Share

8. Tante Siapa?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-01 14:27:25

Pukul empat sore, Ana sampai di rumah. Dengan tubuh masih lemas dan kepala bagai tertimpa batu besar, ia berjalan sedikit terhuyung masuk ke dalam gerbang kontrakan. Sebenarnya, oleh dokter jaga IGD tempat ia dibawa oleh teknisi ponsel tadi, sudah melarangnya untuk pulang karena tekanan darahnya sangat rendah. Namun ia enggan. Hati dan pikirannya tak akan tenang, jika belum menanyakan keadaan yang sebenarnya pada suaminya.

"Sakit Mbak Ana?" tanya Bu Diana yang kebetulan sedang menyuapi Susi;anaknya.

"Masuk angin doang ini, Bu," jawab Ana sambil berhenti sejenak. 

"Rumah tangga berantam itu biasa. Sabar ya," ujar Bu Diana lagi. Ada enam belas pintu kontrakan di sini dan semua tahu jika berlajangan ini Ana dan suaminya sering bertengkar. Dia memang harus siap jiwa, raga, dan juga tebal telinga mendengar komentar nyinyir dari tetangga yang memang iri padanya karena memiliki suami yang tampan. Sekaligus tidak akur dalam beberapa hari ini.

"Iya, Bu. Terima kasih atas masukannya. InsyaAllah saya akan terus bersabar," sahut Ana dengan memberikan senyum tulusnya pada Bu Diana. 

Anak-anak tetangga berlarian ke sana-kemari. Ada juga yang tengah digendong oleh ibunya untuk disuapi makan. Ada juga yang sedang melatih batitanya berjalan, dengan cara mentatah. Ada sedikit rasa iri direlung hati Ana, saat membayangkan dirinya yang kini belum juga dikaruniai seorang anak.

Kepalanya semakin berputar. Ana memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah untuk mandi dan berganti pakaian. Segelas teh manis hangat, menemani sorenya yang sendu sambil menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. 

Diambilnya kembali ponsel suaminya, lalu ia memindahkan kontak beberapa wanita ke dalam ponselnya. Jika suaminya malam ini tidak pulang, maka ia akan menelepon mereka.

Tok

Tok

"Mbak Ana ...."

Ana kembali memutar bola mata malasnya, saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya sambil membawa sesuatu.

"Ya Mbak," jawabnya malas. Tubuhnya perlu istirahat begitu juga kepalanya. Jangan sampai ia meluapkan kekesalannya pada Mbak Endang yang selalu saja mencoba menarik perhatian dari suaminya. Ana bangun dari kursi ruang tamu, lalu berjalan untuk membukakan pintu.

"Ada apa, Mbak?" tanya Ana cepat. Ia sedang tak minat untuk berlama-lama bicara dengan wanita jomblo di depannya ini.

"Ini, saya bikin kolak durian. Makanan kesukaan suami kamukan ya? Saya buat banyak ...."

Braaak!

Ceklek

Ceklek

Dengan emosi memuncak, Ana menutup pintu dengan kasar, hingga membuat Mbak Endang terlonjak kaget.

"Suami saya gak pulang, Mbak. Maaf ya, saya kebelet buang air!" ujar Ana sedikit ketus dari balik pintu. 

"Aneh sekali, kalau ke sini pasti si Ana kebelet eek. Sombong! Huh, baru punya suami gantengnya empat puluh persen saja, rasanya sok ngartis!" omel Mbak Endang sembari menatap sedih mangkuk kolak durian yang ada di tangannya. 

Ana masuk ke dalam kamar, memilih membaringkan tubuhnya setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter jaga tadi. Ia bingung harus bagaimana? Jika ia marah-marah terus pada suaminya dan mencecar berbagai pertanyaan, tentulah suaminya semakin jauh dan ia takkan pernah mengetahui keadaan yang sebenarnya. Ia harus gunakan cara lain untuk mencari kebenaran dari suaminya.

Azan magrib berkumandang. Ana memilih untuk berwudhu, lala melaksanakan solat wajib tiga rakaat. Berdoa dengan penuh mohon kepada Allah, agar diberi kemudahan dan jalan keluar bagi masalahnya.

Bugh

Bugh

"Ana, buka!" teriakan Angga dari balik pintu. Lekas Ana mengusap air matanya, dan dengan langkah cepat membuka pintu rumah.

"Lama!" sentak Angga yang tak mau Ana sahuti. Ia membiarkan suaminya melakukan apapun di dalam rumah. Tak ada komentar, ataupun runtutan pertanyaan.

"Handuk gue mana?" tanya Rangga dengan nada sewot.

"Sebentar saya ambilkan," jawab Ana cepat. Lalu ia masuk ke dalam kamar, mengambil handuk bersih untuk suaminya. 

"Ini, Mas." Handuk itu ia ulurkan dari balik pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat. Sambil menunggu suaminya selesai mandi, Ana membuatkan telur dadar dan juga sambal terasi dadakan. Tak lupa menggoreng kerupuk kesukaan suaminya. Ia akan menahan semua emosinya sampai ia tahu siapa semua wanita yang begitu mesra dengan suaminya.

