Biba terpaku di tempat, mengatur nafasnya. Kalau dia bisa, dia juga pengen mengatur ritme detak jantungnya yang berdegup kencang. Tapi sayang, dia enggak mampu. Tubuhnya gemetar, tapi ia coba menenangkan dirinya. Biba enggak ingin dirinya tampak menyedihkan di hadapan Ares. Bukan karena harga diri, tapi karena kuatir Ares jadi trauma menyaksikan kekerasan.
Ini bukan kali pertamanya ditampar oleh ibu-ibu. Pipi sebelah kirinya sudah pernah merasakan tamparan, tapi, ini pertama kalinya dia ditampar pakai tas branded mahal! Apa ini sebuah pencapaian? Entahlah.
“Kenapa anak ini masih di sini? Anak ini yang bikin Ares enggak sadar diri dua hari di rumah, kan? Sekarang dia juga bikin Ares pingsan, padahal waktunya kontrol!” suara menggelegar datang dari mulut seorang wanita paruh baya yang bertubuh mungil.
“Saya mohon maaf, bu- Nyonya? Saya akan berusaha lebih baik lagi agar tuan Ares-”
“Diem. Sekarang, kamu keluar.” Perintah
JTAK! Kepala Ares kena jitakan maut Biba. Ares yakin Biba enggak menjitak pakai tangan, tapi batu! Sakit banget!“Ngapain kamu, Bang?” tanya Biba, mukanya horror.“Biar mata Kak Biba enggak sembab! Mama sering gituin Ares!”“Astaga… untung ke Kak Biba. Lain kali jangan asal kayak gitu ke orang lain loh Bang,”“Kenapa?!”“Ya karena bisa dijitak, Bang Ares.” tutur Biba kalem.“Lah Kak Biba juga jitak Ares!”“….. ouch, iya ya.”Ares meraba-raba kepalanya. Kalau di kartun Shinchan, biasanya langsung nongol benjolan di kepala. Ares ngeri aja kalau itu beneran terjadi ke dia. Sepanjang sembilan tahun hidupnya, dia enggak pernah dijitak orang, begitu batin Ares yang menggigit bagian dalam mulutnya, saking kesalnya dengan Biba.‘Kenapa dia marah-marah gitu? Kan niat Ares baik. Mama juga sering nyium mata Ares kalau Ares habis
Seenggaknya mereka cukup tahu diri dengan menghentikan pertarungan anjing mereka sebelum satpam rumah sakit menyeret mereka keluar dengan memalukan. Mereka pindah lokasi ke kafe kecil di dekat kafetaria rumah sakit. Ketiganya duduk melingkar sambil menyeruput minuman layaknya masyarakat beradab. “Ares, sejak kapan lo jadi anjing?” Celetuk Cherish.PWLAK!“Kok mukul tangan sih lo Bib?”“Ketimbang mukul muka hayo lho,” Biba kelihatan garangnya, sedang Ares hanya geleng-geleng kepala diapit oleh dua wanita heboh.“Ouch. Iya, jangan deh. Muka gue dipake buat kerja nih”Ares menyeruput jus melonnya, sok enggak terusik dengan keberadaan dua cewek yang lagi gontok-gontokan. Enggak lama duduk di kafe, Dokter Jefri tiba buat ngambil Ares pergi dari tempat itu.“Kak Biba ntar nyusul Ares kan?”&l
“Belum telat Res, lu juga bisa kok terangsang karena cewek lain. Kita latihan mulai hari ini dengan nonton video-video yang gua kirim ke nomor lu.” Dokter Jefri nepuk pundak Ares prihatin. “Males ah. Entar ceritanya enggak nyambung semua.” “Bukan soal ceritanya o’on, tapi visualnya~!” Dokter Jefri mulai gemes. “Lah kenapa Ares cuma bisa terangsang karena Kak Biba doang?” “Itu-” “Karena cinta dong. Ares, lo itu jatuh cinta ke Biba makanya cuma bisa terangsang sama dia.” sahut Cherish yang nongol tiba-tiba.&
Mereka saling pandang cukup lama. Tapi pandangan mereka instense banget, udah kayak mau perang aja. Ares sampai gugup karena dilihatin Biba dengan tegas banget. Cuma karena dia enggak mau kalah, dia juga tetap menatap Biba, sok berani gitu.Meskipun pada akhirnya dia kalah karena buang muka duluan akibat mukanya makin merah.“Kak Biba? Ayo ciuman!”“Tsk, Bang Ares ngajak ciuman atau ngajak berantem sih?! Enggak mau. Ciuman itu cuma dilakuin oleh dua orang yang saling suka. Jadi Kak Biba enggak mau.”“Jadi… Kak Biba enggak suka Ares? Selama ini Kak Biba bohong? Katanya suka Ares!”“Itu beda konteks –suka-. Ciuman itu buat dua orang yang saling cinta. Paham?”“Kak Biba enggak cinta Ares?”“Enggak lah. Kak Biba suka Ares, tapi enggak sampai cinta juga ih,”Ares cemberut. “Tahu dari mana? Kan Kak Biba belum ngecek! Kata Kak Cherish, cara ngec
