Halooo semuanya! Alet di sini!
Jadi, hari ini, (tepatnya tanggal 18 Juni) satu tahun yang lalu, adalah hari dimana aku pertama kali publish cerita Miss Villain and The Protagonist! Yay! Sudah satu tahun lamanya aku publish cerita yang jadi cerita pertamaku di Goodnovel!
Satu tahun, beneran nggak berasa, aku masih ngerasa kayak baru kemarin aku ngepost cerita, hehe.
Dalam satu tahun ini, aku ngerasa dapat banyak feedback yang bagus dari kalian, jumlah pembaca, komentar, followers, gems, aku gak sama sekali gak nyangka, loh, padahal pas awal aku publish, aku sempet ngerasa salah platform karena mayoritas cerita itu tentang CEO, atau tentang perselingkuhan. (Aku juga pengen bikin cerita yang mengusung tema itu, tapi otakku gak nyampe mweheheh.)
Bahkan, aku masih inget, pas aku sempet nggak update beberapa bulan karena lagi (sok) sibuk di rl, banyak komentar yang masuk, nyariin aku dan minta untuk update, hahaha, aku seneng banget.
Intinya, buat kalian yang udah support, baik itu berupa ngasih komentar, gems, dan follow, aku mau ngucapin terimakasih banyak! ily!
Oke, sorry aku jadi kebanyakan ngoceh, di hari anniversary pertama ini, aku udah nyiapin fun fact tentang para tokoh di cerita ini. Let's Go!
***
Fun Fact #1 = Aquila dan Zero itu dulunya bestie banget.
Oke, aku udah pernah nyelipin informasi kan kalau Aquila itu sahabat masa kecil Zero.
Aquila sama Zero itu udah dikenalin dari waktu keciiill banget, Duke Charles sama Kaisar Lius sengaja, mereka emang udah niat buat ngejodohin mereka dari kecil, semacam perjodohan politik gitu.
Kaisar Lius emang udah sreg banget sama Aquila, karena dibanding putri bangsawan lain, menurutnya, Aquila yang paling memadai. Sedangkan Duke Charles, dia lebih fleksibel, dia oke-oke aja selama itu nggak merugikan dan Aquila pun seneng. Dan seandainya di masa depan nanti Aquila udah nemu pendamping yang dia sukai, Duke Charles bakal tetep Support meskipun orang itu bukan Zero.
Aquila dan Zero tumbuh bersama, di lingkungan yang sama, mereka berdua udah ngelewatin berbagai macam hal. Aquila pun akhirnya punya rasa suka ke Zero. Namun, semuanya berubah saat Zero kenal Zeline. Zero mulai menomorsatukan Zeline, Aquila jadi tersisihkan. Aquila ngerasa inferior, dia takut Zero direbut Zeline, makanya, Aquila dulu seringkali ngelakuin hal-hal yang berpotensi bikin Zeline celaka, semata-mata biar Zeline menyerah dan menjauhi mereka. Tapi hal itu justru bikin Zero ngerasa benci sama Aquila, dan hubungan merekapun akhirnya jadi rusak.
***
Fun Fact #2 : Keluarga Charles pernah kehilangan anak
Aslinya, Alaster itu bukan anak pertama keluarga Charles. Mereka dulu punya anak sulung, usianya sekitar 4-5 tahun di atas Alaster.
Tapi, suatu saat, ada tragedi penculikan yang merenggut nyawa putra sulung Charles. Hal itu menyisakan trauma yang amat sangaaaat mendalam, terutama untuk Ducchess Aretha.
Makanya, semenjak kejadian itu, Keluarga Charles jadi overprotective ke anak-anaknya, terutama Aquila, selain overprotective, mereka juga jadi terlalu manjain keinginan anak-anaknya, selalu nurutin ini itu, mereka nggak mau sampai kejadian yang sama terulang. (Meskipun hal itu jadi bikin Aquila bersikap semena-menanya terhadap orang lain, karena dia tahu, meskipun dia salah, dia bakal tetep dibela.)
Keluarga Charles juga mendidik Alaster untuk selalu melindungi keluarganya, makanya, meskipun Alaster kadang urakan dan suka ngelakuin hal yang berpotensi ngelukain orang lain, tapi kalau untuk keluarganya, dia itu bucin banget.
Masalah anak sulung, baik Alaster maupun Aquila, mereka sama-sama nggak tahu, karena pada saat itu Alaster belum genap satu tahun, sedangkan Aquila masih belum lahir. Ditambah, Duke Charles mutusin buat nyimpan semua kenangan berbentuk fisik (seperti lukisan keluarga, mainan, dll) Duke Charles dan Ducchess Aretha sama-sama pengen move on dari kejadian menyesakkan itu.
