Cinta yang salah akan berakhir dengan kesalahan. Maka, sadari dulu kesalahan itu sebelum egomu mengatakan kau yang paling tersakiti disini. Ingatlah, kesakitan itu bisa juga berubah menjadi dendam maupun yang paling mengerikan adalah kata 'Obsesi'. Lalu, apa kabar dengan kata cinta dan ketulusan? -> Li Qiao Feng
View MoreSinar lembut matahari pagi kini telah terpancar indah menyinari bumi, juga wajah polos sosok gadis yang masih betah terlelap di bawahnya. Seakan-akan matahari itu telah memberikan kehangatan juga ketenangan pada gadisnya yang tampak rapuh, membuat sinarnya menganggu tidur nyenyak sang gadis.
"Eughh.." lenguh si gadis malang yang bernama Arsyilla Bellvania Azzahra, yang lebih akrab dipanggil Syilla.
Gadis itu mengeliat lucu karena tidur nyenyaknya terganggu, sehingga memaksanya bangun di sertai ringisan sambil memegang kepalanya yang agak nyeri.
Mungkin karena semalaman ia berteriak dan menangis kesetanan membuatnya makin lemah pagi ini. Seketika terukir senyuman devil di bibir merahnya, diiringi mata bening yang sembab tengah sedang menatap sunrise nan indah juga menyejukkan di atas tebing. Dimana hanya tempat itu yang bisa membuat ia menumpahkan semua beban juga amarahnya semalam.
Cukup lama Syilla menatap sinar matahari pagi nan sejuk itu, hingga kini terasa udara pagi sangat panas, kemungkinan besar karena kini memasuki cuaca panas. Entah, apa yang di fikirkan gadis itu, ia hanya menyungingkan senyumnya sedari tadi. Setelah puas menatap sinar matahari yang lama-lama akan membuatnya pingsan nanti, karena ia tidak dapat menahan terlalu lama terik sinar matahari. Syilla beranjak pergi dari tempat curam mematikan itu tanpa berkata apa-apa lagi, wajah yang selama ini terpancar kepolosan dan keluguannya. Kini berubah menjadi datar juga dingin, tatapannya berubah menjadi tajam dan menusuk, siapapun yang melihatnya akan bergemetar ketakutan karena perubahan draktis sosok polos itu.
Ketika Syilla baru membuka pintu kamarnya, diatas ranjang miliknya sudah ada sosok perempuan paruh baya menatapnya nyalang bak siap menerkamnya bulat-bulat. Ini pertama kali Syilla sehari-semalam penuh tak pulang membuat sang Nenek yang terkenal cerewet dan tegas itu menangisinya semalaman suntuk, karena tak pulang-pulang dari bermain, bahkan baju kemarin sore masih melekat ditubuh mungil gadis itu.
"Dari mana saja kau, huh! semalaman tak pulang, keluyuran kemana saja kau?" cerca Neneknya frustasi, sambil memegang bahu Syilla dengan tangan gemetaran.
"Bukan urusanmu." Desis gadis itu dingin dan menusuk.
Dengan sekali hempasan Syilla terbebas dari cengkraman wanita paruh baya itu. Dengan santai Syilla mengemas beberapa potong bajunya ke dalam ransel kecil, tak peduli Neneknya yang menatap bingung akan tingkah nekadnya.
Hal itu membuat Neneknya panik dan akhirnya tersadar dengan apa yang akan dilakukan cucunya itu? Frustasi melihat hal yang tak Nenek inginkan, Nenek langsung mengeluarkan baju-baju yang dikemas Syilla dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan, huh! Apa--"
"DIAM." Bentak gadis itu dengan aura membunuh, membuat Neneknya tertegun juga ketakutan, karena bentakan Syilla terdengar begitu kejam.
Setelah selesai berkemas Syilla beranjak keluar dari rumah yang sudah memberinya kehidupan suka-duka, selama 17 tahun lamanya tanpa pamitan pada sang Nenek yang menangis meraung-raung bak orang gila.
Entah, apa yang dipikirkan gadis mungil itu sehingga memutuskan meninggalkan rumah tanpa berkata apapun, hanya aura dingin yang menyelimuti sekitar. Bahkan, para tetangga sebelah mundur ketakutan saat melihat perlakukan kejam Syilla.
"Syillaaa... kamu mau kemana, Nak... jangan pergi hiks hiks... kembalilah, Nak... SYILLA...." teriakan pilu si Nenek mengema.
Syilla yang merasa bersalah telah kasar pada Neneknya, hanya bisa menulikan pendengarannya, berharap setelah ini akan baik-baik saja. Hanya ego yang kini menyelimuti pikiran dan hatinya, bahkan ia malah mempercepat langkah kakinya tanpa sedikitpun menoleh ke belakang.
Kini, Syilla menginjakkan kakinya di kota yang mungkin cukup asing bagi seorang Arsyilla Bellvania Azzahra. Tetapi, cukup membuat orang lain berlari berbirit-birit ketakutan. Karena kota itu sudah dijuluki kota mati. Konon, beberapa tahun lalu ada pembantaian massal di kota khusus yang dipimpin Seorang Mafia plus Psycopath kejam berdarah iblis bersama wanitanya yang memiliki julukan otak licik 'Queen Frederich'.