Rangga keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar. Harum sampo dan sabun yang Angga pakai, selalu saja memanjakan hidungnya. Membuat rasa rileks, saat harum itu masuk begitu dalam pada indera penciumannya. Dengan handuk kecil, ia menggosok rambutnya. Lalu berjalan ke arah meja makan mini yang hanya ada dua kursi di sana.

"Cuma telor dadar?" tanyanya sambil menarik kursi makan plastik.

"Kepalaku sakit, Mas. Bibirku juga sakit habis ditabok sama suami. Jadi, aku malas masak," jawab Ana tanpa melihat suaminya. Susah payah ia berusaha menelan nasi yang sudah masuk ke dalam tenggorokannya. Berusaha tidak mengingat pesan-pesan nakal dari beberapa wanita untuk suaminya.

"Jangan manja! Tinggal kasih madu pasti sembuh," sahut Angga datar. Tangannya mulai menyendok nasi, telur, dan juga sambal ke dalam mulutnya.

"Luka fisikku mungkin sembuh, tapi tidak dengan luka batin yang sudah kau toreh terlalu dalam," balas Ana dalam hati. Tak mungkin ia mengutarakan yang ada di hatinya saat ini. Ia juga tak mau suaminya semakin jauh darinya, jika ia gegabah dalam menyikapi perbuatan menjijikkan suaminya.

Tak ada pembicaraan apapun setelahnya. Ana memilih menonton TV, walau sebenarnya sangat enggan dan tak berselera. Sedangkan Angga sedang sibuk dengan ponsel barunya yang sangat mirip dipakai artis-artis yang ada di televisi. 

Ana melirik jam di dinding, sudah pukul delapam malam. Sebenarnya ia sangat lelah dan mengantuk, tapi ia tahan. Ana ingin sekali mengetahui isi ponsel terbaru suaminya, tetapi pasti akan sangat sulit. Suara TV sengaja ia keraskan. Sesekali tawanya dibuat-buat, agar suaminya mengira ia serius menonton televisi.

"Hallo Tante. Terima kasih ponselnya bagus sekali. Kapan kita bisa bertemu lagi? Saya rindu Tante di atas saya."

"Apa? Ah ... bukan karena saya kehabisan uang, tapi memang rindu. Eh, mobil? Saya mau dibelikan mobil? Wah, kayaknya besok harus segera full servis nih. Mau berapa jam sayang? Bagaimana kalau kita janjian di hotel biasa? Saya akan buat Tante menangis nikmat di atas ranjang."

Ana bersusah payah menahan air mata. Kaki dan tangannya gemetar menahan sakit hati atas percakapan suaminya dengan seorang wanita yang dipanggil Tante. Suaminya tak tahu, jika ia kini sudah berada di belakang tubuh suaminya. Berusaha berdiri dengan kedua kaki lemas bagai tak bertulang.

"Siapa tante yang mau Mas puaskan di atas ranjang?" 

*****

~Bersambung~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Husband' S Secret   49. Ekstra part (Ending)

    Petaka Suami Tampan 49 (Ekstra part) Rangga sedang berada di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta timur. Ika menemukannya saat lelaki itu tengah mengais sampah di dekat toko tempat Ika bekerja saat ini. Awalnya wanita itu tak percaya bahwa lelaki gelandangan di depannya adalah Rangga. Tubuh gelandangan itu bagaikan tengkorak hidup dan begitu mengerikan. Saat wanita itu tanpa sengaja menggumam namanya, maka lelaki itu pun menoleh. Ika dan Rangga adalah dua orang yang sama-sama bersalah di masa lalu, dan kehidupan yang saat ini mereka jalani akibat dari perbuatan mereka terdahulu. Bersukurlah Rangga, bahwa wanita yang baru dikenalnya sekejap mau menolongnya dan mengurusnya. Ika juga membawa Rangga ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tak banyak yang keluar dari mulut Rangga, selain ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Ika pun tak menyahut apapun

  • My Husband' S Secret   48. Hore, Menikah!

    21Jay tak bisa untuk tidak memperhatikan gerak-gerik Ana, setelah mereka sampai di rumah. Ditambah lagi dengan semua cerita yang baru saja didongengkan oleh apak. Lelaki itu tak ingin percaya dengan semua yang terjadi selama ia tak ada di sini. Mulai dari keberanian Ana mengunjungi Rangga dan Tante Hepi di Jakarta, hingga berakhir dengan warisan yang didapat oleh.Jay juga sempat tak percaya, bahwa Ana jugalah yang telah membayar ganti rugi sebesar satu milyar pada keluarga Darto. Namun, setelah semua pemaparan yang diberikan oleh apak yang masuk akal, baru Jay percaya.Tak ada yang berubah pada penampilan wanita yang sedari tadi bolak-balik di depannya sambil membantu mimih. Takkan ada yang tahu, jika ia pemilik dua show room mobil dan sebuah rumah mewah, serta beberapa petak kontrakan. Jika melihat daster lusuh yang ia pakai, tentu orang takkan percaya jika di rekeningnya saat ini ada milyaran rupiah.J

  • My Husband' S Secret   47. Jadi, kapan kita akan menikah?

