Apa yang dilakukan oleh Frey sudah melewati batas. Sepertinya dia memang tidak ada jeranya. Pak Tuan Aiden sebagai penyihir tingkat tinggi, sudah mengurangi kekuatan magis pada dirinya. Namun, pria itu malah semakin melunjak."Stop, Frey! Ini bukan lagi kawasanmu!" Aku memukul dada bidangnya, sambil berharap dia menurunkanku dari ketinggian."Kamu bilang ingin bertemu dengan Lucer, kan? Baiklah, aku akan mempertemukan kalian. Tapi ingat, jangan pernah menyesalinya!" Pria yang menggendongku layaknya anak kecil itu terkekeh setelahnya.Aku punya firasat buruk padanya. Jika Lucer dalam wujud manusia, bisa saja aku menahan rasa takut. Namun, apabila dia berubah wujud menjadi manusia serigala, aku tidak mungkin menaklukkan lupophobia-ku.Bulan merah semakin terlihat bulat. Saat itu warna satelit alami bumi telah berubah sangat pekat, seperti kentalnya darah segar. Mata milik Frey juga tak kalah saing, dengan pemandangan aneh di atas sana.Tidak ada bintang-bintang yang bertaburan, hanya ad
Tubuhku mulai stabil kembali. Aku sudah tidak lagi merasakan sesak, ataupun sensasi mengeluarkan keringat dingin. Untunglah, Frey menolong, kalau tidak mungkin sudah tamat riwayat hidupku.Kulirik jam, hari sudah terlampau larut. Pukul tiga dini hari, mungkin seisi rumah sedang mencari keberadaanku, saat itu. Tuan Robert adalah sosok yang sangat sulit untuk dikelabuhi. Beribu alasan melarikan diri, pria bijak itu akan menemukan letak kesalahanku.Kurasa aku harus segera pulang ke rumah, pikirku kala itu. Sungai yang alirannya tampak tenang, memberikan sedikit kenyamanan di tengah gundah-gulana.Bulan di atas sana pun sudah menghilang. Kota Aluna kembali gelap gulita. Di kala hening tanpa teman, aku kembali teringat kata-kata Pak Aiden,"Nona Phire, bangsa mereka memang sudah ditakdirkan untuk saling berpecah belah. Saya yang menjadi penengah saja hampir kewalahan. Saat itu, untunglah ada pemimpin clan, yang sekarang sudah pergi untuk selamanya. Penyakit mewabah di Aluna merenggut angg
Attitude-nya mampu meluluhkan hati seorang kharismatik seperti Tuan Robert. Ia mengenakan setelan formal, dengan rambut yang disisir rapi ke belakang. Macho, itulah pujian yang diberikan oleh Nona Kim.Kastil mewah dengan banyak pengawal berseragam sama–kemeja putih dan celana hitam pensil, menyambut kedatangan kami. Aku melirik ke kanan-kiri, mengawasi, siapa tahu ada hal buruk yang mereka rencanakan.Sebuah lampu kristal berwarna biru tergantung di langit-langit. Sofa panjang berwarna emas mengambil tempat yang cukup strategis–berada di tengah-tengah. Tatanan benda-benda di sana sangat mengedepankan unsur estetika. Luar biasa ....Keluarga Frey suka mengoleksi benda-benda antik, seperti guci, ornamen perak, maupun lukisan-lukisan abstrak. Pengharum otomatis yang ada di setiap sudut ruangan, memberikan semerbak keharuman bunga mawar. Harum sekali!Agaknya lelaki yang ingin menyaingi kepopuleran Lucer itu, lebih suka desain modern, daripada mempertahankan gaya klasik–yang saat itu sed
Dalam sebuah ikatan, mungkin ada-ada saja hal yang memisahkan. Hubungan yang terjalin turun-temurun pun tak lepas dari yang namanya pertengkaran. Hanya tergantung para pelaku, mau memperbaikinya, atau tambah merusak.Kerja sama, saling menghargai, dan melindungi satu sama lain, elemen-elemen itu memiliki peranan besar dalam suatu hubungan. Eratnya tali penyatu antar satu individu dengan yang lain, membuat hubungan itu akan berjalan lama.Hanya ada kesalahpahaman, dan semuanya berjalan buruk. Mereka adalah dua anak kecil, yang bahkan mungkin mudah untuk dipengaruhi. Frey tidak jahat. Dia hanya dihasut oleh lingkungannya.Pun, Lucer sendiri. Ya, pria idamanku itu pasti memiliki masa lalu sendiri. Aku harus menjadi penengah. Masalah yang berlarut-larut, tidak akan pernah berujung damai. Akulah pemicu konflik itu kembali ke atas permukaan. Menurutku, aku berkewajiban untuk menyelesaikannya."Chel, aku minta maaf. Ini ada nasi goreng buatanku sendiri, spesial cuma buat kamu." Aku memberika
