Share

Misi sang Tentara Rahasia
Misi sang Tentara Rahasia
Author: PlutoPen

Prolog

Sebuah kericuhan terjadi di pusat ibu kota. Para teroris bersenjata yang menyebut diri mereka sebagai Fla menyerang ibu kota dalam jumlah pasukan yang sangat besar dan persenjataan yang cukup lengkap. Membuat pemerintah mau tidak mau harus memanggil seluruh pasukan pertahanan yang ada ke ibu kota untuk mengakhiri aksi para teroris.

Sudah cukup banyak warga kota yang menjadi korban akibat kekejaman Fla. Para anggota Fla sama sekali tidak memiliki rasa kasian. Di hadapan mereka, nyawa para penduduk hanyalah seperti sampah. Jadi mereka bisa 'menyingkirkannya' kapan pun mereka mau tanpa harus menunggu komando dari para petinggi Fla.

Bentrokan antara Fla dan pasukan pertahanan pun terjadi. Di dalam bentrokan ini tentu saja para pasukan teroris yang diuntungkan, karena mereka bisa menembak sesuka mereka tanpa harus memikirkan tentang keselamatan orang lain. 

Sebagian dari mereka mendapatkan tugas untuk membuat kericuhan di pusat kota, sedangkan pasukan mereka yang lainnya menerobos masuk ke dalam Gedung Serikat untuk mengambil beberapa informasi penting.

Dengan adanya kericuhan di pusat kota, membuat para pasukan pertahanan difokuskan secara keseluruhan di pusat kota. Hal itu membuat para pasukan Fla yang mendapatkan tugas untuk masuk ke dalam Gedung Serikat akan aman. Dan kalau pun ada beberapa penghalang, mereka bisa menyingkirkan penghalang itu dengan cara mereka sendiri.

Ada sekitar dua puluh lima orang yang bertugas untuk masuk ke dalam gedung serikat. Dari dua puluh lima orang itu, akan dibagi menjadi kedua kelompok saat mereka sudah berada di dalam Gedung Serikat. Lima belas di antara mereka akan berjaga. Sedangkan sepuluh orang yang lainnya akan mengambil beberapa berkas penting dan seluruh barang bukti yang dipercaya selama ini telah disembunyikan oleh pemerintahan.

Rencana mereka untuk memasuki ruang berkas berhasil dengan mudah. Namun sampai pada akhirnya saat mereka masuk ke dalam ruang itu, ada sebuah bom asap aktif. Membuat jarak pandang mereka menjadi terbatas.

Di saat yang sama, mereka semua bisa mendengar jelas ada sebuah suara langkah kaki seseorang yang menggunakan sebuah sepatu mendekat ke arah mereka.

Tidak ada yang tau siapakah yang datang saat itu. Sampai salah satu pemimpin mereka yang bernama Vins melihat ada seorang laki-laki tampan menggunakan sebuah seragam tentara berdiri di hadapannya.

Vins tak bisa berkata apa-apa saat itu. Bukan karena ia terpanah sebab ketampanan laki-laki itu. Namun karena ia merasa bingung, pasalnya laki-laki dengan pakaian tentara itu terlihat masih remaja dan ditambah lagi di bagian pundak seragam laki-laki itu terdapat tiga garis emas yang artinya laki-laki itu memiliki pangkat perwira pertama.

"Sepertinya kalian sudah membuat kericuhan yang sangat besar. Ya, aku sebenarnya tidak masalah dengan hal itu. Namun karena ulah kalian, hari di mana harusnya aku isi dengan cara bersantai bersama kekasihku mau tidak mau harus dihilangkan," ujar laki-laki yang ada di hadapan Vans dengan sebuah senyuman manis di bibirnya.

Setelah laki-laki itu selesai mengucapkan kalimatnya, tiba-tiba saja asap yang ada di antara mereka semakin menebal. Membuat mereka benar-benar tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar mereka. Bahkan Vans sendiri tidak bisa melihat lagi laki-laki yang tadi ada di hadapannya.