***
Fun Fact #3 : Banyak banget bangsawan yang pengen ngejatuhin keluarga Charles.
Alasannya? Iri.
Gini, keluarga Charles kan keluarga yang berstatus tinggi dan disegani, ditambah lagi, peluang keturunannya buat jadi permaisuri itu sangat besar, jelas banyak yang ngerasa iri dan berusaha keras buat bikin nama 'Charles' keliatan jelek di mata sang kaisar.
Contohnya, Count Raire, (ada yang masih ingat dia?)
Count Raire itu salah satu bangsawan yang jadi korban penyerangan yang dilakukan Alaster. Sebenernya, dia sendiri juga nggak yakin kalau Alaster pelakunya apa bukan, tapi dia terus-terusan nuduh dan bikin kesaksian yang merugikan Alaster di depan putra mahkota, tujuannya jelas, dia pengen caper (nunjukkin, ini loh, saya juga berkontribusi dalam penyelidikan ini) sekaligus buat ngejatuhin Alaster.
Tapi upayanya sia-sia karena Cherish, putrinya, bikin kesaksian yang berkontradiksi. (baca eps 76).
(Padahal emang bener kalau Alaster pelakunya, hehe.)
***
Fun Fact #4 : Empress sebenernya lebih mihak Zeline
Permaisuri (Empress) lebih seneng kalau Zeline yang jadi putri mahkota dibanding Aquila.
Dibanding Kaisar yang logis dan mihak Aquila karena tau latar Aquila lebih powerful dibanding Zeline, Permaisuri justru lebih mihak Zeline karena dia ngerasa putranya layak untuk bersanding sama sosok yang dia cintai, dalam hal ini, Permaisuri ngehnya Zero jatuh hati sama Zeline, bukan Aquila.
Beda sama Kaisar yang menomorsatukan logika, Permaisuri lebih sering mengikuti perasaannya.
***
Fun Fact #5 : Zeline sama Zero nggak pernah bener-bener saling mencintai satu sama lain
Zero itu tumbuh di lingkungan yang untouchable, temen deketnya dari dulu cuma Aquila doang, sama Alken nggak akrab, sama anak-anak kalangan atas lain cuma sekadar hubungan kerjasama doang. Makanya, pas pertama kali ngeliat Zeline, Zero langsung seneng banget, mereka langsung akrab dalam waktu yang cepat. Apalagi, di mata Zero, Zeline itu bener-bener cantik!
Tapi Zero sendiri juga nggak peka sama perasaannya, dia nggak pernah punya pengalaman dalam masalah percintaan. Seperti yang Zeline bilang, Zero emang statusnya itu kekasihnya dia, tapi, setiap Aquila deket sama cowok lain, atau mulai ngejauhin Zero, Zero sering ngerasa nggak terima. Zero sendiri juga nggak ngerti sama perasaannya.
Sedangkan Zeline, kalian semua tahu, Zeline deketin Zero karena Zero yang menyandang status sebagai putra mahkota. Ada banyak banget keuntungan yang Zeline dapat, termasuk Zeline jadi bebas gunain nama Zero kapan aja setiap ada situasi yang nggak menguntungkan buat dia.
***
Fun Fact #6 : Baron Aideos itu dulunya penyayang ke keluarganya
Kalian percaya nggak? Haha.
Mungkin ada yang lupa, Baron Aideos itu bokapnya Zeline. Di sini, Baron Aideos itu digambarkan sebagai sosok yang licik dan haus kekuasaan, dia bahkan nggak segan memperalat anaknya buat dapetin tujuan yang dia inginkan.
Tapi dulu, Baron Aideos tulus sayang banget ke Zeline sebagai anak perempuannya, keluarga kecil mereka harmonis, tapi semuanya berubah saat ibunya Zeline ketauan selingkuh dan kini milih buat pergi sama selingkuhannya itu, ninggalin Zeline.
Makanya, sekarang Baron Aideos sering sensi banget sama Zeline, karena muka Zeline itu selalu ngingetin dia sama istrinya yang selingkuh. Fyi aja, muka Zeline itu plek-ketiplek banget sama ibunya.
***
Fun Fact #7 : Di antara Alken dan Iluka, kalau ada yang memungkinkan untuk merebut kekuasaan, itu Iluka.
Iluka itu baik banget hatinya, dia softboy, dia bahkan rela nggak nunjukin semua skill dan potensi dia yang sebenernya karena nggak mau bikin Zero ngerasa inferior.
