanan balik kiri menahan sakit.

Tak lama sakit dikepalanya mereda, Randi tampak terdiam dilantai, terbaring lemah. tak lama matanya terbuka lebar, lalu ia berdiri dan bangun, lantas melangkah menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, Randi duduk di sofa, ia terdiam, memejamkan matanya, beberapa menit kemudian tampak Randi sudah tenang, perlahan dia membuka matanya, dia kaget melihat Rahman duduk di salah satu sofa ruang tamu itu.

"Kapan kamu datang kerumahku?"

Tanya Randi pada Rahman yang tersenyum berdiri dihadapannya , menatap tajam pada Randi.

"Dari tadilah." Ujar Rahman santai.

Max, kucing Randi yang melihat Randi seperti menatap takut, saat Randi berdiri, Max , kucing hitam itu lari cepat menghindar dari Randi. Randi cuek melihat sikap kucing itu.

"Aku ambil minum dulu, mau ngopi?" Tanya Randi.

"Gak usah, duduk aja, santai aja." Ujar Rahman.

"Udah saatnya pekerjaan yang bertahun tahun kamu hentikan, sekarang kamu jalani lagi." Ujar Rahman pada Randi.

"Maksudmu ?" Tanya Randi.

"Iyaaa, kita nostalgia dengan masa lalu kita." Ujar Rahman.

Randi duduk di sofa lagi, dia terdiam , berfikir, memandang Rahman yang tersenyum padanya.

   Siang itu, Randi tampak duduk di sofa ruang tamu, tangannya memegang lembaran surat, dimeja ruang tamu tampak amplop coklat yang berlogo "Pengadilan Agama..."

Randi tampak tersenyum kecut membaca lampiran surat panggilan sidang dari pengadilan agama.

Lalu Randi membaca lampiran surat berisi talak yang dibuat oleh Pengacara Yana.

Membaca surat talak itu Randi tertawa tanpa mengeluarkan suara, dia mentertawakan isi dari surat talak itu. Randi lalu meletakkan surat talak itu di meja.

"Segala cara kamu lakukan untuk memuluskan niatmu Yana."

"Lucu kamu, isi pengajuan talak yang dibuat pengacaramu itu omong kosong semua." Ujar Randi sambil tertawa menyeramkan, pandangannya tajam lurus kedepan.

"Baiklah Yana, jika itu yang kamu pilih, aku akan ikutin permainanmu ini." Ujar Randi. Randi lalu tampak menyeringai, menahan geram dan amarahnya.

Tak berapa lama bunyi handphone Randi. Dia mengambil handphonenya yang ada di meja ruang tamu itu, membuka pesan, ada pesan dari Yana.

"Kapan kamu pergi dari rumahku? Udah 1 minggu aku kasih waktu buatmu." Isi pesan Yana.

Randi membaca pesan w******p Yana itu. Dia lalu mengetik balasan ke wa Yana.

"Ya kamu sama anak anak pulang aja kerumah ini, kan ini rumahmu, kenapa harus pergi." Jawab Randi pada pesan wa itu. Tak berapa lama kemudian, handphone Randi bunyi. Dia melihat pesan yang masuk, ada balasan dari Yana.

"Anak anak gak mau dirumah itu kalo kamu masih ada dirumah." Balas Yana.

Randi tersenyum kecut, lalu mengetik balasan wa lagi.

"Kenapa kamu harus libatkan anak anak dari masalah kita?" Ujar Randi.

"Karena mereka anak anakku, wajib tahu kalo mamanya bercerai." Balas Yana.

"Ya, aku paham, mereka anak anak kandungmu, tentu akan ikut dan menuruti mau kamu." Balas Randi. Ya, Randi menikah dengan Yana yang seorang janda memiliki 2 anak gadis, Sekar berumur 20 Tahun, dan Dewi berumur 13 Tahun.

Sementara Randi seorang duda yang juga memilik 1 anak gadis usia 21 tahun yang sudah bekerja dan tinggal di Jakarta dengan mama kandungnya.

"Aku harap, secepatnya kamu angkat kaki dari rumahku." Ujar Yana mengirimkan pesan lagi. Randi membacanya menghela nafas.

"Kemana aku harus pergi kalo mendadak? Aku gak punya uang sama sekali, semua kartu kreditku sudah kamu sita dan ambil semua, kamu blokir."

"Pergi dari rumah ini kan harus pake biaya untuk bawa barang barangku. kasih aku waktu." Ujar Randi memelas pada Yana agar dia punya waktu untuk mengemasi semua barang yang akan dibawanya pergi.

"Aku kasih kamu waktu 1 minggu lagi." Jawab Yana.

"Jangan gitulah, tolong  kasih aku waktu sampe aku dapat duit buat biaya ongkosku pergi." Jelas Randi membalas pesan Yana.