    Hari ini Jay keluar dari penjara, setelah melewati urusan persidangan yang sangat panjang dan menegangkan. Untunglah lelaki itu diputuskan tidak bersalah atas pembunuhan tidak disengaja olehnya terhadap Darto. Hakim pun membuat putusan bahwa Jay bebas dari segala tuntutan dan wajib membayar ganti rugi pada keluarga Darto sebesar satu milyar rupiah. Lelaki itu sempat kaget dan menolak putusan. Darimana ia harus membayar uang segitu banyak pada keluarga Darto. Bekerja saja tidak, orang tua tidak ada, ia pun bahkan tak tahu setelah keluar dari penjara nanti ia mau ke mana dan bagaimana.Tanpa sepengetahuan lelaki itu, Ana sudah membayarkan uang ganti rugi pada keluarga Darto yang terlihat sangat peduli dengan uang. Tas yang diberikan Ana berisi uang satu milyar, mereka berbebut untuk memegangnya. Disaksikan oleh pihak pengadilan, beberapa anggota kepolisian, dan juga aparat lingkungan setempat tinggal Darto pun ikut menyaksikan dan ikut

  • My Husband' S Secret   46. Warisan

    Petaka Suami Tampan 46 (Ending) Hari ini, Ana pergi ke Jakarta ditemani oleh apak dan juga mimih. Tim kuasa hukum Tante Hepi yang meyakinkan padanya, bahwa semua akan baik-baik saja saat di sana nanti. Pesan yang disampaikan almarhum pada pengacaranya sebelum wafat adalah menghadirkan anak sambungnya yang bernama Mariana Pramesti. Mereka bahkan dijemput oleh Mang Udin dengan mobil pribadi Tante Hepi. Ana tak banyak bicara sepanjang perjalanan dan Bandung menuju Jakarta. Di kepalanya saat ini berputar memori ketika ia menjadi anak sambung dari wanita yang menjadi pelakor dalam rumah tangganya. Wanita itu sebenarnya baik, ketika ayahnya masih berstatus suaminya. Namun saat ayahnya tiada, wanita itu berubah jahat dan benar-benar berkelakuan layaknya ibu tiri yang kejam. Ana ingat di mana saat Tante Hepi mengusirnya, saat baru saja kelulusan sekolah SMA. Masih mengenakan seragam putih abu, ia dikembalikan pa

  • My Husband' S Secret   45. Tamu dari Jakarta

    Ana terbangun lebih dulu dari mimih dan apak. Ia bangun dengan perlahan dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi untuk melaksanakan dua rakaat sebelum azan subuh. Suara gemericik air dan derit pintu yang ia geser menutup dan terbuka, sangat hati-hati ia lakukan agar tak menimbulkan suasana bising dalam rumah. Setelah salat sunnah, sambil menunggu azan Subuh, Ana menyempatkan diri untuk mengaji dua lembar ayat suci alqur’an. Tak lupa ia buksa sedikit jendela, agar hawa dingin dan sejuk di luar sana mengisi udara kamarnya.Begitu selesai melakukan ibadah Subuh, Ana pun bergegas ke dapur untuk memasak nasi. Sambil menunggu nasi matang, Ana menyapu rumah mulai dari kamarnya, dapur, ruang tengah, dan yang terakhir ruang tamu. Mimih dan apak masih belum membuka pintu kamar, sepertinya kedua orang tua itu terlelap sangat nyenyak.Krek!Ana menoleh ke asal suara derit pintu yang bergeser. Mimih baru saja keluar dari kamar,

  • My Husband' S Secret   44. Tante Hepi Meninggal

    “Halo, assalamualaykum. Iya betul, saya Udin. Ini siapa ya?”“Kami dari rumah sakit XXX, mau memberitahukan bahwa Ibu Hepi Astuti baru saja meninggal dunia, lima belas menit yang lalu.”“Innalillahi wa innaa ilaihi rooji’un.” Ana tersentak saat bibir Mang Udin mengucapkan doa bagi orang yang meninggal dunia.Ana menatap pias wajah lelaki setengah baya yang kini sudah terduduk lemas di kursi teras. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi Ana sangat tahu apa yang terjadi pada kabar dari seberang sana. “A-apakah b-benar Tante Hepi yang ….” dan dengan leher yang amat lunglai, Mang Udin mengangguk.Mereka bertiga menuju rumah sakit, menggunakan mobil sedan mewah milik Tante Hepi. Mang Udin yang terbiasa mengendarainya sudah tak canggung lagi. Lelaki itu tak banyak bicara, ia hanya fokus pada jalanan yang kami lewati saat ini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status