Entah, apa motivasi Mafia itu melakukan pembantaian pada manusia tak berdosa. Syilla hanya bisa mengangkat bahu acuh dan tetap berjalan menelusuri gang perumahan yang tampak mengerikan dan angker tak berpenghuni.
Tembok-tembok pagar dan rumah-rumah kompleks sudah usang penuh percikan darah yang sudah mengering dan dibiarkan ditumbuhi tanaman liar. Tengkorak dan kerangka manusia pun berceceran di sana, sepertinya perumahan itu bekas pertempuran sengit bersejarah.
Tanpa rasa takut sedikitpun gadis itu berjalan santai memasuki hutan, setelah berjalan cukup panjang dari perumahan Jalan Elizabeth dan Jalan Albert Titanous tadi.
Di tengah-tengah hutan sana, dari kejauhan terlihat Rumah minimalis bergaya Tionghoa berdiri kokoh dengan dikelilingi pagar besi yang dirancang khusus dengan tegangan listrik mematikan. Sehingga siapapun yang mencoba menerobos masuk gerbang itu, maka siap-siap akan mati sia-sia.
Di gerbang masuk sudah disuguhi empat ekor anjing liar, yang bertugas menjaga paviliun megah itu. Anehnya, Syilla masuk dengan mudah bahkan saat menyentuh pagar bertegangan listrik pun ia seakan menyentuh pagar besi biasa, seolah tahu jika majikannya pulang, empat anjing itu hanya menunduk patuh.
Gadis itu terus berjalan dengan angkuh, melewati taman beraneka bunga termasuk mawar, tulip dan melati yang menghias indah halaman paviliun megah bertema alam.
Tanpa rasa takut di dorongnya pintu kayu cendana yang terdapat ukiran naga yang membentang indah, menghiasi pintu besar dua sisi.
Walaupun disisi kanan-kirinya ada dua bodyguard yang berjaga, tapi Syilla tak peduli. Hal pertama yang membuat orang-orang takjub dan rasa takut hilang seketika adalah? Rumah itu rapi dan beraroma terapi mawar dan cengkeh juga mint, tak ada penampakan angker atau hal mistis lainnya, hanya rasa sejuk dan menenangkan yang ada.
Ruang tamu yang tak begitu jauh dari pintu utama, menampakkan keindahannya dengan sofa mahal berlapis busa dan kulit harimau asli terjejer rapi hingga terbentuk huruf 'L'.
Di depannya juga ada meja kaca berukiran kayu cendana dengan kolam ikan kecil di bawahnya untuk menambah kesan keindahan bahan alam. Di sana, juga ada karpet busa tebal digelar begitu cantik, guci kristal juga lampu lampion merah juga bergelantungan dilangit-langit, rumah itu dari luar memang menampakan kesan sederhana. Tetapi saat masuk akan disuguhkan keindahan alam yang menyejukan karena bertema alam yang sangat kental.
Kaki jenjang Syilla melangkah ke arah undak-undakan tangga menuju lantai dua, karena saat mendeskripsikan keindahan ruang tamu barusan telinganya yang sensitif mendengar tangisan bayi dari lantai atas, ia harus mencari sumber suara itu cepat-cepat.
Tibalah didepan kamar utama yang di desaign khusus, karena sumber suara tangisan bayi barusan berasal dari kamar utama. Tanpa mengetuk dulu gadis itu langsung mendorong knop pintu, tak ada ucapan permisi sedikitpun, dan ketika masuk langsung disuguhkan kamar bernuansa hitam-putih.
Mata indahnya menemukan sosok lelaki yang berdiri kokoh dibalkon kamarnya, dan tetap fokus menatap taman belakang rumahnya. Dengan lengan kokohnya mengendong gumpalan lemak yang tak lain tak bukan adalah.
Seorang Bayi laki-laki yang sudah terlelap karena habis menangis beberapa menit lalu, terlihat bibir mungilnya sedang mengenyot silikon susu botolnya dengan lahap.
Tak ada gerakan sedikitpun dari lelaki itu ketika Syilla mendekatinya, bahkan untuk sekedar menoleh atau menyambut gadis itu pun tidak ada. Seperti sudah biasa jika rumahnya menjadi tempat pelarian Syilla sejak dulu, Syilla masuk kamar itu tanpa memikirkan sopan-santun lagi, hingga berdiri tepat di samping lelaki itu.
Mata indahnya menatap sayu bayi yang tampak tenang di lengan kekar lelaki itu. Syilla tak menyapa atau hanya sekedar basi-basi mengajak ngobrol Tuan rumah itu yang biasa tamu lakukan. Gadis itu tak terlihat ketakutan atau malu, atau tak enak hati sudah lancang masuk rumah orang tanpa permisi.
Di usaplah kepala bayi itu lembut, mengecup hangat dahi si bayi seakan menyampaikan kerinduan yang amat sangat pada gumpalan lemak bernyawa itu. Tak ingin berlama-lama gadis itu keluar dari sana menuju kamar lain, untuk membersihkan diri yang amat terasa lengket karena sedari kemarin tak mandi.
Seesoknya Syilla tetap masuk sekolah seperti biasa, kini sebuah mobil sports hitam jenis buggati divo keluaran terbaru, mendarat mulus didepan halte yang cukup jauh dari tempat Syilla menimba ilmu. Gadis itu tetap tak beranjak keluar dari mobil, malah terlihat asyik bersenda gurau dengan bayi laki-laki yang terus tertawa dipelukannya.
##Li.Qiaofeng
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments