Malam itu, Roni habis menerima telepon, wajah nya tampak marah, tatapan matanya buas, dia mengamuk melemparkan ponsel ke lantai dan menendang meja tamu yang ada didepannya.
"Berani beraninya dia mempermainkan kita !!" Ujar Roni marah sekali. Dia Marah karena merasa gagal tidak bisa menculik Yana.
"Dia pikir dengan lari dan sembunyi, gak bisa ditemui ?!" Ujar Roni lagi. Sanur menyeringai tajam, mundar mandir melangkah diruangan itu.
"Kita pasti bisa menangkapnya, kita pasti bisa !" Ujar Sanur.
"Sepertinya dia tau bakal di datangi kerumah , makanya dia ngungsi." Ujar Rahman.
"Gak mungkin dia tau, itu cuma faktor beruntung aja !" Ujar Sandi .
"Dia pasti ada di rumah Jogja, nginap." Ujar Randi dengan nada datar tertunduk duduk di sofa.
Tiba tiba Roni menendang sofa."Aaagghhh...Siiiaaall !!" Ujarnya dengan kalap. Kesal dan marah, dia makin kalap mendengar Yana dirumah Jogja.
"Datang dan culik aja ke rumah Jogjanya
Di dalam kamarnya, Sita sedang melipat pakaian pakaiannya dan memasukkan kedalam koper yang ada di atas ranjang, dia merapikan pakaian pakaian yang ada di dalam koper .Jumirah, ibunya Sita masuk ke dalam kamar, melangkah mendekati Sita yang sedang merapikan pakaian pakaiannya ."Sudah kamu ceritaian ke Via semuanya ?" Tanya Jumirah."Belum ma." Jawab Sita masih dengan sibuk mengambil pakaian pakaian dari dalam lemari pakaian lalu memasukkan pakaian pakaian itu ke dalam kopernya."Kok belum? Mau kapan kamu ceritain kalo kamu udah mau pergi?" Ujar Jumirah."Rencana hari ini ma, Via libur kerja, aku udah janji sama dia." Ujar Sita menutup kopernya lalu menguncinya. Jumirah lega mendengarnya."Syukurlah kalo kamu mau jujur ceritain ke Via." Ujar Jumirah."Kasihan Via, dia memang harus tau bagaimana papah nya. Mudah mudahan Via bisa menerima kenyataan nanti ." Ujar Jumirah, Sita mengangguk lemah menatap Jumirah yang tersenyum padanya.
Di Stasiun Kereta Api Bogor - Jakarta, tepatnya di Stasiun Citayem, tampak orang orang ramai berkerumun menunggu kedatangan Kereta dari arah Bogor menuju Jakarta, stasiun itu tampak penuh dengan orang orang yang hendak beraktifitas dan bekerja.Di satu sudut, dekat peron masuk ke stasiun, tampak Randi sedang berdiri menunggu, dia mengamati seluruh orang orang yang datang dan masuk ke stasiun tersebut.Tak berapa lama, Randi melihat Sita turun dari motor ojek, lalu melangkah memasuki stasiun, melihat kedatangan Sita, Randi pun bersembunyi, agar istrinya itu tidak melihatnya, Sita bergegas ke loket, membeli tiket kereta lalu melangkah ke peron dan masuk ke dalam stasiun, berdiri menunggu kedatangan kereta, Randi pun cepat mengikutinya, dengan menjaga jarak dengan Sita agar tidak diketahui kalau dia mengikuti istrinya itu.Tak Lama kereta datang dari arah Bogor, berhenti di stasiun citayem itu, orang orang segera berebut naik dan masuk ke dalam ker
Kembali Ke Masa Kini. Sita menangis, dia menghapus air matanya, menangis tersedu sedu menceritakan kenangan pahitnya di masa lalu, Via, anaknya mendekati mamanya lalu memeluknya, wajah Via tampak sedih."Gak perlu mama terusin ceritanya kalo buat mama makin sedih." Ujar Via pada Sita sambil menghapus air mata mamanya yang membasahi pipinya, Sita menghela nafas, tersenyum menatap wajah anaknya."Mama gak apa. Biar mama terusin ceritanya, ada hal yang kamu harus tau dibalik semua ini." Ujarnya pada Via yang hanya diam, wajah nya menunjukkan raut muka yang sedih, prihatin mendengar apa yang dialami mamanya itu."Mama lanjutin ceritanya ya." Ujar Sita sambil menghapus air matanya, Via mengangguk lemah dan tersenyum pada mamanya, melepas pelukannya lalu duduk diam disamping mamanya di sofa.Sita menarik nafasnya dalam dalam, berdiam sejenak menenangkan dirinya, berusaha tenang agar ia bisa melanjutkan ceritanya.Bagi Sita, Sudah waktunya
