Sebuah kericuhan terjadi di pusat ibu kota. Para teroris bersenjata yang menyebut diri mereka sebagai Fla menyerang ibu kota dalam jumlah pasukan yang sangat besar dan persenjataan yang cukup lengkap. Membuat pemerintah mau tidak mau harus memanggil seluruh pasukan pertahanan yang ada ke ibu kota untuk mengakhiri aksi para teroris.
Sudah cukup banyak warga kota yang menjadi korban akibat kekejaman Fla. Para anggota Fla sama sekali tidak memiliki rasa kasian. Di hadapan mereka, nyawa para penduduk hanyalah seperti sampah. Jadi mereka bisa 'menyingkirkannya' kapan pun mereka mau tanpa harus menunggu komando dari para petinggi Fla.
Bentrokan antara Fla dan pasukan pertahanan pun terjadi. Di dalam bentrokan ini tentu saja para pasukan teroris yang diuntungkan, karena mereka bisa menembak sesuka mereka tanpa harus memikirkan tentang keselamatan orang lain.
Sebagian dari mereka mendapatkan tugas untuk membuat kericuhan di pusat kota, sedangkan pasukan mereka yang lainnya menerobos masuk ke dalam Gedung Serikat untuk mengambil beberapa informasi penting.
Dengan adanya kericuhan di pusat kota, membuat para pasukan pertahanan difokuskan secara keseluruhan di pusat kota. Hal itu membuat para pasukan Fla yang mendapatkan tugas untuk masuk ke dalam Gedung Serikat akan aman. Dan kalau pun ada beberapa penghalang, mereka bisa menyingkirkan penghalang itu dengan cara mereka sendiri.
Ada sekitar dua puluh lima orang yang bertugas untuk masuk ke dalam gedung serikat. Dari dua puluh lima orang itu, akan dibagi menjadi kedua kelompok saat mereka sudah berada di dalam Gedung Serikat. Lima belas di antara mereka akan berjaga. Sedangkan sepuluh orang yang lainnya akan mengambil beberapa berkas penting dan seluruh barang bukti yang dipercaya selama ini telah disembunyikan oleh pemerintahan.
Rencana mereka untuk memasuki ruang berkas berhasil dengan mudah. Namun sampai pada akhirnya saat mereka masuk ke dalam ruang itu, ada sebuah bom asap aktif. Membuat jarak pandang mereka menjadi terbatas.
Di saat yang sama, mereka semua bisa mendengar jelas ada sebuah suara langkah kaki seseorang yang menggunakan sebuah sepatu mendekat ke arah mereka.
Tidak ada yang tau siapakah yang datang saat itu. Sampai salah satu pemimpin mereka yang bernama Vins melihat ada seorang laki-laki tampan menggunakan sebuah seragam tentara berdiri di hadapannya.
Vins tak bisa berkata apa-apa saat itu. Bukan karena ia terpanah sebab ketampanan laki-laki itu. Namun karena ia merasa bingung, pasalnya laki-laki dengan pakaian tentara itu terlihat masih remaja dan ditambah lagi di bagian pundak seragam laki-laki itu terdapat tiga garis emas yang artinya laki-laki itu memiliki pangkat perwira pertama.
"Sepertinya kalian sudah membuat kericuhan yang sangat besar. Ya, aku sebenarnya tidak masalah dengan hal itu. Namun karena ulah kalian, hari di mana harusnya aku isi dengan cara bersantai bersama kekasihku mau tidak mau harus dihilangkan," ujar laki-laki yang ada di hadapan Vans dengan sebuah senyuman manis di bibirnya.
Setelah laki-laki itu selesai mengucapkan kalimatnya, tiba-tiba saja asap yang ada di antara mereka semakin menebal. Membuat mereka benar-benar tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar mereka. Bahkan Vans sendiri tidak bisa melihat lagi laki-laki yang tadi ada di hadapannya.
Di saat semua orang benar-benar buta dengan keadaan di sekitar mereka, terdengar jelas ada sebuah suara teriakan kesakitan. Dan ada beberapa percikan yang mengenai bagian tubuh atau pun pakaian mereka.
