Pagi ini, Reyndad sudah sampai di kantornya. Alazka menunggu kedatangan sang CEO di dalam ruangan.
"Kkamja."
Reyndad memegang dadanya saat ia melihat Alazka tengah duduk di sofa. Ia begitu terkejut.
"Ada apa?" tanya Reyndad.
"Pelelangannya dipercepat mulai hari ini, mereka sangat mengiginkan properti itu," ucap Alazka dengan wajah sedih. Mungkin ia takut jika Reyndad marah karena waktu itu adalah mereka yang tentukan. Bukan Reyndad.
"Ya sudah, lebih cepat lebih baik."
Reyndad berjalan menuju meja kebesarannya sambil membuka jas lalu ia gantungkan di punggung kursinya.
"Apa kau tak marah?"
"Buat apa?" tanya Reyndad heran.
"Ah, baiklah. Saya akan menyiapkannya."
Alazka keluar dari ruangan dengan wajah gembiranya. Sementara Reyndad menggelengkan kepala melihat rekan kerjanya itu.
***
Alazka menjemput Reyndad ketika para orang penting itu sudah sampai di kantor. Reyndad dan AlazSelesai makan malam, Reyndad kembali menyuguhkan Adnan beberapa potong buah. Ia teringat akan satu hal."Sayang, hari ini ada pasar malam di desa RW sebelah. Pergi yuk," ajak Adnan."Kamu tahu dari mana?" tanya Reyndad tanpa mengalihkan atensinya ke layar televisi."Tadi aku beli sayur di gerobak Mang Ujang, ya dapat cerita dari Ibu-ibu," jawab Adnan.Reyndad sempat berpikir, tak ada salahnya jika mereka pergi ke acara tersebut, toh Adnan juga perlu refreshing dan menghirup udara segar juga."Boleh."Adnan bertepuk tangan saking gembiranya lalu mereka bersiap-siap menghadiri acara tersebut.Adnan menenteng tas mungil cantik di bahunya, ia sekarang mengenakan gamis hijau muda senada dengan hijabnya, tak lupa dengan rompi sampai pahanya.Sementara Reyndad mengenakan baju kaos putih dipadukan dengan jaket kulitnya. Ia seperti anak ABG umur 18 tahun sekarang."Yuk."Reyndad meng
Pagi hari, Adnan memberikan satu selimut untuk Bi Ima yang sedang bekerja di dapur. Beliau mengucapkan terima kasih banyak dan menerima pemberian Adnan.Mereka mulai menyiapkan sarapan bersama, Reyndad yang melihat sang istri sedang berkutat di dapur, tersenyum manis melihat pemandangan tersebut. Selain manis, ia juga rajin.Selesai sarapan, Reyndad menjalankan mobilnya menuju kantor. Mereka menyapa Reyndad sambil menundukkan kepalanya.Alazka yang melihat Reyndad segera berlari mengerjarnya yang sudah menduduki meja kerja."Selamat pagi," sapa Alazka seraya masuk ke dalam ruangannya."Pagi," balas Reyndad sambil membuka berkas yang sudah tergeletak di meja kerjanya."Semua karyawan sangat bahagia sekarang. Ternyata properti itu sangat laris dan terjual dengan harga mahal, ya," ucap Alazka mendudukkan tubuhnya di sofa."Itu juga berkat Anda, Tuan Alazka," kata Reyndad. Alazka yang mendengarnya terkekeh pelan, bisa-bisany
PoV Reyndad1 bulan kemudian, terjadi kesalahan mengenai pembagian gaji karyawanku. Alazka menjelaskan secara detail saat kami menaiki lift dari lantai 11 menuju lantai 2 di mana bagian keuangan berada di sana."Angel sudah 2 hari ini tidak masuk kantor."Aku menatap ke arah Alazka dengan tajam. Tapi, aku juga tidak boleh berpikiran negatif tentangnya.Karena dialah saham-sahamku melonjak naik 89 persen.Sampainya di lantai 2, kami langsung memasuki pintu ruangan yang tertulis 'Badan Keuangan'."Bagaimana bisa ini terjadi?" tanyaku pada staff keuangan."Ti-tidak tahu, Pak. Minggu lalu, Angel yang memegang komputer dan beberapa sahamnya." Altar berucap sambil menundukkan kepala."Kalian cek semua CCTV-nya!" perintahku berjalan keluar ruangan. Aku dan Alazka berjalan menuju lantai 5 di mana saham-sahamku disimpan oleh Alazka.***Aku menekan sandi lalu melihat sebagian uang disimpan sudah raib. Entah s
"Ada pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi," jawabku seraya membuka lemari dan menyimpan benda tersebut di laci."Kakak, sejak kapan Kakak simpan pistol itu?""Hanya sekedar berjaga-jaga saja."Aku mengambil ponsel di nakas untuk menelfon Jong Ru.Dia tidak mengangkat panggilanku, aku memilih untuk mengirim pesan padanya bahwa ada dua orang pencuri di rumahku.[10 menit yang lalu, aku melihat dua orang pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi, tapi aku sudah menuntaskan mereka dan sekarang tengah sekarat di samping halaman.]Send.Aku meletakkan ponsel di nakas dan kembali berbaring di ranjang."Biar itu menjadi urusan Jong Ru, sepupu laki-laki jauh," ucapku.Aku menarik Adnan agar segera berbaring dan melupakan kejadian ini.***Pagi hari, Bi Ima sangat terkejut dan berteriak histeris ketika ia melihat dua orang yang sudah sekarat di sana."Biarkan
