Share

A stolen kiss

Dominic terbangun entah berapa jam kemudian. Kepalanya sangat pusing, rasanya seperti baru selesai naik roller coaster. Ternyata tidur tidak menyelesaikan masalah.

"Arrgghhhhh ...." Dia bangun sambil memegangi kepalanya. Sakit sekali. Bersusah payah dia berdiri dari kasur. Sempoyongan dan hampir saja terjatuh kalau tidak berpegangan pada dinding.

Dia sukses masuk ke kamar mandi tanpa terjatuh. Berendam di bath tub sampai rasa pusing di kepalanya hilang. Setelah kesadarannya pulih, dia mengutuk dirinya sendiri karena sudah kalah pada alkohol. Ngomong-ngomong kenapa harus sampai mabuk begini hanya gara-gara perempuan gila itu? Menghabiskan waktu saja. Dia mengeluh sendiri.

Setelah selesai mandi, dia keluar hanya dengan memakai handuk. Untungnya pelayan club selalu membersihkan kamarnya. Sehingga jika sewaktu-waktu dia datang, dia tidak perlu kerepotan dengan segala urusan domestik.

Niatnya sih ingin menuju lemari, namun mata Dominic langsung menyipit melihat ada sesuatu yang sedikit aneh di pojok pintu.

Bukankah itu manusia? Pikirnya.

Dia melangkah untuk memastikan 'sesuatu' itu apakah benar-benar manusia. Dan ...

Mata Dominic langsung membesar saat menyadari 'sesuatu' itu ternyata seorang gadis. Oh My God!! Apa tadi malam saya membawa seorang wanita ke sini?? Apa kami melakukan hal yang tidak-tidak?? Oh tidak!! Batinnya ketakutan.

Dominic melihat seluruh pakaian gadis itu masih lengkap. Tidak ada bekas sobekan atau apa pun yang menunjukkan kalau dia sudah menyerang wanita itu dalam keadaan mabuk semalam. Semuanya aman. Hanya saja wajahnya sedikit kacau. Mascara dan bedaknya sudah luntur akibat ... air mata?

Kenapa dia menangis sampai matanya membengkak seperti ini? Apakah saya melakukan sesuatu tanpa sadar? Pikir Dom lagi.

"Dek ... hei bangun!" Dominic menyentuh lengan gadis itu dengan cukup hati-hati.

Tidak ada respon. Dominic mengguncang sedikit lebih kencang pun tidak ada pergerakan.

Kemudian pria itu melewatkan satu jarinya ke bawah hidung si gadis. Tidak ada aliran udara sama sekali.

Dia pingsan? Astaga!! Apa yang harus diaA lakukan??

Tentu saja, berpakaian!!

Pria bertubuh besar dan berotot itu berlarian ke seluruh penjuru kamar. Mengambil kaos yang ada di lemari dan juga celana training. Kemudian dia mengangkat gadis itu ke atas kasur dan membetulkan posisi supaya rok mininya tidak tersingkap.

Dom menelepon pihak club dan meminta seseorang datang untuk membawa kotak P3K.

Sambil menunggu pesanannya, Dominic memandangi wajah pucat gadis yang sedang tergeletak di atas kasurnya. Ini anak sepertinya masih remaja. Ngapain dia di tempat seperti ini? Batinnya.

"Tok ... tok ... tok ...." suara ketukan pintu terdengar. Dominic langsung bergegas. Dia membuka sedikit pintu. Tidak ingin ada yang tau kalau ada perempuan di dalam kamarnya. Dia tidak ingin ada yang menebar gosip tidak penting.

"Ini kotak P3K-nya, Tuan Dom." Entah kenapa pihak club harus mengirim perempuan dengan baju kurang bahan ini. Dikira Dom ingin main perempuan kah?

"Terimakasih." Dominic mengambil kotak itu dan ingin segera menutup pintu. Namun wanita itu menahan pintu dengan salah satu tangannya.

"Barangkali Tuan Dom ingin dibantu mengobati lukanya?" tawarnya dengan suara seksi dan mendesah.

"No, thank's ...." Dominic menutup pintu dengan paksa dan langsung menguncinya. Sekujur tubuhnya merinding jijik melihat wanita itu.

Oke, kembali ke kasur, pikirnya.

Dia mencari-cari minyak angin di kotak P3K. Ketemu!! Dia pun mengoleskan cairan itu ke bagian atas bibir gadis itu.

Usaha Dom berhasil. Gadis itu segera menggeliat. Dahinya berkerut dan wajahnya bergerak-gerak merespon aroma minyak kayu putih.

Dominic lega. Dia belum mati. Setidaknya masalah tidak jadi menghampirinya.

