Pupil mata Rosea melebar kaget, ketertarikan Leonardo membuat Rosea ngeri.“Aku cukup terkesan dengan kegigihanmu, tapi sepertinya kamu perlu disadarkan jika saat ini kamu tertarik pada wanita yang salah,” ucap Rosea berusaha bersikap setenang mungkin meski kini jantungnya mulai berdegup kencang karena takut.“Instingku tidak pernah salah,” timpal Leonardo.Rosea tersenyum meremehkan atas kepercayaan diri Leonardo. “Aku materialistis, aku tidak suka pria miskin, aku suka belanja berpoya-poya, dan aku suka berselingkuh,” provokasi Rosea.“Aku memiliki cukup banyak uang untuk membiayai semua keinginanmu sampai tua,” balas Leonardo dengan tenang.“Aku tidak bisa memasak, aku benci anak kecil dan aku ringan tangan,” jawab Rosea lagi mulai jengkel.“Itu tidak jadi masalah untukku,” jawab Leonardo tidak terpengaruh.Rosea membuang napas dengan kasar, kemarahan akan meledak di kepalanya bila masih terus berbicara dengan Leonardo.“Aku sudah tidak mau beromong kosong lagi, aku akan pulang! Jan
Rosea melihat ke penjuru arah dengan bingung, seharusnya kini dia pergi ke lantai bawah jika ingin makan, lantas mengapa kini mereka pergi ke lantai atas?Sudah lebih dari tiga lantai dia mengitari tangga, entah kapan mereka sampai. “Kamu harusnya naik lift sendirian agar tidak kelelahan, aku bisa naik tangga sendirian,” ucap Rosea seraya menggenggam lebih kuat tangan Prince.“Aku tidak apa-apa,” jawab Prince tersenyum lebar.“Kenapa kita pergi ke atas? Bukankah seharusnya kita makan di lantai bawah? Lagipula, aku yang akan meneraktir kamu.”“Aku ingin memberikan kejutan untuk Sea,” jawab Prince.Setelah melewati empat lantai, akhirnya mereka sampai.Rosea sempat terdiam merasakan suasana lantai yang berbeda dari lantai sebelum-sebelumnya, lorong kamar yang jauh lebih luas, dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan lebih indah.Langkah Prince terhenti di depan salah satu pintu penthouse. “Ayo Sea,” ajak Prince setelah membuka pintu aksesnya.“Kenapa masuk ke dalam? Ada sesuatu ya
Sesampai di dapur, Leonardo menunjukan beberapa bahan makanan yang sudah di sediakan dan membiarkan Rosea memilih untuk memasak apa.“Mau aku bantu?” tanya Leonardo sambil bersandar pada sudut lemari.Alih-alih menjawab, tangan Rosea mengayun kuat pisau tajamnya, dia membelah buah dalam satu tebasan hingga menimbulkan suara nyaring yang tajam di atas talenan.Leonardo menahan tawanya melihat cara Rosea menunjukan rasa protesnya karena marah dan tidak mau di ganggu.Leonardo tidak lagi bertanya dan mengganngu, dalam diamnya, Leonardo menghabiskan waktunya untuk memandangi Rosea.Melihat Rosea di dapur dan sibuk memasak, mengingatkan Leonardo akan kenangan masa lalunya yang sederhan dan indah.Napas Leonardo sedikit memberat, terbayang jika dulu dia sering memeluk Rosea dari belakang dan mengigit tengkuknya hanya sekadar untuk mengganggu, terkadang Rosea menghabiskan waktunya untuk menggeser layar, melihat cara memasak makanan favorit Leonardo dan Prince.Leonrdo sangat merindukan momen
Rosea duduk dengan gelisah, dia sudah menghabiskan banyak waktu agar selesai memasak, dan kini harus makan bersama sebelum pergi.Cukup menyesakan, sejak tadi dia memasak, Prince dan Leonardo tidak melepaskan dia pergi beranjak jauh.Prince menyuapkan potongan daging terakhirnya sebelum mengambil piring besar puding buah yang sejak awal mencuri perhatiannya.“Mau aku potongkan?” tanya Rosea.Prince mengangguk malu, anak itu membiarkan Rosea beranjak untuk membantu memotongkan pudding untuk di makannya.“Sea,” panggil Prince ragu, kedua tangan mungilnya saling betaut terlihat gelisah, begitu pula dengan sepasang matanya yang cerah terlihat gugup. "”Kapan Sea akan jadi mamahku? Ayah bilang, setelah Sea kembali, Sea akan jadi mamahku.”Rosea tercengang sampai pisau pemotong puding terjatuh ke meja. “A-anu, sepertinya kamu salah paham,” jawab Rosea terbata dan panik tidak tahu harus menjelaskan situasinya seperti apa.“Salah paham?” tanya Prince tidak mengerti. “Apa Sea ingin menikah dulu
“Anda ingin berbicara apa?” tanya Rosea memulai pembicaraan lebih dulu.“Bagaimana kabarmu?” tanya Berta tidak lagi berbicara formal seperti sebelumnya.“Kabar saya baik,” jawab Rosea dengan napas tersendat, Rosea tidak bisa menyembunyikan ketidak nyamanannya meski hanya duduk berhadapan dengan Berta.“Saya minta maaf atas kejadian satu tahun yang lalu. Semuanya murni kesalahan saya hingga tidak sengaja membuat kekacauan, saya sudah terlalu gegabah menilaimu,” ucap Berta tidak terduga.Rosea menelan salivanya dengan kesulitan. Rosea bisa menilai, dari cara Berta berbicara, dia adalah seseorang yang angkuh, dan bila orang angkuh seperti Berta meminta maaf, itu artinya kemungkinan telah terjadi sesuatu yang besar terjadi di masa lalu.Lantas apa yang sudah Berta perbuat di masa lalu padanya?Rosea menjadi sangat penasaran ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya di masa lalu.“Saya mengerti,” jawab Rosea datar.“Kenapa kamu kembali muncul setelah sekian lama menghilang?” tanya Be
Leonardo mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu tenggelam dalam pikirannya sendiri setelah mendengar rentetan perkataan Berta.Keluarga Abraham memiliki sebuah rahasia, mereka memiliki kutukan, yaitu sebuah obsesi.Di masa lalu, saat terjadi krisis keuangan dunia, keluarga Abraham masih bisa berdiri dengan kokoh meski terombang-ambing dalam berbagai masalah.Semua kekuatan itu muncul karena Binet Abraham, seorang pria yang cerdas dan ambisius, dia sempurna dalam segala hal, namun cacat di dalam hatinya.Binet Abraham tidak suka dengan anak perempuan. Binet Abraham menganggap jika anak perempuan tidak bisa menjadi pewaris selanjutnya karena mereka tidak sekuat anak laki-laki. Kekejaman Binet Abraham atas ketidak sukaannya pada anak perempuan, membuat dia selalu menggugurkan kandungan isterinya setiap kali hasil USG menunjukan isterinya mengandung anak perempuan.Binet sampai memiliki beberapa simpanan karena ingin anak laki-laki. Namun setiap kali anak perempuan yang berada dalam ka
Helaian rambut panjang Rosea terlihat berantakan di atas bantal berwarna putih, wanita itu terbaring telanjang dengan wajah yang merah dan tatapan mata sayu, bibir mungilnya bergetar berbicara sesuatu yang tidak dapat didengar.Leonardo yang berada di atasnya menjawab dengan kecupan singkat di tulang selangkanya, menjilatnya dan menggigit sisi tengkuk Rosea, membisikan sesuatu padanya dengan senyuman.Aroma Rosea seperti anggur, dia membawa sesuatu yang adiktif dan membuat Leonardo tidak berhenti mengecupi permukaan kulitnya.Rosea berpegangan pada permukaan seprai, tubuh kecil telanjangnya terangkat begitu Leonardo menarik pinggangnya ke atas.Leonardo semakin membungkuk, sepasang matanya yang berwarna biru itu terlihat gelap tertutup oleh kabut gairah yang tidak dapat dipadamkan dengan mudah. Jantung Leonardo berdegup memacu tidak beraturan, pemandangan Rosea yang berada di bawahnya bak sebuah lukisan yang tidak bisa dia rasakan hanya dari sudut, Leonardo ingin menikmatinya di setia
“Apa yang Anda inginkan dari Sea?” tanya Jacob.“Tidak ada urusannya dengan Anda.”“Rosea tanggung jawab saya, saya harus memastikan jika dia akan baik-baik saja,” tegas Jacob.“Saya ingin mendapatkan kembali apa yang sudah menjadi milik saya,” jawab Leonardo dengan angkuh.Jacob menarik napasnya dalam-dalam, dengan penuh keberanian dia menjawab, “Sea bukan milik siapapun, dia milik dirinya sendiri. Tolong jauhi Sea, Anda sudah memiliki tunangan, jangan menempatkan Rosea seperti wanita perebut tunangan wanita lain, saya juga tidak ingin dia semakin trauma karena terluka untuk yang kedua kalinya.”“Saya tidak pernah melukai Sea,” jawab Leonardo dengan cepat.“Itu benar, tapi orang-orang di sekitar Anda dapat melakukannya,” debat Jacob penuh misteri.Leonardo terpaku kehilangan kata-kata, ucapan Jacob membuat dia berpikir keras untuk mencernanya. Perkataan Jacob menyisakan banyak pertanyaan yang membuat dia penasaran, memangnya siapa yang berani melukai Rosea?“Saya akan membawa pulang