Menjalani kehidupannya sambil terus menunggu kedatangan sang fated pair telah dilakoni oleh Feryan Feriandi selama 9 tahun lamanya. Berdalih tentang dia yang memegang janji, bahwa dia ingin setia tanpa berniat berpaling dari pasangan yang ditakdirkan untuknya, sekalipun perasaan yang dimiliki mulai dilanda dilema sejak dirinya dan Juanda Saga Fransiskus berjumpa. Mempertemukan juga Ervano Johannes dengan Setya Febrianu di saat yang bersamaan. Yang lalu memulai petualangan dan kisah mereka sendiri, selagi turut campur tangan pada hubungan Saga serta Feryan selaku sahabat terbaik mereka berdua. Ini tentang omega bernama Feryan yang masih terus mengharapkan kedatangan sang fated pair seraya mencoba menutup mata tentang hatinya yang mulai dipenuhi oleh nama Saga. Pun, tentang sosok alpha bernama Saga yang berharap jikalau dia mampu menggantikan diri sebagai fated pair Feryan meskipun penolakan telah berkali-kali diterima. Lalu sekali lagi, membiarkan takdir menuntun kisah cinta mereka selagi tetap berpegang pada janji yang kemudian mengungkapkan kebenaran atas hilangnya sebuah memori. _____ PERINGATAN: Cerita ini berisi kisah percintaan antara sesama laki-laki yang diperuntukkan bagi pembaca cukup usia. Jangan dibaca bila tidak suka. Trims. ❤️
View More"Wow. You smell really good. Are you perhaps, an Omega?"
Bocah yang tengah duduk meringkuk sendirian itu akhirnya mengangkat kepala, menyipitkan mata menangkap sosok anak lain yang tampak sebaya dengannya yang tubuhnya berdiri tepat menghadang matahari terik.
"Are you an omega?"
Pertanyaan lain disuarakan. Kali ini membuat bocah berwajah masam menjawab ketus, "Gue gak ngerti elo ngomong apaan!"
Anak di depannya tersenyum kecil. "Aku bilang aroma dari tubuh kamu terasa wangi. Kamu omega, 'kan?"
Bagaimana anak ini bisa mengetahui identitas jenis kelaminnya padahal mereka baru bertemu?
Namun, alih-alih menanyakan hal itu, dirinya justru berkomentar lain, "Kalo gue emang omega, apa urusannya sama lo?"
Senyum di bibir anak itu kian melebar. "It looks like, we're destined to be with each other. I think, you're my fated pair. Kamu," tangan menunjuk tepat ke wajah, "omega yang ditakdirkan untuk jadi pasanganku."
Bocah itu menegakkan posisi duduk, menatap heran pada telunjuk di depan matanya. "Huh? Gue nggak ngerti elo ngebahas ap--"
"Can I know what's your name?"
Pertanyaan sederhana itu anehnya malah mencipta debaran cepat tiba-tiba di dalam dada kecil sang bocah. "Huh? Name? Nama gue Feryan. Feryan ... Feriandi," ucapnya dengan suara kian laun.
Usapan lembut diberikan ke puncak kepala. "Feryan, let's meet each other again one day. If we're both destined to be with each other, I'm sure we will meet again someday. You and me," ungkapnya dengan nada yang terdengar tak main-main. "I'm sure, someday, I'm gonna find you again. So, please wait for me. Okay? Tunggu aku."
Seusai kalimat itu terlontar, desir angin membelai masing-masing kulit telanjang kedua anak manusia itu serta rambut mereka. Saat salah satu dari mereka berlari menjauh, sedangkan satu anak lainnya berdiri perlahan-lahan memandang punggung yang semakin mengabur dari pandangan. Menghilangkan aroma menyejukkan yang semula tercium olehnya, tapi kini terasa memudar.
"Gue ... belum tau nama lo," bisik Feryan pada udara kosong. Berharap suaranya dapat didengar oleh bocah asing yang membuatnya terpikat seketika.
Mata yang sipit, tapi memiliki sorot lembut. Rambut hitam yang bersinar ditimpa cahaya matahari siang yang kelihatannya nyaman untuk dibelai. Sementara wajahnya sama sekali tak mampu terekam oleh ingatan dikarenakan gelap.
