Tiffany dan Taharja duduk di taman rumah sakit. Suasana agak cerah dan ramai oleh pasien maupun pengunjung. Beberapa di antara mereka datang sendirian, ada juga yang berdua. Meski suasana cukup bising, Taharja dan Tiffany tak dapat merasakan keramaian itu sebab; mereka terlalu hanyut dalam lamunan masing-masing.
Canggung mendera atmosfer di antara keduanya. Maksudnya, bagaimana bisa seseorang bersikap biasa-biasa saja sementara masa lalu mereka yang cukup gila masih berbekas hingga sekarang.
Taharja berdeham sekali. Tenggorokannya terasa serak dan kering, maka laki-laki paruh baya itu kontan berdiri. "Saya beli minuman dulu," pamitnya.
Tiffany mengangguk tanpa kata. Sebab wanita tua itu pun juga merasa sangat tidak nyaman.
"Terima kasih." Tiffany menerima uluran tangan Taharja yang berisi air mineral dingin. Taharja tak membalas, ia kembali mendudukkan diri di samping Tiffany
19 Desember 2018 .... Kalau ditanya hal apa yang paling Tara sukai di dunia ini, jawabannya adalah tidur, makan, tidur, makan, nonton tv sambil ngemil Boncabe satu toples atau seenggaknya permen milkita satu plastik penuh dan ditutup dengan serial Upin Ipin, terakhir semangkuk seblak hot jeletot dapat beli dari perempatan depan komplek. Tak peduli ia mau tidur se-sore apa, bangunnya tetap saja siang. Paling pagi juga, jam 8 kelewat beberapa menit. Itu pun harus colong-colong tidur. Di meja makan, di kamar mandi sambil gosok gigi atau bahkan di mobil sambil disetirin kakaknya menuju kampus. Tapi enggak bakal terjadi hari ini deh kayaknya. Sebab hari ini Tara bangun jam 9 kelewat 19 menit, sementara kelasnya dimulai pukul 9 lewat 30. Gadis itu kontan terbangun dan secepat kilat menyambar handuk, lantas masuk ke kamar mandi. Terima kasih terima kasih saja kepada penghuni rumah
23 Desember, 2018 .... Bathrobe putih membungkus tubuh kekarnya yang jangkung menjulang. Lelaki itu sibuk menyesap hangatnya caramel macchiato buatan sendiri pagi-pagi buta. Orang-orang mengenalnya sebagai Renjuna Winarga. Asal-usulnya kelabu, bahkan mereka tak tahu marga apa yang disandang laki-laki itu. Lagi, orang-orang berkata kalau seharusnya Juna jadi penyandang The Most Handsome and Cool Boy di kampus- wajahnya tampan, otaknya pintar dan baju-bajunya ... ah, terlihat mahal dan berkelas. Namun tahun pertama kuliahnya, Juna mematahkan itu. Juna katanya tak segan-segan memukul atau menghajar siapa saja yang menghalanginya jalannya atau dia yang membuatnya kesal. Memang ya, orang-orang itu berpikiran sempit. Juna hanya pernah satu kali memukuli seorang dan bagi Juna, itu tindakan yang tepat bagi keparat busuk yang hobi menelisik badan perempuan. "Lihat tuh,
Tara tak pernah membayangkan, ternyata ia ditolong oleh kakak tingkatnya sendiri. Namanya Renjuna Winarga, satu fakultas dengan Tara, kumpulnya sama Martin and the geng yang terkenal seantero kampus. Masalahnya, teman Martin-Jeno-adalah sahabat Tara, tapi mengapa Tara tak tahu kalau dalam perkumpulan mereka ada seseorang bernama Juna yang ganteng banget?! Tara tidak kuat. Ya memang sih, mereka semua berbeda angkatan. Juna dan Jeno satu angkatan, dan berada dalam fakultas, mereka terdaftar di angkatan 2015, Tara jelas di angkatan 2018. Sebenarnya Tara seumuran dengan Jeno, mereka satu kelas waktu SMA, tapi Tara harus ketinggalan satu tahun karena suatu alasan. Jujur, Tara sangat berterima kasih atas bantuan yang Juna ulurkan kepadanya, meski jelas terlihat laki-laki itu tidak begitu tulus. Wajahnya kelewat ketus dan dingin, Tara sampai merasa mengigil dibuatnya. Setelah mengetahui bahwa Juna adalah kakak tingkatnya, Tara jadi semakin tertarik. Dari informasi yang ia dapatkan melalui