Malam itu dadaku makin sesak, padahal tidak tertimpa apa-apa. Cara memandang dunia sudah mulai jauh dari kata "bahagia". Berharap dia merasakan, apa yang sedang kurintihkan sepanjang malam, nampaknya sia-sia saja.Aku mengingat kembali kenangan indah yang kami lalui, ketika kerja kelompok berlangsung. Diriku semakin sakit dengan ekspektasi yang kubuat sendiri. Mungkin bagi Margaret, aku adalah pria yang tidak punya banyak waktu untuknya–selalu terkesan sibuk.Senja yang akan bagus, jika dilihat pada pukul lima sore di Valerie, aku hanya ingin dia juga melihatnya. Makanya, aku memilih memundurkan waktu, untuk pertemuan kerja kelompok kelas gabungan pada pukul empat.Mengapa perpisahan itu terasa menyakitkan? Aku diusir berkali-kali olehnya. Tanpa hadirnya lagi, aku merasa sangat lemah. Tidak adakah yang setia di dunia ini? Diam-diam kupotret gadis berambut hitam lurus itu, kala ia bersamaku. Banyak sekali fotonya yang cantik jelita di dalam galeri. Albumnya kunamai khusus dengan sebu
"Nona Phire sudah berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Apakah Anda tidak hadir di kelas penting hari ini, Tuan Ford?" Pria yang berpenampilan layaknya orang formal di balai kota itu, membungkuk hormat.Aku membawa surat, dan bingung harus apa. Apakah aku harus menitipkannya? Duh, bagaimana jika Tuan Robert membacanya? Bisa-bisa akan sendiri yang akan malu."Anda terlihat sangat panik sejak tadi, Tuan Ford. Apakah saya bisa membantu Anda? Mungkin dengan sedikit bercerita, Anda akan jauh lebih baik?" tawarnya padaku."Entahlah, Tuan Robert. Kurasa aku baik-baik saja, atau mungkin tidak. Aku sendiri bingung dengan kondisi tubuhku sekarang." "Apakah masalah ini berkaitan dengan Nona Phire? Hahaha. Dia memang merepotkan, bukan?"Itu sama sekali bukan ejekan yang lucu. Aku kesal melihatnya tertawa di atas penderitaanku. Seorang yang begitu dipercayai Margaret, malah bersikap buruk pada atasannya. Kenapa di rumah Margaret setiap orang rasanya tidak waras?(Flashback on)Lima menit sebelumnya
Aku kembali mengingat kejadian itu. Margaret benar, akulah yang membunuh mereka tanpa belas kasihan. Kesalahan yang membuatku menjadi introver adalah kejadian di hari itu ....***(Flashback)Ambang pintu berwarna cokelat, dengan ukiran kuno khas Axure, kubuka dengan tangan ber-buluku. Kota pertama yang menjadi tempat lahirku, malam itu sedang terang bulan. Aku bersama lima pengawal lainnya kehilangan kontrol diri, setelah melihat cahaya rembulan terang di atas langit.Gadis kecil yang sungguh malang. Aku mana tahu, kalau itu adalah Margaret. Andai sudah saling mengenal, aku mungkin tidak akan membantai habis keluarganya.Kami yang sudah berpikir seperti serigala buas di hutan, mendekat perlahan ke arahnya. Dia nampak berusaha melarikan diri. Ketika kami hampir mencapainya, sebuah tembakan melesat ke atas langit-langit ruangan gelap, membuat kami menjauh dari tubuh lezat itu.Empat mobil polisi sudah sampai, mungkin ada yang menelepon bantuan, agar segera datang ke kediaman orang kaya
Aku–Margaret Phire, mengompres dahi pria yang kusukai. Ia tidak biasanya pingsan seperti itu. Tubuhnya tidak panas, dan normal. Kurasa dia kaget, karena pernyataan cinta yang kukatakan terang-terangan."Nona Kim, tolong bawakan kompres yang baru. Air ini sudah dingin." Aku mengeringkan tangan menggunakan lap bersih. Kemudian, memberikan nampan berisi mangkuk, dan kompres itu pada wanita yang berdiri di dekat guci besar."Tuan Ford beneran pingsan, ya, Nona? Apakah Anda menolaknya hingga dia kehilangan kesadaran diri?"Aku menutup mulutnya dengan apel–yang kuambil dari keranjang buah. "Hei, Nona Kim, Lucer itu hanya pingsan, bukan karena aku menolaknya, tahu!"Dia mengangguk pelan, lalu keluar dari ruangan perpustakaan. Rumah mewahku sedang mengalami renovasi. Kamarku tidak bisa digunakan, karena mengalami kebocoran. Aku hanya bisa membaringkan tubuh Lucer, pada sebuah sofa panjang di ruang membaca. Semoga dia tidak mengeluhkan hal itu nantinya.Pria yang kutunggu kesadarannya selama