Feryan memegangi puncak kepalanya. Berusaha meresap kehangatan dari jejak sentuhan yang beberapa saat lalu dirasakan. "Semoga takdir akan bikin elo sama gue ketemu lagi, bocah alpha misterius."
Sejak hari itu, Feryan dibayang-bayangi penantian akan sosok alpha yang ditakdirkan sebagai pasangan hidupnya. Di mana pun sang alpha berada, entah kapan mereka akan berjumpa, dirinya hanya yakin bahwa keduanya memang ditakdirkan untuk bersama.
"Set, elo percaya sama fated pair, nggak?"
Pertanyaan yang Feryan lontarkan untuk kawan baiknya itu dihadiahi tatapan sinis. "GUE BETA YA, GOBLOK!"
Jawaban kasar dari Setya menyadarkan Feryan dari dunia miliknya seketika. "Sorry, gue lupa."
Namun, itulah sosok omega yang menjadi pemeran utama dalam cerita ini. Sosok yang di awal kemunculannya tampak menawan, padahal sebetulnya dia hanya seorang omega bodoh yang suka berkhayal.
Akankah takdir berbaik hati untuk mempertemukan Feryan dengan sang alpha misterius pujaannya?
Feryan Feriandi menatap tak berkedip langit malam di luaran sana. Mengintip waktu pada jam dinding, lalu mendecak tidak sabar sambil mengusap-usap perut buncitnya ke atas hingga ke bawah. "Iya. Kembang apinya lama banget, nih. Padahal kita nggak sabar mau ngeliat, ya," ujar pemuda omega itu pada sang buah hati yang masih berada dalam kandungan dan merespons melalui tendangan. "Iya, Sayang. Sabar. Tunggu beberapa menit lagi. Kembang apinya nanti muncul, kok," sambungnya seraya meringis sebab turut merasakan sensasi mulas untuk ke sekian kalinya di sepanjang hari ini. Apakah mungkin karena tendangan jabang bayinya semakin kuat? Ataukah karena dia yang terlalu lama duduk di kursi ini? Atau ada faktor lain? Pintu kamar lalu membuka dan menampakkan sosok Saga yang baru pulang dari tempat kerjanya. Membuat Feryan menoleh, lantas menyambutnya dengan senyum semringah. "Tuh, lihat! Gupa pulang!" serunya senang sambil perlahan-lahan turun dari kursi. "Hati-hati, Sayang!" ujar sang alpha ser
Untuk ke sekian kali, Feryan menarik napas panjang demi menenangkan debaran di jantungnya. Omega ini gelisah sembari terus-menerus membetulkan veil yang terpasang di bagian belakang kepala, pada bulatan rambut atas yang diikat sementara setengah rambut bawahnya dibiarkan tergerai. Sudah saja merasakan basah di seluruh telapak tangan yang tengah memegangi buket bunga senada warna tuxedo, celana licin serta sepatu yang dikenakan: putih.Mata bulat pemuda itu mengerling gamang ke arah kerumunan tamu yang duduk pada setiap kursi di sekitar altar selagi menyimak sambutan dari Pendeta yang bantu memberkati prosesi hari istimewanya. Menggigit bibir yang dipoles lipgloss berwarna bening, terus meringis dan mendesah berulang-ulang. Sungguh kalut tidak keruan sekalipun telah meyakinkan diri bahwa dia siap menyambut hari yang amat dinantikan ini; hari pernikahannya dan Saga."Gugup?"Kemunculan Ardian Triangga Santoso selaku sang ayah sedikit membuat Feryan mampu mengembuskan napas lega. "Iyalah