Setelah mengetahui tentang papahnya, sikap dan raut wajah Via berubah, dia lebih banyak diam sekarang, tidak seriang dan se ceria biasanya, raut wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang mendalam, dia belum bisa menerima segala perbuatan papahnya atas apa yang baru diketahuinya.Via tampak sedih, tak menyangka begitu menyakitkan apa yang sudah dialami mamanya, dia tak habis fikir mengapa papahnya tega berbuat keji, padahal apa yang di lakukan mamanya hanya demi membantu ekonomi keluarga.Via juga tak dapat menerima kenyataan jika ia memiliki seorang bapak yang berpenyakit kejiwaan, seorang psikopat, yang bisa saja menjadi seorang pembunuh. Via tak dapat membayangkan semua keburukan keburukan yang bisa saja terjadi pada papahnya. Setiap Via berangkat kerja, dia selalu menunjukkan wajah yang menyimpan duka mendalam, tubuhnya lesu, Sita yang melihat keadaan anaknya itu jadi merasa bersalah, namun, dia juga tak bisa berbuat apa apa. Karena mema
Malam itu, hujan masih turun dengan derasnya, membuat udara malam itu semakin dingin, di rumahnya, Via terlihat sedang menerima telepon dari mamanya yang saat itu tengah memberikan kabar, bahwa dirinya sudah sampai dirumah budenya yang ada di Kalimantan."Syukur Alhamdulillah kalo mama udah sampe." Ujar Via dengan wajah senang, dia mendengar suara mamanya dari seberang telepon."Iya nak, Alhamdulillah diperjalanan lancar semuanya." Ujar mamanya."Ya udah, mama istirahat, kan masih capek habis perjalanan jauh naik Pesawat." Ujar Via."Iya Nak, mama istirahat dulu ya." Telepon dimatikan mamanya.Via meletakkan ponselnya di meja rias yang ada didalam kamarnya, saat dia hendak merebahkan tubuhnya, pandangannya tertuju pada kotak berisi handphone baru.Via diam sejenak, dia menghela nafasnya, hendak mengambil kotak handphone itu, namun dia ragu, mengurungkan niatnya, dia terdiam sejenak, beberapa saat kemudian, dia lalu mengambil kot
Siang itu, di tempat kerjaannya Via sedang Istirahat, dia sedang berbicara di teleponnya."Iya bude, Nanti Via kabari kalo Via jadi main ke rumah bude. Terima kasih ya bude." Via menutup teleponnya, dia menarik nafas berat, masih ada kemurungan yang tersisa di raut wajahnya, Via lantas mengambil Nasi bungkus yang di belinya, lalu dia pun makan.Di Kantor Polisi Klaten, tampak Kapten Polisi sedang berbicara dengan Polisi 1."Menurut data informasi yang di dapat, saat berusia 10 Tahun dia pernah membunuh , sempat di masuk kan ke penjara anak untuk kemudian di masukkan ke panti rehabilitasi anak, agar mendapat perawatan khusus." Ujar Polisi 1."Artinya, dia punya riwayat sebagai pelaku pembunuhan saat kecil." Ujar Kapten Polisi."Begitu lah Kapten." Jawab Polisi 1."Jika begitu, dia tetap kita jadikan target, lakukan pencarian keberadaannya." Ujar Kapten Polisi."Saya yakin, dia pelaku pembunuhan yang sudah terjadi selama in
Bude Intan menghela nafas dan menghempaskan pantatnya ke sofa, dia duduk dan menatap wajah Via yang tampak menyimpan kesedihan."Apa yang Via mau tau dari bude ?" Tanya bude Intan lemah lembut, Via menatap wajah budenya dengan mata sendu."Semua bude, tentang masa kecil papah, tentang kondisi sebenarnya diri papah." Ujar Via menatap wajah budenya."Via mau tau, bude pasti tau semua tentang papah Via kan ?" Ujar Via dengan mata berkaca kaca memandang wajah bude Intan yang merasa iba pada Via, Keponakan yang sangat disayangnya itu."Kenapa kamu tiba tiba mau tau tentang papahmu?" Tanya bude Intan."Via penasaran aja bude, ada rahasia yang udah diceritain mama ke Via tentang papah." Via menjelaskan."Tentang perceraian mama dan papah, tentang papah yang menyiksa mama, dan..." Via menangis, dia tak melanjutkan perkataannya, bude Intan menghela nafas, dia memeluk tubuh Via, memberinya ketenangan.Via melepaskan pelukan bude Inta
Kembali ke Masa Kini. Bude Intan menatap wajah Via yang tampak serius mendengarkan kisah tentang papahnya, air mata yang mengalir membasahi pipinya dihapus Via, dia menatap sendu wajah budenya."Lanjutin bude, Via gak apa." Ujarnya, bude Intan menghela nafas, menatap Via yang tampak wajahnya menahan kesedihan itu."Baiklah, bude akan lanjutin ceritanya." Ujarnya."Singkatnya, setelah kejadian di tepi jurang itu, gak ada lagi kejadian aneh yang diperbuat papahmu. Nenekmu terlihat senang melihat ada perubahan sedikit demi sedikit dari papahmu." Ujar Intan melanjutkan ceritanya."Papahmu tampak seperti menjadi orang yang baru, penuh semangat, dia mulai merintis karirnya secara perlahan.""Setelah lulus sekolah, papahmu lanjut kuliah kesenian, memilih bidang perfilman, disini lah karir papahmu dimulai. Papahmu punya jiwa seni yang tinggi, karirnya meningkat pesat, dia pun bekerja di film, dia mulai dari dasar, apa saja profesi di fi