Mereka sangat yakin bahwa suara teriakan yang mereka dengar adalah suara dari salah satu rekan tim mereka. Namun karena jarak pandang mereka yang sangat terbatas, maka mereka tidak dapat melihat apa pun. Dan saat mereka semua bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pun, tidak ada satu pun orang yang dapat menjelaskannya. Sampai pada akhirnya Vans sadar bahwa percikan yang tadinya mengenai pakaiannya bukanlah sebuah air biasa, melainkan sebuah darah yang ia yakini bahwa darah itu adalah darah milik rekan timnya yang tadinya berteriak.
Suara teriakan kesakitan mulai bersahutan satu per satu. Bau wangi ruangan yang tadinya sangat harum pun sekarang mulai berubah menjadi amis darah segar. Membuat Vans semakin yakin bahwasanya mereka sedang diserang.
Namun segala tindakan Vans sekarang sudah telat. Karena sekarang di dekat lehernya sudah terdapat sebuah pisau tajam yang siap mengiris bagian kerongkongannya jika ia berbuat macam-macam.
"Siapa kamu?" tanya Vans sambil mengangkat kedua tangannya.
"Apakah kamu belum juga sadar? Kami adalah pasukan khusus yang dibentuk untuk membasmi kalian para teroris," jawab laki-laki yang ada di belakang Vans.
Vans mencoba untuk melirik ke arah belakang. Dan ternyata laki-laki yang ada di belakangnya saat ini sama dengan laki-laki yang tadi muncul.
"Bagaimana bisa kamu membunuh orang semudah itu dengan usiamu yang masih semuda itu?" tanya Vans penasaran.
"Itulah kutukan yang diberikan kepadaku. Tidak peduli seberapa banyak orang yang telah aku bunuh, tidak peduli seberapa banyak darah korban yang aku lihat, aku tidak akan pernah merasakan apa pun. Setiap emosi yang ada akan langsung sirna dilahap oleh kutukan ini. Ya aku sendiri berterima kasih pada kutukan ini. Karena dengan adanya kutukan ini, aku bisa membunuh semua musuh-musuhku tanpa harus merasakan belas kasih," ujar laki-laki itu dengan tatapan kosong.
"Siapa sebenarnya kamu?"
"Karena kamu akan lenyap dari dunia ini sebentar lagi, maka aku akan memberitahukanmu tentang siapakah diriku sebenarnya. Aku adalah Kenn, Sang Dosa Kemalasan. Kapten kelompok Utopia."
Mata Vans membulat sempurna saat Kenn menyebut nama kelompoknya. Tidak ada satu pun penjahat yang tidak mengetahui tentang kelompok itu. Kelompok itu adalah kelompok para tentara yang memang telah disiapkan untuk sebuah peperangan besar.
Kelompok Utopia. Kelompok yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Pada intinya kelompok itu adalah kelompok yang paling ditakuti dan disegani oleh para penjahat mau pun para tentara sendiri. Ditambah lagi, seluruh anggota dari kelompok itu dituntut untuk selalu sempurna saat menjalankan sebuah misi. Dan mereka semua berhasil menunjukkan kesempurnaan itu. Membuat tidak ada satu pun orang atau bahkan instansi pemerintah yang meragukan kinerja mereka.
Setelah beberapa detik berlalu, Kenn melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sejak tadi. Membunuh Vans menggunakan dengan pisaunya. Dan membiarkan tubuh Vans tergeletak di lantai dengan banyak darah yang mulai keluar dari tenggorokannya.