Di saat semua orang benar-benar buta dengan keadaan di sekitar mereka, terdengar jelas ada sebuah suara teriakan kesakitan. Dan ada beberapa percikan yang mengenai bagian tubuh atau pun pakaian mereka.

Mereka sangat yakin bahwa suara teriakan yang mereka dengar adalah suara dari salah satu rekan tim mereka. Namun karena jarak pandang mereka yang sangat terbatas, maka mereka tidak dapat melihat apa pun. Dan saat mereka semua bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pun, tidak ada satu pun orang yang dapat menjelaskannya. Sampai pada akhirnya Vans sadar bahwa percikan yang tadinya mengenai pakaiannya bukanlah sebuah air biasa, melainkan sebuah darah yang ia yakini bahwa darah itu adalah darah milik rekan timnya yang tadinya berteriak.

Suara teriakan kesakitan mulai bersahutan satu per satu. Bau wangi ruangan yang tadinya sangat harum pun sekarang mulai berubah menjadi amis darah segar. Membuat Vans semakin yakin bahwasanya mereka sedang diserang.

Namun segala tindakan Vans sekarang sudah telat. Karena sekarang di dekat lehernya sudah terdapat sebuah pisau tajam yang siap mengiris bagian kerongkongannya jika ia berbuat macam-macam.

"Siapa kamu?" tanya Vans sambil mengangkat kedua tangannya.

"Apakah kamu belum juga sadar? Kami adalah pasukan khusus yang dibentuk untuk membasmi kalian para teroris," jawab laki-laki yang ada di belakang Vans.

Vans mencoba untuk melirik ke arah belakang. Dan ternyata laki-laki yang ada di belakangnya saat ini sama dengan laki-laki yang tadi muncul.

"Bagaimana bisa kamu membunuh orang semudah itu dengan usiamu yang masih semuda itu?" tanya Vans penasaran.

"Itulah kutukan yang diberikan kepadaku. Tidak peduli seberapa banyak orang yang telah aku bunuh, tidak peduli seberapa banyak darah korban yang aku lihat, aku tidak akan pernah merasakan apa pun. Setiap emosi yang ada akan langsung sirna dilahap oleh kutukan ini. Ya aku sendiri berterima kasih pada kutukan ini. Karena dengan adanya kutukan ini, aku bisa membunuh semua musuh-musuhku tanpa harus merasakan belas kasih," ujar laki-laki itu dengan tatapan kosong.

"Siapa sebenarnya kamu?"

"Karena kamu akan lenyap dari dunia ini sebentar lagi, maka aku akan memberitahukanmu tentang siapakah diriku sebenarnya. Aku adalah Kenn, Sang Dosa Kemalasan. Kapten kelompok Utopia."

Mata Vans membulat sempurna saat Kenn menyebut nama kelompoknya. Tidak ada satu pun penjahat yang tidak mengetahui tentang kelompok itu. Kelompok itu adalah kelompok para tentara yang memang telah disiapkan untuk sebuah peperangan besar.

Kelompok Utopia. Kelompok yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Pada intinya kelompok itu adalah kelompok yang paling ditakuti dan disegani oleh para penjahat mau pun para tentara sendiri. Ditambah lagi, seluruh anggota dari kelompok itu dituntut untuk selalu sempurna saat menjalankan sebuah misi. Dan mereka semua berhasil menunjukkan kesempurnaan itu. Membuat tidak ada satu pun orang atau bahkan instansi pemerintah yang meragukan kinerja mereka.

Setelah beberapa detik berlalu, Kenn melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sejak tadi. Membunuh Vans menggunakan dengan pisaunya. Dan membiarkan tubuh Vans tergeletak di lantai dengan banyak darah yang mulai keluar dari tenggorokannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status