"Kamu sudah sadar?" tanya Dominic pelan. Namun membuat gadis itu spontan berjingkat dari posisi tidur jadi terduduk.

"Om!! Om apain sayaa!!!!" dia spontan menyilangkan tangannya di dada. Lagi-lagi memori beberapa jam yang lalu terngiang di kepalanya.

Dahi Dominic berkerut. Kenapa gadis ini seperti ketakutan? Pikirnya.

"Saya nggak ngapain-ngapain kamu. Kamu yang ngapain di kamar saya?" Nada suara Dominic masih rendah. Dia sadar gadis itu masih belia. Mungkin tidak baik jika berbicara terlalu kasar.

"Ngapain Om bilang??? Om yang menarik ... hiksssss ... Om yang menarik saya kemariiiii huaaaaaaa!! Mama papa saya pasti udah nyariin saya!!" Gadis itu menangis tersedu-sedu di atas lututnya. Melihat pria yang bangun-bangun malah lupa ingatan membuat kesedihannya semakin menjadi. Sial sekali rasanya menjadi tawanan orang mabuk tapi setelah sadar malah tidak ingat apa-apa.

"Sa ... saya yang bawa kamu ke sini? Gi ... gitu? Tapi ... tapi ... saya nggak apa-apain kamu kan?" Dominic tergugup. Benarkah dia yang membawa anak kecil itu kemari? Dimana akal sehatnya?

Gadis itu masih menangis saja, tidak berkenan menjawab pertanyaan Dominic.

"Nama kamu siapa? Kamu punya nomor telepon orang tua kamu kan? Biar saya coba telepon."

Tak ada sahutan.

"Lagian kamu ngapain masuk ke sini? Ini hanya tempat untuk orang dewasa. Kamu sepertinya masih anak SMA."

"Itu urusan saya! Om nggak usah kepo! Sekarang saya mau pulang!"

Dominic melirik jam di dinding. Sudah pukul satu dini hari.

"Tapi ini sudah jam satu pagi. Kamu bahaya kalau pulang sendiri. Biar saya antar."

Anak gadis itu tidak mempedulikan Dominic. Dia memakai sepatu yang tadi sempat dibuka oleh pria itu. Siall! Apakah sewaktu menggendongku dia curi-curi kesempatan melihat isi rokku? Tanya gadis itu di dalam hati.

"Jangan lewat pintu depan, nanti orang-orang mengira kita ada apa-apa."

Gadis itu tiba-tiba menoleh dengan wajah penuh amarah. "Om memang pantas diselingkuhin!! Om memang sepertinya tidak bertanggungjawab sama istri Om, makanya istri Om selingkuh!! Lihat aja, yang bawa saya ke sini itu siapa? Om kan??! Sekarang Om takut orang-orang melihat saya keluar dari kamar ini. Om memang pengecut!! Saya doakan istri Om sadar dan segera ceraikan Om!!"

Dominic melongo. Apakah baru saja seorang anak kecil mengucapkan sumpah serapah kepadanya? Lagian, dari mana gadis itu tahu perihal istrinya yang selingkuh?? Apakah dia sudah meracau tanpa sadar saat mabuk?? Dan apa katanya? Pengecut?? Wooahhhhhhhh!

"Kamu tau apa makanya bisa bilang saya pengecut? Memangnya kamu yang ada di posisi saya?" Dominic meladeni omelan gadis yang sedang berkacak pinggang di hadapannya.

"Pokoknya Om pengecut! Ada masalah larinya ke alkohol! Bukannya diselesaikan sama istri! Kemarin juga Om bilang kalau Om bawa saya ke kamar ini karena lihat istri Om sama selingkuhannya. Om mau nunjukin ke istri Om kalau Om juga bisa kayak istri Om. Apa-apaan itu?? Apakah orang dewasa selalu menyelesaikan masalah dengan masalah baru??? Asal Om tau ya! Kalau saya terseret dalam rumah tangga Om, saya nggak akan tinggal diam. Saya nggak mau disangka simpanan laki-laki semacam Om!!"

"Semacam apa maksudmu!!??"

"Ya semacam Om, lah! Nggak gentleman!!"

"Tau apa kamu, dasar anak kecil!" Dominic tanpa sadar menyentil kening gadis itu dengan cukup keras. Hei! Apa-apaan itu? Kenapa tubuhnya cepat bereaksi atas gadis kecil ini? Dia juga tanpa sadar sudah gemas dengan cara gadis itu menyerocos terhadapnya.

"Awwww!! SAKITT!! Kaaaaaaannnnn!!! Saya bilang juga apaa, Om itu jahattt!!!! Huuuhuhuuuuuuu ...."