Kenn sedang menatap bayangannya di cermin yang ada di hadapannya. Ia mengingat-mengingat kembali sudah berapa lama sejak terakhir kali ia mengenakan sebuah almamater. Sudah lima tahun lalu? Atau bahkan tujuh tahun? Entahlah. Namun yang pasti, dalam hidupnya ia tidak pernah benar-benar sekolah seperti anak seumurannya pada umumnya. Pandangannya beralih menatap seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di meja rektor. Laki-laki paruh baya itu adalah Zhein Vionce. Orang yang bertanggung jawab dan membantunya dalam misi khusus yang akan ia jalani di sekolah ini. Lalu pandangannya beralih menatap seorang laki-laki yang juga mengenakan seragam yang sama dengannya. Laki-laki itu adalah Clay Arthur. Seorang tentara yang baru saja naik pangkat menjadi Sersan Kepala. Dan akan membantunya dalam misi rahasia kali ini. "Kalian sudah mengerti kondisinya, bukan?" tanya Zhein sambil menatap Kenn. "Kurang lebih. Kami hanya perlu memata-matai seorang mahasiswi yang ada di sini. Mahasiswa yang
Clay berpisah dengan Kenn untuk membeli makanan di kantin kampus. Sembari mengantri, ia mencoba mengamati apa yang sedang dibicarakan oleh para mahasiswa lainnya. Supaya ia bisa mengetahui apa yang baru saja terjadi dan apa berita hangat yang tersebar di kampus.Clay berniat untuk mengambil sebuah roti yang ada di sisi kanannya. Tangannya sudah tertuju pada roti itu. Namun tiba-tiba saja berhenti karena tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan seorang perempuan yang ada di sampingnya.Clay sontak menoleh ke arah samping. Memastikan siapakah perempuan yang ada di sampingnya. Dan betapa tertegun dirinya, saat menyadari bahwa perempuan yang ada di sampingnya adalah perempuan yang kemarin dibahas oleh Kenn saat baru saja keluar dari ruangan Zhein.Pitaloka Yui. Seorang komandan salah satu pasukan yang ada di Central. "Maaf, silahkan," ujar Pitaloka mempersilahkan Clay mengambil roti yang tadinya ia pun ingin menginginkan roti itu."Tidak. Ambil saja. Aku akan mengambil roti lain
Pitaloka menatap ke arah segerombolan laki-laki yang telah menggiringnya dan temannya ke belakang sekolah. Pitaloka bersikap tenang karena kondisi kalah jumlah seperti ini bukanlah hal yang baru untuknya. Ditambah lagi, Pitaloka sangatlah percaya diri dengan kemampuan bela dirinya.Namun masalahnya sekarang ia sekarang sedang bersama temannya. Sangat mustahil baginya untuk bertarung sembari melindungi temannya. Pitaloka menatap malas seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Laki-laki itu adalah Venus Locius. Seorang laki-laki yang dikenal akan kenakalannya dan kekuasaan. Laki-laki itu memiliki pasukan besar yang siap kapan pun bertempur saat laki-laki itu membutuhkannya. Membuatnya menjadi orang yang paling ditakuti."Pergilah, aku tidak ingin berurusan denganmu," ujar Pitaloka dengan tatapan malas."Kamu tau? Aku selalu mendapatkan apa yang aku mau. Dan jika memang aku tidak mendapatkannya, aku akan memastikan tidak ada orang lain bisa mendapatkannya," jawab Venus dengan sebuah seny
Beberapa hari belakangan ini, Pitaloka mencoba untuk mencari identitas ketiga laki-laki yang muncul pada pertarungan kemarin. Ia penasaran karena selama ia menjalani misi pengintaian di kampus itu, ia belum pernah sama sekali melihat kehadiran ketiga laki-laki itu.Kemampuan bela diri ketiga laki-laki itu membuatnya sedikit curiga. Ditambah lagi, laki-laki yang muncul paling akhir, sama sekali tidak memiliki hawa keberadaan. Membuatnya berpikir bahwa ketiga laki-laki itu memiliki hubungan dengan Fla.Ia mendapatkan beberapa informasi tentang ketiga laki-laki itu. Namun informasinya benar-benar biasa. Membuatnya berpikir dua kali tentang siapakah sebenarnya ketiga orang itu.Ia melamun di kursi yang ada di halaman kampus. Ia menatap ke arah langit sambil memikirkan tentang beberapa kemungkinan yang ada.Sampai akhirnya lamunannya berakhir seketika saat ada teman dekatnya menepuk bahunya sambil tersenyum lebar.Sea Angel. Seorang perempuan biasa dari kalangan bawah yang sangat dekat den