Iluka selalu support kakaknya, dan sesekali ngasih saran yang berguna kalau diminta. (Tapi Zero jarang minta pendapat Iluka karena Zero ngerasa bisa ngehandle semuanya sendiri).
Tapi, dengan sikap super baik yang Iluka punya, kalau dia ngerasa Zero udah kelewat batas atau Zero bikin keputusan yang blunder dan ngerugiin banyak banget rakyat, bukan nggak mungkin kalau akhirnya Iluka mutusin buat ngerebut posisi Zero.
Kalau Alken, dia emang terang-terangan nunjukkin ketidaksukaannya sama Zero, tapi Alken nggak ada niatan buat rebut posisi Zero. Alasannya, karena orang seperti Alken nggak mau terikat sama kewajiban seperti itu.
***
Fun Fact #8 : Kaisar Lius ngerasa terancam sama keberadaan Revel
Kaisar Lius diem-diem ternyata sering mantau pergerakan Revel, sekaligus menebak-nebak kemungkinan rencana yang bakal disusun Revel.
Kaisar Lius gengsi buat ngakuin ini, tapi sebenernya dia sadar, kalau kemampuan anaknya (Zero) itu masih belum ada apa-apanya dibanding Revel, seperti kemampuan untuk bernegosiasi, berdiplomasi ke benua lainnya, kemampuan melihat peluang, kemampuan buat bikin keputusan yang banyak memberi untung, semua itu ada di diri Revel.
Apalagi, Kaisar Lius juga tau tipe orang kayak Revel bukan tipe orang yang bakal tinggal diam aja kalau sesuatu yang udah menjadi haknya direbut paksa.
Tapi, Kaisar Lius nggak tau kalau sebenernya Iluka punya skill jauh di atas Zero, kalau dia tahu, mungkin yang bakal dijadiin penerus itu Iluka.
***
(Warning : Spoiler)
Fun fact selanjutnya mungkin bakal mengandung sedikiiiit unsur spoiler, cuma sedikit kok, hehe. Skip aja buat yang ngerasa nggak mau baca. Ok.
***
Fun Fact #9 : Revel sebenernya punya perasaan sama Aquila yang dulu
Ekhm, oke.
Coba kalian balik ke chapter 1, pembukaan buku ini kan disuguhi sama adegan Aquila yang mau dieksekusi mati, pas nyaris kena, ada yang teriak "AQUILAAAA!"
Kalian tahu itu teriakan siapa? Yap, itu suara Revel.
Di novel yang Alena baca, Revel sebenernya suka sama Aquila tapi milih untuk nggak nunjukin perasaannya karena dulu yang dia liat tuh Aquila selalu ngejar-ngejar Zero. Lagipula Revel lebih milih untuk fokus sama tujuan utamanya dan nggak mau ter-distract sama masalah cinta-cintaan belaka.
Tapi pas Aquila nyaris dibunuh Zero, baru deh tuh, Revel teriak, berusaha nyegah.
Kenapa Aquila (Alena) yang sekarang nggak tahu? Karena dia nggak baca novelnya sampai habis.
***
Fun Fact #10 : Cherish bakal jadi love-interest Alaster
Masih ada yang ingat Cherish? Dia muncul di chapter 76.
Cherish itu putri dari Count Raire, dia cewek yang berhasil menghadiahkan Alaster satu pukulan di wajah, yang bikin pipi Alaster memar, gara-gara dia, Alaster jadi badmood seharian haha. Tapi dia juga yang bikin kesaksian yang menguntungkan Alaster, Alaster jadi nggak dicurigain lagi.
Cherish sebenernya tahu kalau Alaster itu orang yang dia kejar malam itu, tapi kenapa Cherish mutusin buat ngebela Alaster? Entahlah, mungkin karena Alaster udah mengiming-imingi dia sesuatu.
Aku punya rencana jangka panjang buat bikin kisah Alaster dan Cherish dalam buku terpisah, nanti. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, buku yang ini aja nggak tamat-tamat HAHA. (Btw, aku nggak janji, yaa, lets see ke depannya bakal gimana).
***
Fun Fact #11 : Madam Gienka sebenernya nggak tertangkap basah
Eh?
Penyihir hitam itu licikkk, mereka juga nggak segan untuk bikin skenario seolah kliennya itu ketauan menggunakan sihir hitam (yang mau nggak mau kliennya bakal kena hukuman). Tentang sihir hitam bisa dibaca di chapter 31 & 32.