Mungkin sentilan Dominic terlalu keras dan membuat gadis itu benar-benar merasa perih. Saat dia mengomel lagi matanya berkaca-kaca dan hampir menangis.

"Aduh, maaf maaf, saya nggak sengaja. Habisnya kamu kebanyakan bicara!!" Dominic membentak sambil menarik kepala gadis itu supaya mendekat.

"Mau diapain lagi! Awasss!!!"

"Hehh anak kecil diam!!"

Gadis itu meringis dalam diam. Membiarkan Dominic melakukan apa pun itu di keningnya yang memerah. Paling ditiup, pikirnya. Tapi ...

CUP!!

Mata gadis itu terbelalak. Om-om itu menciumnya!! MENCIUMNYA!!

"IIIIIIHHHHHHHHH!!! KENAPA DICIUMM??!!!" teriaknya histeris sambil cepat-cepat menepis bekas bibir Dominic di keningnya. Seolah-olah dia akan terkena penyakit kulit jika tidak segera membersihkannya.

"Sudah nggak sakit kan?"

"APANYA YANG NGGAK SAKIT! OM ITU SEMBARANGAN YA NYIUM-NYIUM!!"

Dominic merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Kenapa dia semakin tertarik dengan gadis kecil ini? Rasanya teriakan yang meledak-ledak itu terdengar begitu merdu di telinga Dominic. Berbeda dengan suara Reina, istrinya. Sehalus dan se lembut apa pun itu, malah terdengar seperti radio rusak di telinganya.

"Kamu mau diam nggak? Nanti saya cium yang lain loh!"

Gadis itu langsung bungkam. Tapi kutukannya masih berlanjut di dalam hati.

"Ini sudah jam satu pagi. Apa orang tua kamu tidak akan marah kalau kamu pulang jam segini?"

....

"Hei ...." Dominic mencolek lengan gadis itu.

"Kamu ke sini dengan siapa? Coba hubungi mereka. Siapa tau mereka masih di sini."

....

"Sekarang kamu mendadak bisu, heh?"

"Tadi disuruh diam. Sekarang diajak ngobrol lagi. Benar deh ya! Om itu pantas diselingkuhin. Om plin-plan dan pasti nggak bisa buat keputusan. Biar Om tau ya, perempuan paling nggak suka dengan laki-laki yang plin-plan. Biasanya laki-la___"

Bibir gadis itu langsung dibungkam oleh bibir Dominic yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Gila! Gila! Gila! Kenapa dia sangat bernapsu melihat bibir tipis itu mengoceh dan memaki-makinya?? Bukannya sakit hati, Dominic justru merasa lucu dan itu menimbulkan gelanyar aneh dalam dirinya. Apakah anak kecil itu sedang mengajarinya tentang bagaimana menjadi seorang pria? Dominic tertawa di dalam hati.

"Hmmppphhh ...."

Dominic tidak membiarkan gadis itu melepaskan pagutan bibir mereka. Dom menyesap semua inci bibir dan mendesak lidahnya ke dalam rongga mulut wanita itu. Dan hal yang paling disukai Dom sekarang adalah, dia sedang memeluk anak kecil itu dengan posesif tepat di pinggang dan tengkuknya.

Gadis itu melakukan perlawanan secara terus menerus sampai tenaganya habis. Sampai pukulan-pukulannya melemah dan tubuhnya terkulai dalam pelukan pria berdada bidang tersebut. Otaknya sudah korslet. Penolakannya seakan bertolak belakang dengan debaran jantungnya.

Ini pertama kalinya dia berciuman dan ... ternyata rasanya seperti ini. Dua bibir yang sama-sama kenyal menyatu. Lidah pun saling bertabrakan dan saling membelit. Sensasinya kini menimbulkan rasa geli di beberapa titik tubuh gadis itu. Terutama bagian bawahnya. Rasanya ... dia mulai basah.

Dominic menyadari gadis itu sudah pasrah. Memanfaatkan kesempatan, dia memutar posisi sehingga gadis itu kembali terjerembab di kasur. Lidah mereka sudah terpisah dan Dominic merangkak ke atas tubuh gadis itu serta mensejajarkan wajah mereka.

"Jangan pulang. Di sini saja sampai pagi."

BUKKK!!

Satu pukulan keras mendarat di dadanya. Kaos oblongnya mencetak bekas kepalan tangan gadis itu.

"OM BUKAN CUMA NGGAK GENTLEMAN. OM JUGA BRENGSEK! ITU CIUMAN PERTAMA SAYA OM!!!!!!"

*****

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tarra
mulai membaca,menarik
goodnovel comment avatar
Malik Ibran
baiknya sangat suka
goodnovel comment avatar
Rachmat Hidayat
baik menyenangkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status