Howl sudah tidak bisa menahan tangannya lagi. Jarak antara dirinya dan Sea sangatlah dekat. Jadi usaha Pitaloka untuk menarik kembali Sea adalah hal yang sangat mustahil dalam kondisi ini.Sedikit lagi kepalan tangan Howl akan mengenai pipi halus Sea. Semua orang berpikir bahwa pukulan keras Howl itu akan benar-benar mendarat di pipi perempuan itu dan membuat perempuan itu pingsan seketika.Namun dalam seperkian detik, ada seseorang laki-laki memeluk erat tubuh Sea menggunakan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam erat tepian buku kamus kecil dan mengarahkannya tepat di hadapan wajah Sea.Dengan begitu, tinjuan Howl yang seharusnya mengenai wajah Sea, sekarang beralih membentur keras buku kamus yang di genggam erat oleh laki-laki itu.Sea menatap lekat wajah laki-laki yang memeluk tubuhnya. Ia yang tadinya panik dan tegang pun langsung mulai merasa tenang saat mengetahui bahwa Kazuha lah orang yang baru saja menolongnya."Pergilah sebelum rektor datang
Inori menatap beberapa data yang terkumpul di layar komputer miliknya. Data-data yang bersangkutan dengan Kazuha itu ia terima dari beberapa anak buahnya yang memang sudah ia berikan perintah untuk mencari informasi lebih dalam tentang laki-laki itu.Tidak ada yang spesial dari data tentang laki-laki itu. Hanya seorang laki-laki biasa dari keluarga sederhana tanpa latar belakang dalam bidang bela diri.Namun Inori merasa ada yang aneh terkait dengan Kazuha. Bukan hanya pada Kazuha, Inori juga penasaran dengan Kenn dan Clay yang juga terlihat biasa saja setelah melawan Howl.Kazuha, Clay, dan Kenn. Dari ketenangan ketiga orang itu saat terlibat dalam permasalahan itu, membuatnya berpikir bahwa ketiga orang itu memang sudah terbiasa dengan suasana seperti itu. Sehingga mereka tidak lagi merasakan panik atau pun kaget.Dari segala banyak hal yang dipertanyakan, ada satu pertanyaan yang selalu saja tidak dapat dipikir dengan akal sehat. Ia bisa menganggap bahwa ketiga orang itu adalah ber
Venus menatap kagum gaya bertarung Kazuha. Laki-laki itu memang kalah dalam hal jumlah. Namun entah mengapa, malah para pasukan mafia yang terlihat kesulitan dalam pertarungan kali ini.Venus benar-benar mengamati pergerakan Kazuha. Dan menurutnya tidak ada satu pun pergerakan Kazuha yang sia-sia. Laki-laki itu benar-benar bisa menghindari dan menangkis seluruh serangan yang tertuju ke arahnya. Sehingga tidak ada luka yang benar-benar bisa mencapai titik-titik vital tubuhnya.Betapa terkejutnya Venus saat menyadari ekspresi wajah Kazuha sama sekali tidak berubah walau sedang dikeroyok oleh banyak orang. Wajahnya masih datar seakan sama sekali tidak tertarik pada pertarungan yang sedang dilakukannya sekarang.Venus benar-benar mengagumi semua itu. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa seluruh anak buah mafia yang ada di sampingnya telah berhasil dikalahkan dengan mudah oleh Kazuha.Sekarang hanya tersisa Shu Takuma. Pemimpin dari pasukan mafia yang bernama Fox. Shu sendiri pun menyad
Clay menatap Kenn yang sedang bersantai di apartemen miliknya. Komandan pasukan Utopia itu beberapa hari belakangan ini terus menerus mampir ke apartemennya tanpa alasan yang jelas.Clay memang tidak terlalu mengerti pola pikir dan kebiasaan Kenn. Namun karena akhir-akhir ini mereka sering bersama, Clay mulai mengerti bahwa Kenn adalah orang yang sangat santai tidak peduli dalam kondisi apa pun."Apa kamu bisa membunuh orang?" tanya Kenn sambil menatap gelas teh yang ada di hadapannya."Tentu bisa. Bukankah itu adalah hal dasar yang harus dipenuhi sebelum masuk pasukan khusus?" tanya Clay balik."Berapa orang yang bisa kamu bunuh dalam satu hari?" "Tunggu dulu. Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal seperti ini?""Tidak ada. Aku cuma ingin mengetahuinya sebelum misi ini mencapai titik terburuknya."Clay sedikit bingung akan hal itu. Mencapai titik terburuk. Ia tidak pernah berpikiran seperti itu. Karena menurutnya misi ini hanyalah misi mudah. Hanya mencari informasi lebih dalam lagi t