Mereka saling pandang cukup lama. Tapi pandangan mereka instense banget, udah kayak mau perang aja. Ares sampai gugup karena dilihatin Biba dengan tegas banget. Cuma karena dia enggak mau kalah, dia juga tetap menatap Biba, sok berani gitu.
Meskipun pada akhirnya dia kalah karena buang muka duluan akibat mukanya makin merah.
“Kak Biba? Ayo ciuman!”
“Tsk, Bang Ares ngajak ciuman atau ngajak berantem sih?! Enggak mau. Ciuman itu cuma dilakuin oleh dua orang yang saling suka. Jadi Kak Biba enggak mau.”
“Jadi… Kak Biba enggak suka Ares? Selama ini Kak Biba bohong? Katanya suka Ares!”
“Itu beda konteks –suka-. Ciuman itu buat dua orang yang saling cinta. Paham?”
“Kak Biba enggak cinta Ares?”
“Enggak lah. Kak Biba suka Ares, tapi enggak sampai cinta juga ih,”
Ares cemberut. “Tahu dari mana? Kan Kak Biba belum ngecek! Kata Kak Cherish, cara ngec
“Ih, bentar Bang Ares, Kak Biba mau ngecek siapa yang nutup pintu itu.” Biba menggeliat, mencoba lepas dari pelukan Ares yang tanpa sepengetahuannya semakin erat.“Halah, paling juga siapa. Pelayan dari rumah utama kali. Mana pipi satunya belum Kak Biba.” Ares merengek terus monyong-monyongin bibir untuk mencium pipi lainnya.“Astaga, bentar. Cek ke depan dulu, kalau orang asing yang masuk gimana?”Ares menyeringai. “Bukan bukan, emang siapa yang berani masuk rumah ini?”Omongan Ares ada benarnya. Enggak mudah menyusup ke rumah ini yang pengamanannya super ketat. Dan sekalinya masuk pun, keluarnya enggak gampang. Jadi siapapun yang buka pintu barusan mungkin adalah pegawai yang nganter makan malam seperti biasanya. Hanya saja kali ini pintunya kebanting. Mungkin karena angin atau lagi terburu-buru? Semoga hanya karena itu.Cuma, firasat Biba tuh enggak enak banget. Kayak ada yang ngeganjel di hati. Da
Ares emang enggak seberapa suka Pak Darwin. Tapi malam itu Ares jauh lebih enggak suka sekali banget dengan Pak Darwin! Dia tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar Ares. Sok akrab ke Ares dengan nepuk pundak Ares. Lalu duduk di sofa sambil merhatiin setiap sudut kamar Ares. “Yang tadi itu… ng.. saya bisa jelaskan, Pak,” Kak Biba kelihatan gugup, Ares enggak tahu kenapa dia begitu. “Yang tadi? Memangnya tadi ada apa? Yang Nanny Biba jumpalitan terus sampai nyium lantai gitu?” “Ah.. oh.. uhm.. itu… Pak Darwin haha… apa enggak lihat?” suara Kak Biba jadi nyandet-nyandet terus menciut. “Enggak ada apa-apa kok Pak. Iya enggak ada apapun, haha..ha,” sekarang Kak Biba ketawa canggung sambil garuk-garuk pahanya. Tuh kan, tuh kan, gelagat Kak Biba jadi aneh. Ngapain dia berlutut di lantai gitu? Ares menajamkan tatapan ke Pak Darwin biar dia peka kalau kedatangannya enggak Ares inginkan sama sekali! Kak Biba juga sama, dia juga enggak suka dengan adanya Pak
Hai! Aku Chelsea Issland. Besok adalah hari pernikahanku dan malam ini tunanganku mengundangku untuk datang ke rumah pengantin baru kami. Aku ingin tampil menawan malam ini. Karena dari yang kudengar dari beberapa teman cewekku bahwa beberapa calon pengantin pria akan ngasih surprise untuk calon pengantin wanitanya semalam sebelum hari pernikahan. I guess that’s the trend now. ‘Kira-kira, Jefri menyiapkan event surprise yang kayak apa ya?’ Aku tidak bisa membendung kegiranganku. “Nona, apakah mungkin Tuan Jefri menyiapkan sebuah kalung berlian merah muda untuk anda? Aku dengar kalung itu lumayan terkenal.” “Oh my. kalung berlian pink? kayaknya berlebihan deh buat aku. Aku akan senang dengan apapun yang ia siapkan. Hehehe.” “Aw~ saya senang banget buat anda, nona.” Jefri adalah hal terbaik yang bisa aku miliki. Aku tidak pernah merasakan keberuntungan seperti ini seumur hidupku sebelumnya. - Tapi, ia tidak menyangka hal itu akan memberinya sebuah trauma sebagai gantinya. Di s
Saat the man pergi ke kamar mandi, Chelsea bangkit. Dia mengusap matanya, lalu mulai meraba-raba sekitar. Ia turned her head as she mendengar suara air dari arah kamar mandi yang menyala. Ia juga mendengar suara pria humming di dalamnya. Chelsea turun dari ranjang dan berjalan sempoyongan ke jendela. Saat ia membuka korden jendela, ia melihat lampu warna-warni menyala di area jalanan di depannya. Ia juga melihat beberapa wanita dengan dandanan menor berjalan lalu lalang dengan menggandeng pria. Chelsea berpikir keras untuk beberapa saat, lalu ia sampai pada sebuah jawaban. “This… is red light district, huh?” ‘Aku pasti sudah gila! Apa aku sungguhan datang ke seorang male escort untuk balas dendam kepada Jeffrey? Am I that desperate untuk membuktikan pada Jeffrey bahwa aku juga bisa menikmati kesenangan semacam ini?! Stupid me!’ Chelsea sedang tidak dalam keadaan di mana ia bisa berpikir jernih. Ia tidak berpikir bahwa ada orang lain yang menempatkannya di posisi itu, dan malah me
Setelah sebulanan diteror Cherish yang hampir setiap hari menelpon untuk membacakan mantra kutukan biar Chelsea enggak dapet kerjaan, akhirnya harapan Cherish kesampaian. Kalau dihitung-hitung, kerja jadi nanny lumayan juga. Enggak perlu bingung tidur dan makan di mana, karena kata Cherish, fasilitasnya udah dipenuhi semua termasuk kamar pribadi untuk nanny. Jadi, Chelsea udah enggak perlu numpang Om dan Tantenya lagi, meski harus balik ke Jakarta. Di tambah, si bocah sembilan tahun itu memang kelihatan lucu menggemaskan dari foto yang dikirimkan Cherish sebagai umpan ke Chelsea yang emang lemah dengan yang imut-imut. “Gue tunggu di Jakarta beibiiih!” Sorak ria Cherish dari seberang panggilan. Yang Chelsea lewatkan adalah tawa iblis seorang Cherish setelah menutup panggilan teleponnya. “HeheheuahaHAHA!” Tangan Chelsea mengepal rapat-rapat. Giginya gemeretak. Kupingnya menyembur merah seraya lipatan di keningnya menebal. Chelsea mengatur nafasnya satu-satu. Lalu mengambil nafas dala
“Ugh! Uph! Huuup!” Sosok itu hendak bicara namun Chelsea lebih dulu menyumpel mulutnya dengan kaos kaki yang baru saja ia copot. ‘Sial! Baru juga semalem di sini, langsung ada yang nerobos gini?! Keluarga tajir emang beda dramanya.’ Batin Chelsea kesal, seluruh tubuhnya sibuk menahan, memukul dan membekuk sosok pria di hadapannya. Chelsea jadi teringat pesan singkat Pak Darwin tadi siang. Kalau Chelsea harus jeli dan gesit dalam melindungi Ares dari pihak yang berniat menyakiti Ares. Wanita itu membanting tubuhnya ke atas si penyusup. Membiarkan bobot tubuhnya melakukan fungsinya: meremukkan rusuk si penyusup. Si penyusup meronta. Berusaha meloloskan diri, tapi di mata Chelsea dia lebih mirip kayak cacing digaramin. Chelsea menyeringai iblis. Bola mata si penyusup gemetar panik. Bergerak ke segala penjuru ruangan seolah mencari pertolongan, yang tentu saja: enggak ada. Chelsea bergegas menuju interkom. “Gila! Siapapun kamu, enggak akan aku biarin nyakitin tuan muda, dasar sinting
“Jangan mikir yang jorok-jorok, ini urusan kesehatan. Kamu dibayar untuk momong Ares kan? Sekarang itu, mental Ares masih sama kayak anak usia sembilan tahun. Dia masih terguncang akibat kecelakaan, juga karena pas bangun tubuhnya udah beda. Bisa bayangin enggak tiba-tiba tubuhmu terasa beda dari biasanya? Kondisi Ares sekarang begitu. Jadi saya, dan kamu ini tugasnya bikin Ares bisa beradaptasi dengan tubuhnya sekarang.” Dokter Jefri mengetuk-etuk gagang kursinya. “Ini juga perintah Bu Presdir, biar Ares, CEO Siastone, bisa menghasilkan keturunan. Paham? Apalagi setelah 5 bulan bangun, cuma bagian seksualnya aja yang belum terangsang. Jadi, kamu kudu kerja sesuai bayaranmu.” Dokter Jefri kayak lagi nge-rap. Degup jantung Chelsea memburu. Perutnya melilit. “Buat sekarang ini, kamu perlu bikin barangnya Ares berdiri dulu lah. Itu dulu.” “Gimana caranya…. ?” Pertanyaan polos dari Chelsea bikin Pak Darwin dan Dokter Jefri tertegun. Keduanya saling melirik kikuk pada satu sama lain. La
Pak Darwin bilang kalau Ares itu rewel soal makan. Apalagi kalau moodnya lagi jelek. Beuh, susahnya pol-polan. Dan sialnya, mood Ares hari ini lagi jelek gara-gara insiden tadi malam.Biba udah nunggu Ares di depan kamarnya sejak Dokter Jefri dan Pak Darwin pamit. Tapi sampai hari berganti dan bahkan menjelang tengah hari, Ares enggak keluar-keluar dari kamar. Padahal sarapan udah nyampek dari tadi pagi.Biba ketok-ketok pintu tapi enggak ada jawaban. Biba nempelin kuping ke pintu pun enggak ada suara kedengaran. Karena kuatir, Biba nyoba buka pintu.“Permisi Tuan Ares, saya masuk ya?” Cklek. Cklek.Eh pintu dikunci dong dari dalem. ‘Gaaaah!’Setahu Biba, tadi malam Ares juga enggak makan karena makanan kemarin malam masih utuh di meja makan. Semuanya emang gara-gara Biba yang ketiduran!‘Jangan-jangan kemarin dia ke kamarku karena laper kali ya? Bego! Bego! Bisa-bisanya aku ketiduran terus nganggur