“Ih, bentar Bang Ares, Kak Biba mau ngecek siapa yang nutup pintu itu.” Biba menggeliat, mencoba lepas dari pelukan Ares yang tanpa sepengetahuannya semakin erat.“Halah, paling juga siapa. Pelayan dari rumah utama kali. Mana pipi satunya belum Kak Biba.” Ares merengek terus monyong-monyongin bibir untuk mencium pipi lainnya.“Astaga, bentar. Cek ke depan dulu, kalau orang asing yang masuk gimana?”Ares menyeringai. “Bukan bukan, emang siapa yang berani masuk rumah ini?”Omongan Ares ada benarnya. Enggak mudah menyusup ke rumah ini yang pengamanannya super ketat. Dan sekalinya masuk pun, keluarnya enggak gampang. Jadi siapapun yang buka pintu barusan mungkin adalah pegawai yang nganter makan malam seperti biasanya. Hanya saja kali ini pintunya kebanting. Mungkin karena angin atau lagi terburu-buru? Semoga hanya karena itu.Cuma, firasat Biba tuh enggak enak banget. Kayak ada yang ngeganjel di hati. Da
Ares emang enggak seberapa suka Pak Darwin. Tapi malam itu Ares jauh lebih enggak suka sekali banget dengan Pak Darwin! Dia tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar Ares. Sok akrab ke Ares dengan nepuk pundak Ares. Lalu duduk di sofa sambil merhatiin setiap sudut kamar Ares. “Yang tadi itu… ng.. saya bisa jelaskan, Pak,” Kak Biba kelihatan gugup, Ares enggak tahu kenapa dia begitu. “Yang tadi? Memangnya tadi ada apa? Yang Nanny Biba jumpalitan terus sampai nyium lantai gitu?” “Ah.. oh.. uhm.. itu… Pak Darwin haha… apa enggak lihat?” suara Kak Biba jadi nyandet-nyandet terus menciut. “Enggak ada apa-apa kok Pak. Iya enggak ada apapun, haha..ha,” sekarang Kak Biba ketawa canggung sambil garuk-garuk pahanya. Tuh kan, tuh kan, gelagat Kak Biba jadi aneh. Ngapain dia berlutut di lantai gitu? Ares menajamkan tatapan ke Pak Darwin biar dia peka kalau kedatangannya enggak Ares inginkan sama sekali! Kak Biba juga sama, dia juga enggak suka dengan adanya Pak
Hai! Aku Chelsea Issland. Besok adalah hari pernikahanku dan malam ini tunanganku mengundangku untuk datang ke rumah pengantin baru kami. Aku ingin tampil menawan malam ini. Karena dari yang kudengar dari beberapa teman cewekku bahwa beberapa calon pengantin pria akan ngasih surprise untuk calon pengantin wanitanya semalam sebelum hari pernikahan. I guess that’s the trend now. ‘Kira-kira, Jefri menyiapkan event surprise yang kayak apa ya?’ Aku tidak bisa membendung kegiranganku. “Nona, apakah mungkin Tuan Jefri menyiapkan sebuah kalung berlian merah muda untuk anda? Aku dengar kalung itu lumayan terkenal.” “Oh my. kalung berlian pink? kayaknya berlebihan deh buat aku. Aku akan senang dengan apapun yang ia siapkan. Hehehe.” “Aw~ saya senang banget buat anda, nona.” Jefri adalah hal terbaik yang bisa aku miliki. Aku tidak pernah merasakan keberuntungan seperti ini seumur hidupku sebelumnya. - Tapi, ia tidak menyangka hal itu akan memberinya sebuah trauma sebagai gantinya. Di s
Saat the man pergi ke kamar mandi, Chelsea bangkit. Dia mengusap matanya, lalu mulai meraba-raba sekitar. Ia turned her head as she mendengar suara air dari arah kamar mandi yang menyala. Ia juga mendengar suara pria humming di dalamnya. Chelsea turun dari ranjang dan berjalan sempoyongan ke jendela. Saat ia membuka korden jendela, ia melihat lampu warna-warni menyala di area jalanan di depannya. Ia juga melihat beberapa wanita dengan dandanan menor berjalan lalu lalang dengan menggandeng pria. Chelsea berpikir keras untuk beberapa saat, lalu ia sampai pada sebuah jawaban. “This… is red light district, huh?” ‘Aku pasti sudah gila! Apa aku sungguhan datang ke seorang male escort untuk balas dendam kepada Jeffrey? Am I that desperate untuk membuktikan pada Jeffrey bahwa aku juga bisa menikmati kesenangan semacam ini?! Stupid me!’ Chelsea sedang tidak dalam keadaan di mana ia bisa berpikir jernih. Ia tidak berpikir bahwa ada orang lain yang menempatkannya di posisi itu, dan malah me