"Sementara aku yang akan ngontrakin kamu , mau di Jogja atau Klaten, nanti aku yang bayar 1 bulan, selanjutnya terserah kamu." Jelas Yana pada Randi. Membaca pesan Yana itu membuat Randi tersenyum kecut.

"Dari mana aku dapat uang buat hidup selanjutnya ?"

"Tolonglah, kasih kesempatan aku cari pinjaman uang, agar aku bisa langsung pergi ke Jakarta. Di Jakarta nanti aku mau melanjutkan lagi pekerjaan aku dulu." Jelas Randi.

"Aah, pokoknya aku tunggu 1 minggu ini , kamu harus segera pergi." Balas Yana di wa nya.

Randi menghela nafasnya , tampak Randi berfikir.

"Mudah mudahan aku dapat pinjaman uang agar cepat pergi dari rumahmu ini." Jawab Randi membalas pesan wa Yana. Tak ada lagi balasan pesan w******p dari Yana, Randi tampak lemah, duduk di sofa.

Tak lama kemudian, Randi mengambil kembali handphonenya, mencari sebuah nama di kontak w******p nya, lalu mengetik pesan.

"Assalamu'alaikum.

Mohon Maaf mengganggu , bisakah saya minta tolong pinjamkan uang 3 juta ? ini nomor rekening saya. Nanti jika sudah ada rejeki secepatnya saya ganti." Ujar Randi mengirimkan pesan itu dengan mencantumkan nomor rekening banknya. Tak berapa lama terdengar bunyi pesan di handphone.

"Bip"

Randi segera membuka pesan w******p itu, ada 1 pesan dari Marwan, teman yang sudah dianggapnya adik sendiri itu.

"Waalaikum'salam abang.

Siap. Tapi Mohon maaf abang, saya gak punya rekening, kalo saya datang kerumah abang langsung gimana ?" Jawab Marwan membalas pesan Randi. Randi mengetik, membalas pesan Marwan.

"Ya ga apa, datang aja, saya ada dirumah." Balas Randi.

"Siap, nanti saya meluncur kerumah abang." Balas Marwan, Randi sedikit lega, lalu meletakkan handphonenya di meja lagi.

Randi tampak wajahnya berubah sedih, lalu ambil handphonenya lagi. mengetik pesan w******p.

"Gimana kabar kamu nak? sehat kan ?" Kirim Randi ke w******p anak semata wayangnya yang tinggal di Jakarta.

"Alhamdulillah sehat pah, papah juga kan." Balas Anak Randi.

"Papah sehat."

"Rencana papah mau ke jakarta nak kalo dapat pinjaman uang, mau usaha dijakarta." Jelas Randi pada anaknya. Tak lama ada balasan pesan dari anaknya lagi, Randi membacanya.

"Kenapa Pah? ada masalah sama bunda Yana ?" Tanya Via, Anak Randi seakan feeling punya firasat gak baik tentang papahnya itu.

"Gak ada apa apa kok nak, Papah cuma mau usaha aja di Jakarta."

"Jelasnya nanti deh papah jelasin ke Via kalo kita udah ketemu ya." Jelas Randi pada anaknya. Ada balasan dari Via , Randi membaca pesan itu.

"Kabari Via kalo papah udah ke jakarta." Balas Via.

"Iya nak." Balas Randi. Randi lalu meletakkan handphonenya dimeja ruang tamu, Air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik nafas berat.

"Maafin papah nak..." Gumam Randi dalam tangisnya. Meratapi nasibnya, Dia tak ingin sebenarnya anaknya mengetahui apa yang terjadi dalam rumah tangganya.

"Cengeeng  , ngapain kamu nangis gitu." Terdengar suara , Randi kaget menatap ke kirinya, tampak Roni berdiri di samping kirinya.

Sandi muncul sambil menghempaskan pantatnya di salah satu sofa diruang tamu itu.

"Udaaah, ikutin aja sarannya Rahman... " Ujar Sandi.

"Biarin , kasih kesempatan Randi mikir solusinya sendiri, kalo udah buntu dia juga pasti minta tolong kita." Jelas Sanur, yang berdiri di samping Roni.

"Kapanpun kamu butuh bantuan, aku pasti siap, siapa pun yang kamu mauin." Ujar Rahman pada Randi.

Randi diam berfikir, menatap kearah Rahman, Sandi, Sanur dan Roni bergantian.

"Kalian gak usah ikut campur masalahku, biar ku selesaikan sendiri." Ujar Randi.

"Emang bisa ? Selama ini kamu cuma diam aja sama orang yang udah merendahkan kamu." Ujar Roni melecehkan Randi, mendengar itu Randi menarik nafasnya berat.

"Udah, tinggalin aku sendiri, aku pusing, mau istirahat." Ujar Randi lalu merebahkan tubuhnya di sofa.

Sanur, Roni, Rahman dan Sandi tersenyum melihat Randi yang mencoba memejamkan matanya itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Novi Andri
bagus cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status