Share

6. Event Besar

Della mengerang pelan saat dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menguap setelah dia menyelesaikan pelajarannya. Akhir-akhir ini, Della benar-benar terbakar api balas dendam sampai dia bermain game lebih lama dari sebelumnya. Dia bermain game sampai lebih dari tengah malam. Wajahnya terlihat mengantuk, saat dia mengikuti pelajaran seperti biasa.

"Ya ampun, bahkan kamu saja sampai menguap ketika mendengarkan guru tersebut bicara. Ah... Aku benar-benar ingin segera pulang saat ini. Kapan kita bisa pulang Della?"

Adam, teman seduduk Della berbicara saat gadis itu menggosok ringan matanya lalu memperbaiki posisi duduknya lagi. Della menatap teman sebangkunya itu setelah Adam bicara. Gadis beralih untuk melirik jam yang melingkar di tangannya, sebelum bicara dengan suara pelan.

"Masih ada satu jam lagi sebelum kita memasuki jam pulang sekolah. Berdoa saja semoga guru ini tidak memperpanjang waktu belajar kita," ujar Della memberi tahu. Guru yang mengajar di pelajaran terakhir sekolahnya memang terkadang menambahkan waktu belajar seenaknya jika materi yang dia ajarkan belum selesai. Della biasanya tidak masalah tentang hal itu. Namun untuk kali ini saja, Della juga diam-diam berharap guru itu akan membiarkan mereka pulang lebih cepat.

"Ya, kamu benar. Ya Tuhan... Aku mohon... Mohon sekali biarkan kami pulang lebih cepat hari ini..."

Della tertawa kecil saat temannya itu mulai berdoa sambil mengabaikan guru mereka yang tengah bicara di depan kelas. Della bersyukur karena tempat duduk di kelasnya selalu diacak, dia bisa duduk di bangku belakang saat ini. Della sungguh tidak bisa membayangkan, apa yang terjadi jika dia duduk di bagian depan dan seseorang selain Adam menyaksikan bahwa dia baru saja menguap di kelas.

Della terbiasa menjadi contoh bagi orang-orang. Dia tidak bisa membiarkan siapa pun melihat, bahwa dia menguap karena mengantuk setelah menghabiskan waktu untuk bermain game akhir-akhir ini.

Setelah kelas akhirnya selesai seperti yang diinginkan oleh semua siswa, Della segera pergi ke ruang OSIS untuk melaksanakan tugasnya sebagai ketua OSIS seperti biasanya. Della berjalan bersama Adam, yang tampaknya telah membuat Della cukup terbiasa diikuti oleh pria itu sepanjang waktunya. Adam merupakan wakilnya dalam organisasi itu. Mereka bicara sepanjang jalan, suasananya harmonis sampai Adam tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan.

"Ah! Aku lupa aku memiliki event guild pada hari ini..."

Della mengangkat alisnya saat Adam tiba-tiba membahas game dalam pembicaraan mereka. Dia tidak aneh dengan tingkah temannya itu, karena Della telah mengenal Adam sejak lama sekali. Adam memang terkenal sebagai maniak game di antara orang-orang yang mengenalnya. Dari dia pertama mengenal Adam sampai sekarang, Della belum pernah melihatnya sehari tanpa bermain game di ponsel maupun laptopnya. Melihatnya membicarakan game itu bukan hal yang aneh lagi. Della tersenyum kecil, saat dia bertanya pada temannya itu sambil ikut berhenti melangkah seperti Adam.

"Event game apa?" tanyanya ringan. Adam menggaruk pipinya canggung setelah mendengar pertanyaan Della. Ketuanya itu selalu sangat berdedikasi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Walaupun Adam tahu Della tidak akan marah jika dia membahas game, Adam takut dia akan menyusahkan Della dengan mengomel ketika mereka berada dalam perjalanan untuk menuju ruang OSIS. Adam dengan cepat menggeleng, sebelum memberi senyum dan melanjutkan langkahnya lagi.

"Itu... Bukan event penting. Aku hanya tiba-tiba mengingatnya. Tidak apa-apa. Kita akan menyortir catatan poin para siswa hari ini kan? Event itu bisa menunggu lain waktu saja."

Adam tertawa kering di awal kalimat. Dia semakin gugup saat Della menatapnya lama. Gadis itu memang terkenal baik, tetapi obsesinya pada pekerjaan apa pun terkadang akan membuat Adam sedikit takut juga.

"Kamu tidak terlihat yakin."

Adam terdiam. Ya, event itu memang terlalu bagus untuk dilewatkan. Hadiahnya cukup bagus dan dia telah menunggu lama untuk event tersebut. Adam menatap Della penuh harap, sebelum menyerah dengan rencananya untuk merelakan event itu demi dekat dengan Della.

"Tales of Dungeon. Apa kamu pernah mendengarnya? Itu adalah game MMORPG yang sangat digemari oleh banyak orang saat ini. Ah tidak. Game itu sudah populer sejak game tersebut baru saja rilis!"

Melihat wajah semangat wakil ketuanya itu, Della akhirnya sadar bukan hanya dia yang menyukai game tersebut saat ini. Della mulai sedikit terganggu dengan kata-kata bahwa event besar akan terjadi hari ini. Gadis itu menimang keputusan yang dia ambil, sebelum bertanya sekali lagi pada pria itu.

"Apa anggota OSIS yang lain... Juga memainkan game itu?" tanyanya dengan hati-hati. Della berusaha tidak membuat pertanyaannya seperti dia tertarik pada game tersebut. Akan buruk jika seseorang tahu dia juga suka bermain game. Orang tuanya tidak akan senang mendengar kabar tersebut, Della setidaknya yakin akan hal itu.

Mendengar pertanyaan Della, Adam semakin bingung saat dia menjawab dengan nada tidak yakin. "Ya... Setahuku hampir semua anggota OSIS memainkan game tersebut. Ah ya, beberapa bahkan berada dalam satu guild denganku. Ah... Guild itu semacam organisasi yang memudahkan kita untuk menikmati game... Sesuatu semacam itu."

Adam takut Della terlalu bingung dengan istilah-istilah yang dia pakai, jadi pria itu dengan senang hati menjelaskan apa yang dia ketahui tentang game tersebut. Della mendengarkannya dengan sangat serius, walaupun hatinya tidak berdaya ketika dia melihat Adam berusaha keras menampilkan game tersebut sebagai game menarik yang luar biasa.

Adam tidak tahu bahwa bahkan sebelum dia bermain, Della telah terlebih dahulu menjelajahi dunia itu dengan teman-teman virtualnya.

Membicarakan teman-teman virtualnya...

Della akhirnya sadar bahwa jika event tersebut memang benar-benar ada, rasanya akan rugi juga jika dia tidak mengikutinya. Della harus membuat karakternya kuat secepat yang dia bisa. Ketika dia sibuk menjalani aktivitas hariannya, Della tahu bahwa teman-teman lamanya di guild mungkin tengah asik semakin memperkuat diri mereka sendiri. Della terjebak antara perasaan tanggung jawabnya dengan keinginannya untuk kembali online dalam game tersebut. Della mengepalkan tangannya erat, sebelum dia bicara lagi dengan nada setenang yang dia bisa.

"Hari ini agenda kita hanya mengumpulkan poin minus para siswa dan memasukannya ke dalam buku besar pelanggaran. Beri tahu yang lain bahwa kita akan libur untuk hari ini. Untuk masalah poin, kalian bisa mengirimnya bentuk fotonya saja agar aku bisa memasukannya sendiri ke buku besar poin."

Adam baru saja ingin mengajak Della untuk melanjutkan perjalanan mereka saat ketuanya itu tiba-tiba memutuskan demikian. Bagi Adam, tingkah Della memang benar-benar aneh hari ini. Tidak pernah sekali pun Adam melihat Della menyetujui sesuatu dengan alasan yang sangat tidak penting. Della biasanya tidak akan peduli pada apa pun kecuali belajar dan tugas-tugasnya. Adam selalu berpikir bahwa Della adalah definisi nyata seorang gila kerja yang tegas. Della yang dia kenal, tidak akan mungkin pernah mengijinkan pekerjaan mereka ditunda hanya untuk bermain game seperti itu.

Adam termenung saat menatap Della yang masih berusaha terlihat tenang. Gadis itu terbatuk sekali, sebelum melanjutkan ucapannya dengan nada yang lebih tegas.

"Kita memang tidak seharusnya mengadakan pertemuan setiap hari. Sebentar lagi kita akan turun jabatan, sesekali mengambil waktu istirahat akan baik-baik saja."

"Apakah matahari tiba-tiba terbit dari barat?"

Kira-kira itulah yang ada di pikiran Adam ketika dia melihat ketuanya yang gila kerja tiba-tiba bicara tentang waktu libur mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status