Tiga puluh Desember, 2018 .... Juna tumbuh besar tanpa orang tua. Yang dia punya hanya Eyang Putri yang sangat sayang padanya alias kalau di bahasa gaul-kan: bucin banget sama Juna. Eyang dan Eyang Putri adalah couple goals pada masanya. Mereka sama-sama sukses, Eyang adalah seorang pelukis terkenal. Lalu memutuskan untuk membangun galeri. Di sana, Eyang Putri muda bekerja sebagai manajer utama kelanjutannya bisa kalian tebak sendiri. Sampai sekarang, galeri Eyang sudah memiliki beberapa cabang. Dan ada dua yang berada di US. Eyang Putri dulu sangat cantik, bahkan sampai sekarang wajahnya masih sarat akan kecantikan yang seolah tak pernah memudar. Eyang juga tampan, mungkin itu sebabnya Juna juga tampan. Ketampanan seseorang memang tidak pernah lepas dari gen keluarga, kata mas Kulin di film Terlalu Tampan. Kabar pahit yang pertama adalah Juna hidup tanpa orang tua. Kabar pahit yang kedua adalah, Eyang meninggal lima t
Pagi hari, 31 Desember, 2018 .... Hujan lebat. Guntur datang sesaat setelah petir mencoret langit seluas pandangan mata manusia. Bagaikan aktor drama air, seorang lelaki yang mengenakan pakaian semi formal, celana panjang dan kemeja polos berwarna biru muda tersebut berlari tunggang langgang sepanjang koridor rumah sakit Good Husada. Sebelum itu, ia tengah bekerja sebagai seorang sub manajer dalam satu restoran besar di pusat kota. Mendengar istrinya akan segera melahirkan dan dilarikan ke rumah sakit, ia tak lagi sanggup melihat catatan penjualan harian, yang ia mau hanya melihat istrinya. Meskipun cuma sebagai sandaran dari rintih dan perih, dia rela. "Mama di mana?" tanyanya setelah melihat Tirta—Sang sulung terduduk di lobi sendiri—Tirta masih berusia tujuh tahun saat itu—anak laki-laki itu menunjuk ruan
Tara sudah menghubungi Juna dari pagi tadi. Tapi nihil. Nggak ada balasan. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Gadis itu mendengus banyak-banyak kali. Jam 4 sore, Jeno sudah di depan. Jeno sih, selalu malas soal acara-acara kayak begini. Namun, Tara yang meminta, ya sudahlah ya. Lagian, sebenarnya Tara juga tak mau pergi dengan Jeno. Dia 'kan maunya sama Juna. Ya sudahlah ya. "Gue masih marah sebenernya." Tara turun dengan gaun hijau bolu kukus-nya yang terlihat formal dan elegan. "Tapi gue belum punya temen, anjir! Temen gue di kampus lo doang." Jeno tertawa kecil menanggapi. Pemuda itu mengambil tehnya, menyesap sampai tandas, lalu berdiri. "Ya udah, makanya hari ini kesempatan cari temen. Berangkat ya, Om." Jeno beralih pada Taharja yang lagi nonton tv sambil ngemil kacang goreng. Taharja mengangguk. "Jangan pulang kemalaman. 'Kan nant
Sebelum kejadian, 31 Desember 2018 .... Lagu full bahasa Mandarin mengudara di seluruh sudut rumah minimalis hitam putih itu. Seorang pemuda jangkung bernyanyi mengikuti irama di bawah guyuran shower yang mengeluarkan air panas. Iya panas. Juna sebenarnya lebih suka mandi menggunakan air panas daripada air hangat. Sungguh aneh, tapi itulah kenyataannya. "Syishiehsheee~." Jujur. Juna sebenarnya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia nyanyikan, acak-acakan ia memilih kata yang ia lontarkan dari mulut. Yang penting nadanya sama! Ia mematut diri di kaca. Dengan rambut klimis dan telanjang dada, Juna tak habis pikir. Dia terlihat ... ganteng abis! Setelah siap dengan celana jeans putih dan kaos putih yang tak lupa dilengkapi dengan kemeja flanel biru merah untuk menambah kesan keren, Juna juga tak urung menyemprotkan parfum berbau cinnamon kesayangannya.
Juna tak tahu kemana Dava membawa dirinya pergi, jalanan terlihat buram dan kepalanya diterjang sakit yang teramat sangat."Jangan ke rumah sakit, Dav," rintih laki-laki itu. Wajah bersihnya telah dihiasi oleh beberapa luka lebam yang masih segar, serta darah yang menetes cukup deras dari dahinya lantas mengotori baju dan celana Juna yang sial sekali kenapa harus berwarna putih—turut membuat keadaan semakin dramatis bagi Dava.Perkelahian tadi cukup sengit, seharusnya Juna dan Dava cukup kuat untuk melawan lima banci yang mengaku-ngaku sebagai senior teladan kalau saja tidak salah satu dari mereka mempunyai pikiran yang sungguh kekanakan,salah satunya menjatuhkan Juna dari tangga.Tidak cukup tinggi untuk membuatnya mati, tapi cukup untuk menghilangkan setengah dari kesadaran yang ia mil