Adegan di mana Revel berhasil nangkap Madam Gienka sebenernya itu termasuk ke dalam skenario madam gienka itu sendiri. Kalau dipikir-pikir lagi, ngapain Madam Gienka ngasih Aquila botol kecil berisi bubuk ungu yang kalau dibuka bakal bantu ngarahin Aquila ke tempat Madam Gienka berada? Itu sama aja kayak nyerahin diri, kan?
Terus keuntungan yang didapat Madam Gienka apa? Gini, Sihir hitam di Kekaisaran Timur kan dilarang ketat penggunaannya, jelas Madam Gienka jadi susah dapet klien, kan? Energi siapa yang mau dia serap di sini kalau yang mau kerjasama bareng dia aja nggak ada?
Makanya, pas akhirnya setelah sekian lama dia dapat mangsa (baca : Zeline) dia langsung bikin skenario tertangkap deh, seolah Zeline jadi ketauan, dan akhirnya Zeline diharuskan kena hukuman. Nah, kalo udah gitu madam Gienka tinggal nyedot usia Zeline deh, tanpa harus susah payah nurutin keinginan Zeline dulu.
Siapa yang rugi? Zeline. Tapi itu udah jadi konsekuensi karena dari awal berani kerjasama bareng penyihir hitam.
***
Fun Fact #12 : Alena itu dulu matanya minus
Alena digambarkan jadi sosok kutu buku yang selain pinter juga sering banget melahap banyak bacaan. Wajar matanya minus.
Tapi kenapa setelah masuk ke novel dan menjadi Aquila, matanya jadi normal? Yah, namanya juga magic.
Nggak deh, alasannya sederhana, karena saat ini tubuh yang dia tempati itu tubuh Aquila, bangsawan ternama yang pasti kesehatannya dijaga ketat. Mulai dari kesehatan indra, kesehatan tubuh, sampai pola makanan.
***
Fun Fact #13 : Alena sebenernya nggak mati
Nahlohhh???
Terus gimana?
Kalian pasti tahu kan aku udah pernah bikin narasi yang ngejelasin kalau Alena mati ketabrak pas liat pacarnya selingkuh, lalu secara magicly suprisingly ternyata dia masuk ke dalam novel dan memerankan tokoh Aquila?
Kalian ada yang pernah bertanya-tanya nggak pergi ke mana jiwa tokoh 'Aquila' yang asli? Ke mana perginya jiwa Aquila yang selalu seenaknya dan nggak pernah peduli setiap ngelakuin hal-hal licik yang merugikan orang-orang di sekitarnya?
Gimana kalau aku bilang sosok Aquila yang asli masuk ke tubuh Alena yang kecelakaan, bertukar dengan jiwa Alena yang justru menempati tubuh Aquila asli?
Jadi gini, sebenernya dulu aku udah bikin planning dua project, yang pertama, yang kalian baca saat ini, mengisahkan tentang cewek yang punya bad attitude dan selalu ngejar-ngejar cowok meskipun cowok itu udah punya kekasih, dah tiba-tiba cewek yang selalu ngejar-ngejar ini udah nggak suka lagi, dan perilakunya justru berubah jauh lebih baik.
Yang kedua itu tentang Alena, cewek pintar namun naif dan kebaikannya sering dimanfaatin sama orang-orang di sekitarnya, tiba-tiba bertukar jiwa sama Aquila yang kalian tahu sendiri, punya harga diri tinggi, nggak pernah segan sama orang lain, dan selalu bertingkah sesukanya. Gimana reaksi orang di sekitarnya ngeliat orang yang dulu mereka tindas berubah jadi orang yang bakal mereka segani? Itu yang aku pengen ceritain di buku kedua.
Tapi, untuk saat ini aku mau mutusin buat fokus sama satu buku dulu, (karena kalau aku paksa buat ngerjain dua-duanya, salah satunya pasti bakal terbengkalai, heheh.)
Sayangnya, aku juga nggak tau ke depannya bakal gimana, apakah aku bakal lanjutin kisah Alena atau bakal bikin cerita baru, universe baru, aku nggak tau, aku nggak bisa janjiin apa-apa. Hehe. Sorry.
***
Okay! Itu dia fun fact untuk cerita ini, buat kalian yang masih baca dan ngasih support, aku bener-bener mau berterimakasih!
Follow medsosku :
I*******m : @Scarletcrown_
F******k : Scarlet Crown
Twitter : @Scarletcrown_
Ayo, kita temenan di sana!
Anyway, see you on the next chapter!
Salam hangat, Alet. :D
Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge
“Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare
Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m
“Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa
“Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y
“Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya