Mata Jimmy terbelalak melihat isi dari dalam amplop tersebut. "Apa ini alasan kamu mengabaikanku?"
Setelah membaca apa isi yang ada didalam amplop, Jimmy mengeraskan rahangnya pertanda sedang marah. Kemudian dia meremas kertas yang baru saja ia baca. "Kali ini kamu sudah melampaui batas kesabaranku, Monika. Jangan salahkan aku, jika aku bersikap kejam padamu." geram Jimmy. "Tunggu setelah aku menemui istriku, setelah itu giliranmu mendapatkan balasan atas semua yang sudah kamu lakukan."
Jimmy kemudian kembali menghubungi Erika dan berharap akan ada keajaiban jika Erika mengangkat panggilan telepon darinya. "Kenapa aku bisa sampai kecolongan begini, Monika sudah mengacaukan semuanya." geramnya.
Seperti tidak mengenal lelah, Jimmy terus mencoba menghubungi Erika. Walau dengan jelas Jimmy mendengar jika panggilannya tersambung, namun Erika tidak pernah sekali pun mengangkatnya.
Wajah Jimmy mulai cemas, bercampur menahan amarah. Cemas karena tidak tahu bagaim
Hari sudah menjelang pagi, Erika yang merasakan tenggorokannya kering karena haus, ia pun terbangun dan terduduk diatas ranjang. "Ini dimana?" gumam Erika karena suasana kamar itu yang berbeda dari biasanya.Sesaat Erika lupa jika dirinya sekarang berada di cafenya Indri. "Ah ... Aku lupa kalau sekarang aku berada di cafenya Indri." gumamnya pelan menjawab kebingungannya sendiri. Kemudian dia beranjak dari ranjang setelah menyadari keberadaannya kini.Erika berjalan menuju ke meja dapur untuk mengambil air minum, untungnya Erika sudah terbiasa dengan cafe milik sahabatnya tersebut. Sehingga dia tidak kesulitan menemukan letak keberadaan dapur cafe.Setelah meminum segelas air putih, Erika pun kembali ke kamar bersiap untuk membersihkan diri. "Ternyata hpku habis baterai, pantesan tidak ada yang menghubungiku." gumamnya pelan ketika ia memeriksa ponselnya, namun ternyata dalam keadaan mati kehabisan daya.Erika berniat untuk memberi kabar pada
"Ya tuhan, sakit banget." keluh Erika sambil memegangi perutnya. Demi menghindari mobil yang melaju kencang kearahnya, Erika segera berbalik badan untuk menepi. Namun naas karena begitu cepatnya kejadian itu, Erika tidak bisa mengelak yang akhirnya membuat Erika terserempet mobil. Sehingga tubuhnya terpental keatas aspal yang ada di pinggir jalan. Erika menahan berat tubuhnya agar tidak begitu kuat terhempas diatas aspal memakai telapak tangannya, sehingga membuat telapak tangannya tergores dan mengeluarkan darah segar. Bahkan sikunya yang saat terjatuh menyentuh aspal juga tidak luput dari luka-luka. Tapi bukan itu yang jadi masalah saat ini, perut Erika yang awalnya hanya sakit biasa. Mungkin karena terkejut dengan kejadian barusan. Kini terasa mulas dan sakit luar biasa. 'Ya Tuhan, kenapa sakit sekali? Semoga tidak terjadi apa-apa dengan bayiku.' batin Erika. Dengan susah payah Erika berusaha bangkit berdiri, tapi karena kakinya terasa begitu lemas
Zack meraba pipinya yang masih terasa nyeri akibat bogem mentah pemberian Jimmy barusan. "Seharusnya aku yang memberikan pelajaran padamu." gumam Zack sambil melirik tajam kearah Jimmy.Zack yang biasanya terkenal akan keramahannya, kini terlihat memberikan tatapan permusuhan pada Jimmy. Padahal sebelumnya mereka adalah rekan bisnis yang terlihat sangat baik satu sama lain. Tapi setelah Zack mengetahui kebenaran siapa Jimmy sebenarnya, membuat Zack seolah ingin mengibarkan bendera perang padanya.Suasana didepan ruang operasi mendadak tegang, aroma perang dingin mulai tercium disana. Bahkan laki-laki yang duduk di samping Jimmy menerima imbas dari perang dingin yang tercipta.Dari arah kejauhan terlihat Indri membawa sebuah kotak P3K dan berjalan mendekati Zack yang masih memberikan tatapan kebencian pada Jimmy yang duduk di kursi panjang berseberangan dengannya. "Kenapa Er, bisa jatuh ke tangan lelaki sepertimu?" gumamnya."Sini aku obati lukamu." Indri
Erika kini telah di pindahkan ke ruang perawatan VVIP sesuai permintaan dari Jimmy selaku pemilik rumah sakit. Bahkan sejak baru keluar dari ruang ICU hingga kini sudah berada di ruang perawatan, dengan setia Jimmy selalu berada disampingnya dan tidak sedetikpun membiarkan Erika sendirian.Namun Jimmy lupa jika masih ada orang lain yang juga sama setianya menemani Erika seperti dirinya. Orang yang selalu membuat Jimmy naik darah hanya karena melihat wajahnya saja. Orang yang ingin segera Jimmy lenyapkan dari muka bumi ini, supaya orang itu tidak lagi bisa bertemu dengan istrinya. Orang itu adalah Zack, sahabat baik Erika.Zack tidak akan membiarkan Erika berada dalam satu ruang dengan Jimmy setelah dia mengetahui hubungan mereka. Walau tatapan tajam Jimmy seakan menusuk kearah jantung dan siap untuk membunuhnya, namun Zack seolah tidak peduli. Baginya, dia ingin selalu berada di samping Erika saat wanita itu butuh sesuatu. Zack mengabaikan begitu saja tatapan permusuha
Kenapa keadaan terasa semakin rumit bagi Jimmy, padahal dia berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Erika. Namun justru keadaan berbalik dan membuat semua terasa semakin jauh dari kata baik bagi hubungannya dengan Erika. "Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, sayang. Tidak akan pernah." tekad Jimmy. Disaat Jimmy baru saja keluar dari ruang perawatan, terlihat Zack datang dengan membawa sebuah kantong plastik yang berisi buah-buahan kesukaan Erika. Termasuk buah jeruk segar yang akhir-akhir ini menjadi buah favorit Erika. "Gimana keadaan kamu sekarang? Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Zack yang kemudian menarik sebuah kursi untuk ia duduki didekat ranjang Erika. "Seperti yang kamu lihat Zack, aku sudah lebih baik." jawab Erika dengan senyum bahagia. "Sepertinya lelaki itu menjagamu dengan baik, Er." ujar Zack dengan tersenyum menggoda Erika. Walau dalam hatinya Zack ingin mengambil Erika dari tangan Jimmy, namu
"Kesibukan saya disini sebenarnya untuk mendapatkan kembali hati Erika, dan itu tidak akan dapat dinilai dengan apapun. Jadi saya harap anda mengerti akan hal itu, Pak Jimmy." ujarnya, kemudian ia berjalan menjauh meninggalkan Jimmy dan Erika yang terlihat sangat shock atas ucapannya barusan.Sepertinya Zack kini lebih berani mengungkapkan perasaannya dari pada sebelum-sebelumnya. Apa karena dia sudah tahu bagaimana perlakuan Jimmy terhadap Erika? Atau karena Zack sudah tidak dapat lagi memendam rasa cintanya pada Erika? Entahlah, yang jelas karena ucapannya barusan, Jimmy memandang Zack sebagai musuh.Jimmy yang tidak dapat menyembunyikan rasa cemburu dan juga amarahnya pada Zack. Dia hanya bisa menatap punggung Zack yang keluar dari ruangan tersebut. "Dia tadi bilang apa? Dia ingin mendapatkan hatimu? Apa dia yakin akan perkataannya?" Jimmy spontan berdiri sambil menatap Erika dengan pandangan mata meremehkan. Padahal berbagai perasaan aneh menghinggapi Jimmy saat in
Tanpa basa-basi, Jimmy segera melihat rekaman cctv yang sudah diserahkan Allan padanya. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui siapa yang ada didalam rekaman tersebut."Monica?"Jimmy mengerutkan keningnya, kemudian dia menoleh kebelakang menatap kearah Allan dan Evan secara bergantian. Jimmy ingin meyakinkan dirinya sendiri jika apa yang dia lihat dilayar komputer itu bukanlah kesalahan. Kenyataan bahwa Monica adalah pelakunya, ini sungguh tidak pernah terlintas dikepala Jimmy.Allan dan Evan mengangguk yakin sebagai jawaban. "Yups. Dia Monica. Orang yang harus bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami Erika." ujar Allan.Wajah Jimmy langsung berubah dingin mendengar ucapan Allan. Apakah Monica benar-benar menantang batas kesabarannya kini? Kenapa Monica sampai berusaha melukai orang yang paling dicintainya? Apakah ini karena Jimmy tidak membalas cintanya? Makanya Monica sampai nekat seperti itu.Jimmy kembali melihat kearah layar yang a
Erika terlonjak kaget ketika mendengar ada seseorang sedang membuka pintu ruangan VVIP di rumah sakit yang ia tempati saat ini. Erika dengan mudah dapat menebak siapa yang barusan datang, sehingga dia cepat-cepat mengakhiri panggilan video call-nya dengan Angela (mertuanya). Erika yang duduk bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit, seketika raut wajahnya tegang disaat orang yang tadi membuka pintu berjalan memasuki ruangan. Bahkan orang itu semakin mendekat kearah ranjang tempatnya beristirahat. Apakah Erika berbuat kesalahan? Sehingga kedatangan Jimmy membuatnya setakut itu? Entahlah. Hanya saja dia tidak menyangka akan kedatangan Jimmy di jam kerja seperti ini, itulah yang membuat Erika benar-benar terkejut bukan main. 'Mas Jimmy? Kenapa dia datang di jam kerja seperti ini? Sungguh ini diluar dugaan.' batin Erika. Ia melihat sekilas Jimmy yang sekarang berdiri tepat disisi ranjang. Jimmy mengerutkan keningnya saat ia melihat ekspre