Hallo Semuanya, ini aku MDW. Lanjut baca terus yaa. Semoga kalian sukkaa, nah jangan lupa untuk kasih star vote kalian juga yaa.
"Tidak Ma, jangan pisahkan aku dari suamiku!" Ucap Shilla smabil menahan bangsal pasien dimana Xander terlelap. "Pilih, ceraikan Xander atau kau menerimanya melakukan pengobatan di Amerika, hanya seperti itu saja kau tak bisa mengambil keputusan." Ucap Dellina di depan pintu ruangan perawatan Xande
Dua pekan berlalu, sejak Xander dibawa pergi ke Amerika. Entah bagaimana kabarnya disana, Shilla tak mendapatkan sebuah informasi apapun. Dua pekan yang terasa lebih panjang dari biasanya dihabiskan Shilla dengan berdiam diri di mansionnya saja. Satu-satunya tempat yang tak akan bisa dijangkau oleh
Di mansion yang sangat besar ini, Shilla bersama dua pelayan wanita dan Dom juga puluhan pengawal yang terus berjaga tanpa jeda berada sangat jauh dari hingar bingar kota. Meskipun lokasinya berada di pusat kota, namun sangat jarang yang bisa mengakses tempat tinggalnya ini. Hal ini sangat memungki
Ditemani kedua orang tuanya di mansion mewahnya ini membuat Shilla menjadi semakin bersemangat. Meski kedua orang tuanya itu tak memiliki pendidikan tinggi, namun tetap saja mereka jauh lebih bisa membuat Shilla nyaman dan tentram. "Kamu yakin bisa mengemudi dengan perut isi seperti itu?" Tanya Di
Hari ini, adalah jadwal Shilla untuk kontrol bulanan kandungannya yang sudah menginjak tiga bulan. Hari-hari yang semakin membuat rutinitasnya menjadi berbeda dengan perutnya yang semakin besar. Dokter Ratna menganjurkan sebuah USG kepadanya sehingga Shilla pagi ini harus datang ke Rumah Sakit Sai
"Dom, kau kenal mereka?" Tanya Shilla kepada Sekretaris suaminya itu bertanya penuh selidik. "Nyonya, aku ... " Jawb Dom dengan sangat ragu. "Mereka pengawal kelas A yang sering dipekerjakan oleh Tuan Ashlan." Ucap Valdo menimpali. "Valdo, kau tak seharusnya ikut bicara!" Ucap Dom dengan sedikit
"Itukah alasan mereka menyerang kami tadi Mas?" ucap Shilla sambil menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya. Xander mengangguk pelan sambil menggenggam erat lengannya, Shilla bisa merasakan kecemasan sang suami yang begitu besar saat ini. "Apakah mereka juga yang membunuh Papa?" ucap Shilla
"Kau dengar aku?"ucap Leona dari sebrang telepon kepada Shilla. "Ya, lalu apa yang kau mau dariku?" tanya Shilla kemudian. "Entahlah, sepertinya aku memang bodoh karena harus memberi tahukanmu mengenai ini, tapi bagaimana lagi?" ucap Leona dengan suara yang terdengar ragu. Shilla menarik nafasnya