Adnan menatapnya sinis. Sementara Kang Yuri berjalan mendekatinya yang tengah memilih cemilan yang sekarang ia idam-idamkan."Kau tahu, aku sangat muak melihat wajahmu. Aku sangat benci denganmu yang sudah menyakiti hatiku dengan merebut Reyndad dariku," bisik Kang Yuri padanya."Kau tahu, kau sudah putus dengannya. Aku tidak merebut pacarmu, dialah yang menikahiku. Dia menyukaiku, bukan aku yang agresif," balas Adnan.Brak!Kang Yuri mendorong Adnan dengan kasar sehingga ia terjatuh bersamaan dengan troli yang menjadi pengangannya tadi juga ikut terjatuh.***Prang!Gelas itu tak sengaja tersenggol oleh Reyndad ketika ingin duduk setelah menyelesaikan rapat dengan karyawannya."Anda tak apa-apa, Pak?" tanya staffnya."Ah, iya. Tolong bersihkan pecahan itu." Mereka memanggil cleaning service dan membersihkannya.***Kang Yuri terkejut dengan darah yang keluar dari pergelangan kaki Adnan ketika ia berusaha berdiri. Adn
Malam tiba, Reyndad masih betah menunggu Adnan siuman dari pingsannya. Mata legamnya menatap wajah Adnan, tak ada pergerakan dari kelopak mata dan jemari mungilnya yang berada di dalam genggaman jemari besar milik Reyndad.Ceklek.Ia menoleh ke arah pintu karena istrinya sendiri di ruang rawat VVIP."Saya akan mengecek keadaan istri Anda, Tuan," ucap perempuan tersebut.Ia mempersilahkan dokter dan perawat untuk melihat kondisi sang istri. Mereka mengecek suhu tubuh, detak jantung, mengganti cairan infus dan mengecek matanya menggunakan senter khusus."Kayaknya pasien mengalami kekurangan darah," gumam dokter tersebut. Reyndad hanya bisa diam melihat kegiatan mereka yang tengah mengambil sampel darahnya."Saya akan mengecek darah pasien."Reyndad menganggukkan kepalanya lalu mereka berlalu meninggalkan berdua.Tak lama, mereka kembali seraya membawa sepucuk surat."Pasien memiliki golongan darah AB, kami me
PoV ReyndadHari ini, aku tidak berangkat kerja satu hari. Siang ini, aku memasak bubur kacang hijau untuk Adnan agar tubuhnya segardan tidak anemia."Buburnya udah datang," seruku. Ia tengah berdiri di balkon kamar. Sehingga aku meletakkan nampan itu di nakas dan menghampirinya yang tengah berjemur."Masuklah, nanti kulitmu hitam. Ini bukan matahari pagi," ucapku. Ia tak bergeming sama sekali.Aku menarik tangannya masuk ke dalam kamar lalu menarik kursi.Aku hendak menyuapinya, tapi mulut mungil itu tidak bergerak untuk ia buka."Buka mulutmu, biar kakak suapi buburnya. Ini masih hangat."Aku kembali menyuapinya dan ia melakukan hal yang sama."Kamu mikirin apa?" tanyaku mulai jengah.Adnan menggelengkan kepalanya menatao kosong ke bawah.Ada buliran bening di pelupuk matanya."Kakak tahu ini menyakitkan, tapi cobalah untuk bersabar. Berdoa, Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik," ujarku
Reyndad membuka kulkasnya, mengambil makanan ringan dan beberapa minuman non alkohol. Ia menyuguhkan untuk Adnan agar ia betah berlama-lama di sini."Kakak kerja dulu. Di sini ada jaringan WiFi, passwordnya saranghae," ujar Reyndad.Adnan membuka minuman kaleng dan membuka cemilan. Ia mulai menjelajahi dunia internet.Pikirannya kembali pada kasus keguguran. Ia membaca artikel tersebut. Matanya sedikit membola ketika mendapat artikel bahwa 'Wanita yang mengalami keguguran, kemungkinan besar akan susah mendapatkan keturunan.'Adnan menatap Reyndad yang tengah sibuk di depan layar komputer. Jari-jari panjangnya lihai menari-nari di atas keyboard. Matanya fokus memandang layar monitor dan berkas di depannya.Ada perasaan haru, ketika ia mengingat bagaimana bahagianya Reyndad hamil buah hati mereka.Dulu, Reyndad tak membiarkan dirinya kelaparan, karena ia sangat mengkhawatirkan kondisinya dan calon bayi di rahimnya.Ia sang