Ervano Johannes berdeham, selanjutnya memeriksa apakah napas dari mulutnya sudah cukup segar selagi tak lupa berkaca pada jendela di kediaman rumah sang kekasih yang kacanya berwarna gelap dan terlihat mengilap. Setelah itu, senyumnya mengembang pertanda bahwa dirinya telah siap.
Kotak kado mungil berwarna putih dengan pita biru beserta buket bunga mawar merah muda diambil dari kursi di dekat jendela, untuk lantas disembunyikan ke belakang punggung menggunakan satu tangan sementata tangan lainnya mulai mengetuk pintu.
Tidak butuh waktu lama, daun pintu terbuka dari dalam. Memunculkan sesosok wanita tinggi semampai yang sontak sedikit mendongakkan kepala menatap Ervano.
"Selamat malam, Tante," sapa pemuda alpha itu sesopan mungkin sambil tak lupa menunjukkan senyum terbaiknya.
Tidak terlalu kaku, tidak pula terlalu lebar karena dia masih ingat pendapat Febri kesayangannya yang menganggap senyu
*Female alpha di cerita memiliki alat genital ganda sehingga di sini Ferlynda merupakan sosok yang berperan sebagai Papah Setya. Karena meski dia wanita, dialah sosok yang menghamili Kelvin selaku male omega sekaligus suaminya. Semoga dapat dipahami ya.
Sayur-mayur, buah-buahan, rempah-rempah, bumbu bahan masakan, daging, potongan ayam hingga berbagai sajian makanan laut nyaris memenuhi setiap sudut di masing-masing meja dapur. Laura McLauren berkacak sebelah pinggang selagi terus mengarahkan para pelayannya membuat bermacam menu yang disarankan untuk dijadikan hidangan di meja makan malam nanti. Julius Fransiskus menyusul muncul, memperhatikan sambil tersenyum bagaimana sang istri terlihat bersungguh-sungguh menyuarakan setiap titah. "So busy." Mendengar suara sang suami dari balik punggung membuat Laura menolehkan kepala. "Of course, Darling. Calon menantu sama bakal besan kita mau datang. Masa aku mau santai-santai aja?" sahutnya lalu melahap satu buah cherry yang telah dicuci bersih. "Kamu mau?" Buah cherry dari tangan sang istri Julius langsung lahap. "Perlu aku bantu?" Laura menggelengkan kepala. "Nggak usah. Mendingan kamu siapin busa
"Saga! I miss you so much!" Semua orang mengangakan mulut mereka tatkala Jess sekonyong-konyong mendekap Saga dengan gelagat yang cukup mesra. Sementara Saga yang terlalu kaget, tidak mampu bereaksi banyak di tempatnya berdiri. Akan tetapi, sewaktu mata alpha muda ini terarah pada sang kekasih omega yang juga tengah memandanginya penuh tanya, kesadarannya segera kembali seketika. Saga mencengkeram lengan Jess cukup kuat. "Jess! What are you--Let me go!" Lalu dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Jess hingga membuat pelukan yang didapatkannya terlerai. "What the hell are you doing here? Don't you know we're in the middle of dinner?" tanyanya dengan nada sengit sembari merapikan jas yang dipakai. Jess Harrald McLauren, pemuda yang tak lain merupakan bagian dari golongan alpha bangsawan McLauren serupa Laura ini menunjukkan senyuman lebar. "Of course I know. So, let me join," ujarnya sambil menarik lengan Saga ke dalam peluk
"Jadi, maksud Tante, Jess ini yang bikin ...?" Feryan nyaris tak dapat mempercayai kenyataan apa yang baru saja dia dapati. "Iya, Feryan. Tante dan Ayahnya Saga juga baru mengetahui itu tiga hari kemudian setelah diberitahu pihak security di rumah. Bahwa katanya, Saga jatuh karena didorong oleh Jess. Tentu aja kami berdua nggak percaya karena waktu itu mereka berdua sama-sama masih anak-anak. Tapi, begitu melihat rekaman CCTV yang ada ... " Laura menunduk, menggeleng masygul dengan ekspresi kesal bercampur muram. "Kami nggak bisa menyangkalnya lagi." Feryan terperangah. "T-tapi kenapa, Tan? Kenapa Jess tega--" "Karena dia menyukai Saga, Feryan. Dia menyukai sepupunya sendiri," tukas Laura mengutarakan jawaban yang sesuai perkiraan, tapi tetap terdengar mengejutkan. "Yah, bisa dibilang, dia sangat terobsesi pada Saga. Jadi, saat hari itu Saga bercerita pada ayahnya mengenai kamu, dan Jess kebetulan juga ada di sana,
"Elo masih kesel?"Tanya itu tak dihiraunkan Feryan yang tengah memfokuskan pandangan di luar kaca mobil dengan ekspresi ketus. Di sampingnya, Saga yang memegangi kemudi sekadar menghela napas panjang. Sudah sejak mereka pergi dari kediamannya Feryan berlaku begini. Walau bukan tanpa alasan."I'm really sorry, okay? Jangan ngambek terus dong, Ryan." Saga mencoba menggenggam tangan Feryan yang terlipat di depan dada, dan sesuai dugaan, mendapat penolakan."Elo tuh ngeselin! Kebiasaan banget main nyium-nyium sembarangan!"Ya, benar. Sumber kekesalan Feryan saat ini adalah dikarenakan tindakan Saga yang secara lancang menciumnya di hadapan Laura serta para pelayan di kediaman Fransikskus ketika mereka hendak sarapan bersama. Meskipun ibu dari kekasih alphanya itu tak mempermasalahkan, tetap saja Feryan merasa jengah dan geram. Apalagi dia belum terbiasa apabila segala kemesraan yang mereka perbuat dipertontonka
"What are you guys looking at?" bentak Jess, tampak semakin muak sebab orang-orang yang diharapkannya memberi jawaban justru tetap memilih diam. "What's with the silent? Are you guys mute or something?" Tanya itu membuat Setya tersinggung. Dia siap berdiri untuk balik mengkonfrontasi tatkala Ervano sigap menahan. "No, Febri. Stay. Jangan dilawan. Biarin aja dia." Mau tidak mau, Setya menurut. Dia mendengkus, memandangi Feryan yang diyakini tengah memendam amarah juga kini. Bila menuruti mau sendiri, inginnya Setya melemparkan gelas berisi minuman ke wajah alpha bule kurang ajar di mejanya ini. Pemuda omega itu masih beradu sorot mata kesal dengan alpha sombong di sampingnya ketika akhirnya memutuskan untuk mengambil seluruh barang bawaan. "Gue mendingan pergi duluan kalo gitu. Kalian silakan lanjutin aja makannya," ucap Feryan lantas berdiri sambil memasukkan ponsel ke kantung celana. "Bye." Tanpa menghiraukan Jess, dia berlalu dari sana. Jess
Setya dan Ervano berjalan beriringan, Dyas berada di tengah-tengah, dengan Saga dan Feryan yang juga melangkah sambil bergandengan tangan. Bersama, mereka berlima berjalan-jalan mengelilingi mall sebagai pelepas penat setelah siang tadi berjumpa dengan Jess yang justru menghancurkan mood semua orang. Terutama Saga, yang kini tampak berulang kali mengelus-elus letak luka di sisi kepala yang didapatnya tempo hari. Melihat itu, Feryan mengernyit seraya turut menyentuh. "Kepala elo kenapa? Masih sakit, kah?" Mendengar tanya itu refleks saja Saga menggeleng pelan. "Huh? No. I'm fine. Nyeri sedikit aja, sih. Tapi udah nggak apa-apa asalkan gak dipegang, kok." Tepat sesudah dia mengatakan itu, tangan usil Ervano secara sengaja memukul bagian yang dimaksudkan dan membikin dia mengaduh. "Aww! You asshole!" Saga memaki sembari balas memukul bahu sahabat alphanya yang tertawa puas. "Oh. Beneran sakit?" Ervano sigap berdiri ke sisi paling kanan menghindari serangan balas
"APA KALIAN BILANG?" Jess murka, membentak dua sosok di depannya dengan sorot yang sangat bengis setelah mendengar penjelasan mereka mengenai tak ingin lagi mengikuti titah darinya. "Kalian sudah gagal, dan sekarang ingin berhenti? Apa kalian sudah kehilangan akal sehat?" Seorang beta dengan perawakan lebih tinggi menunduk, kedua matanya yang tampak lesu dan memerah akibat kekurangan tidur menatap alpha di hadapannya agak segan. "Maaf, Tuan. Tapi kami benar-benar tidak bisa melanjutkan tugas dari Anda." Partner di sebelahnya mengangguk setuju dengan paras yang sama lesu dan agak babak belur. "Betul, Tuan. Berhari-hari belakangan ini kami sudah diburu oleh banyak pihak kepolisian sejak insiden di mall waktu itu. Kami tidak mau sampai tertangkap," ujarnya menambahkan. Berpikir tentang betapa berisikonya pekerjaan kotor ini. Mereka menjadi buronan, nyaris selalu tak bisa tenang sebab takut tertangkap, sudah begitu berurusan dengan golongan konglome
Desyana Ayudiah mengalihkan perhatian dari televisi, kemudian bangun dari sofa sewaktu mendengar suara ketukan dari luar pintu rumahnya. Dengan tergesa-gesa wanita omega ini melangkah menuju pintu, membuka kuncian lalu menguaknya. Untuk mendapati sosok kekasih sang putra yang tengah berdiri di baliknya. "Oh, Nak Saga datang." Desyana menyambut kedatangan alpha ini penuh suka cita. "Hai, Tante. Selamat sore." Saga menyapa disertai senyuman lebar sembari mengedarkan pandangan. Melihat gelagat itu, Desyana refleks membuka daun pintu lebih lebar. "Ayo, masuk. Mau ketemu Fery, 'kan?" Tentu saja pemuda ini berniat menemui putra semata wayangnya, 'kan? Memangnya tujuan apa lagi yang mendasari alpha ini sampai jauh-jauh datang ke rumahnya? Wanita berusia 40 tahun ini nyaris memukul kepala sendiri menyadari pertanyaannya yang konyol. Ditanyai demikian, Saga jadi agak terlonjak sebelum perlahan mengangguk. "Iya, Tante." "Dia ada di dalam