Selembar undangan bertuliskan; Wedding invitation of Juanda Saga. F (A) with Feryan Feriandi. S (Ω), 3rb May disodorkan oleh calon mempelai alpha. "Ini, Dok. Undangan dari kami.""Wow." Yang diterima oleh Dokter Lanang Mahesa Aguntara dengan tangan terbuka. "Akhirnya, datang juga undangan pernikahan ini." Matanya mengerling usil pada sesosok omega yang menggandeng erat lengan Saga seolah tak mau lepas. "Padahal kurang lebih tiga bulan lalu, saya masih ingat ada seseorang yang menyangkal tentang dia dan Saga berpacaran, tapi lihat sekarang," selorohnya sengaja menggoda."Dokter!" Feryan mendesis risih dibarengi pelototan.Alhasil Saga dan Lanang kompak menertawakan."Selamat ya, Feryan, Saga," ucap dokter berusia 27 tahun ini, lalu melirik ke perut Feryan. "Dari yang saya dengar, katanya kamu juga sedang hamil."Anggukkan Feryan tunjukan sebagai jawaban. "Iya. Udah jalan dua bulan lebih, Dok." Tangannya dan Saga refleks memegangi perutnya dengan kompak.Lanang turut senang melihatnya d
Sepasang alpha dan omega ini memandang secara saksama pada USG monitor yang menampakkan gambaran janin mungil yang bergerak sedikit demi sedikit. Untuk pertama kali, bersama-sama menyaksikan langsung perkembangan bayi mereka dari layar berwarna abu-abu. Disusul mendengarkan detak jantung di dalam perut yang serta-merta menciptakan perasaan gelisah bercampur bungah.Feryan Feriandi tersenyum penuh haru sambil kian mengeratkan pegangan tangannya di genggaman Juanda Saga Fransiskus yang setia mendampingi tatkala detak jantung sang anak terdengar semakin jelas.Usai menjalani seluruh pemeriksaan, Saga bertanya dengan tidak sabar. "Bagaimana kondisinya, Dok? Dia sehat, 'kan? Bayi kami juga sehat, 'kan?"Dokter kandungan bernama Eirina ini mengangguk laun. "Luka di perut Tuan Muda Feryan sudah berangsur membaik. Tidak ada masalah. Begitu juga dengan janin di perutnya. Anda tidak perlu khawatir, Tuan Muda Saga," jelasnya disertai senyum hangat yang kontan membuat Saga bernapas lega."Berapa
"Ayah ngajak Ibu rujuk?" Mengetahui kabar yang dikatakan oleh Sang Ibu, terang saja Feryan tampak bahagia hingga menghentikan makannya sebentar untuk memastikan lebih jauh. "Terus? Ibu terima?" Ketika kepala wanita omega yang melahirkannya 18 tahun lalu itu mengangguk, senyum semringah Feryan kian mengembang. "Selamat ya, Bu!" ujarnya sambil memegangi tangan sang ibu erat. "Fery turut senang."Desyana mengangguk dengan embus napas lega. "Iya, Nak. Makasih, ya."Saga yang juga tengah menyimak percakapan mereka, turut tersenyum dan memberi selamat, "Saga juga ikut senang mendengarnya, Tante. Selamat, ya.""Terima kasih juga, Nak Saga." Desyana mengusap pundak calon menantunya lembut.Feryan melanjutkan sesi makannya lalu kembali bertanya, "Jadi, nanti Ibu bakalan tinggal sama Ayah, dong?""Iya." Lagi, Desyana mengangguk. "Tapi nanti, setelah kamu dan Saga menikah."Pemuda omega yang tengah mengandung ini manggut-manggut. "Fery pikir ayah udah gak cinta lagi sama Ibu."Komentar itu membu
Juanda Saga Fransiskus menutup ruang rawat lalu kembali melangkah mendekati ranjang yang Feryan tempati. Sepi. Setelah masing-masing orang tua mereka memutuskan untuk pulang dulu ke rumah, berpikir bahwa kini mereka memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata. "Akhirnya, kita bisa berduaan. Haaaah." Alpha muda ini membuang napas panjang seraya duduk ke tepian ranjang. Feryan tersenyum. Tangannya bergerak pelan untuk bantu merapikan tatanan rambut Saga yang terlihat acak-acakan. "Elo pasti capek banget. Mendingan elo tidur aja, Saga." Gelengan kepala ditunjukkan. Tangan Feryan yang menyentuh rambutnya lantas dipegang. "Gue nggak ngantuk sama sekali, kok. Tugas gue di sini adalah untuk menjaga lo. Dan anak kita," bisiknya, tidak lupa menjatuhkan tangan pada bagian bawah perut sang omega di mana letak janinnya berada.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments