"Tidak apa-apa, Sky, Mom tidak akan mengatakannya pada Dean."
Entah kenapa hatinya begitu nyaman saat Mrs. Stewart menyebutnya sebagai Mom. Meski ibu kandunganya sudah meninggal, tapi dengan cara Mrs. Stewart seperti itu membuat Kensky merasa jiwa ibunya seakan hadir dalam diri wanita itu.
Dan sebagai gadis berhati malaikat, Kensky tidak mau membohongi Mrs. Stewart. Ia menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan wanita itu. Ia pun pasrah seandainya Mrs. Stewart akan mengusirnya dari kamar itu jika dia berkata jujur. "Sebenarnya aku dan Dean tidak punya hubungan apa-apa. Kami hanya sebatas atasan dan bawahan."
"Tapi kau menyukainya, kan?"
Pertanyaan yang terlontar dari mulut Mrs. Stewart membuat Kensky terkejut. Dilihatnya wajah keriput itu yang tampak tersenyum seakan menunggu jawabannya. Kensky menunduk, kemudian mengangguk, "Ya, aku sangat menyukainya. Mom."
Mrs
Oh my God, Thor mau dong disentuh sama Dean. Hehehe. Halo, Readersku yg terkasih dan tercinta. Terima kasih banyak ya untuk vote yang diberikan secara berkali-kali. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan para Readers dengan melimpahkan rejeki dan kesehatan bagi Readers dan sekeluarga, Amin. Selamat datang juga untuk Readers yang baru gabung, semoga betah dan suka ya, sama ceritanya.
Dengan sikap malu-malu Kensky mulai menggerakan tangannya, menyentuh dada Dean, mengusapnya sambil memejamkan mata. Ia sendiri heran kenapa malam itu dia begitu berani dan agresif, tapi sekarang di bawah cahaya intim yang suasananya begitu romantis justru membuatnya merasanmalu. Apa waktu itu karena efek anggur yang ia minum sampai ia begitu agresif dan berani? Dean tak mau diam. Saat tangan lembut Kensky mulai mengusap dadanya, dengan pelan ia mulai memagut bibir Kensky. Gadis itu pun membalas sapuan bibir Dean yang begitu lembut dan hangat saat menyatu dengan bibirnya. Sementara tangan Dean yang besar itu kini sudah mendarat di bokongnya yang seksi. Kensky mendesah saat tangan sebelah Dean meraup bagian tubuhnya yang besar dan kenyal. Pucuknya yang kecil sejak tadi mengencang saat bibir Dean sudah mendarat di lehernya. "Dean," bisik Kensky saat bibir pria itu menyentuh dadanya, "Dean kumohon."
Di dalam gedung kantor Kitten Group Kim terlihat sibuk dengan tugas yang diberikan sang atasan. Ia sudah mengecek di semua travel, tapi tidak ada jam penerbangan yang sesuai dengan kemauan sang atasan. "Selamat pagi," sapa Soraya begitu tiba di ruangan mereka. "Pagi," balas Kim tanpa menatapnya. Alis Soraya mengerut. "Ada apa? Sepertinya Bu Kim serius sekali?" tanya Soraya saat melihat wajah Kim yang begitu tegang menghadap komputer. Ia meletakkan tasnya, kemudian duduk di samping Kim untuk melihat apa yang membuat seniornya itu begitu serius. "Aku sedang mencari tiket untuk Pak Dean, tapi semua jadwal penerbangannya tidak ada yang sesuai dengan penernangan Pak Dean." "Berangkat? Memangnya Bos mau ke mana?" "Jerman." Saat itu juga Dean muncul dengan wajah terlihat datar. Soraya yang lebih dulu melihat kedatangan sang atasan,
Kensky ternganga. "Calon suami? Tapi kenapa Dean tidak pernah mengatakannya padaku?" Dengan wajah ceria ia menatap Soraya, "Kau tenang saja, aku dan Pak Dean tidak ada hubungan apa-apa." Soraya menatap pintu yang kini tertutup. "Kau pikir aku akan membiarkanmu mendekati Bernar, hah? Jangan harap. Tunggu saja, aku akan membuat kalian tidak bisa pergi ke Jerman bersama." *** Setelah mengantarkan Kensky ke kantor, Dean kini pergi bersama Matt untuk makan siang sekaligus menemui pengacara Eduardus. Namun, saat mereka hendak memasuki gedung restoran langganannya, teriakan suara perempuan dari seberang jalan memanggilnya. "Bernar?" Langkah Dean terhenti. "Siapa yang memanggilku?" Matt mencari sosok tersebut. "Mrs. Oxley, Bos. Dia sedang menyeberang jalan menuju ke sini." "Brengsek, sedang apa dia di sini? Kontrol semua area, janga
Saat itulah Soraya menatap ibunya. "Ya, kata sekertaris Bernar, pria itu akan mengajak Kensky ke Jerman. Mereka akan pergi bertiga, Bernar, Kensky dan orang kepercayaan Bernar." "Dalam rangka apa?" Soraya menatap sedih. "Aku tidak tahu, Ma. Yang jelas Mama harus membantuku, cegah mereka berdua. Aku tidak mau mereka pergi bersama-sama ke sana." Rebecca menatap iba. Sebagai perempuan yang pernah mencintai seseorang, ia mengerti apa yang dirasakan Soraya. Anaknya itu pasti tertekan ketika melihat Dean__ pria yang dicintainya__ lebih dekat dengan wanita lain daripada dirinya. Sama halnya waktu dulu saat Eduardus lebih memilih bersama Barbara daripada dirinya. Ia mendudukan dirinya di samping Soraya. "Kamu yang sabar, ya. Mama yakin, di balik ini semua pasti ada sesuatu yang Bernar rencanakan." Soraya menengadahkan kepalanya pada Rebecca. "Aku tidak yakin, Ma. Sikap Bernar p
Kensky tersenyum manis seolah-olah pertanyaan itu biasa-biasa saja. "Itu tidak mungkin Mr. Hans, aku hanya karyawannya." "Tapi dari pandangaku sebagai kaca mata lelaki, aku rasa dia menyukaimu, Sky." Kensky terbahak. "Ah, Mr. Hans ada-ada saja." Mr. Hans ikut tertawa. "Tidak masalah, Sky, beliau kan belum menikah. Apalagi tidak biasanya dia bersikap seperti ini terhadap wanita. Selama ini tidak ada wanita yang dispesialkan di kantor ini, hanya kau." Mata Kensky menyipit. "Dispesialkan? Maksud, Anda?" Saat itulah Mr. Hans berdiri, kemudian mendudukan bokongnya di atas meja menghadap Kensky yang sedang duduk bersandar di kursinya. "Pertama, tidak ada karyawan yang baru lulus bisa menempati jabatan asisten keuangan. Kalaupun orang itu memiliki riwayat dari lulusan Universitas ternama, dia harus punya pengalaman minimal satu tahun menjadi staf di bagian
Rebecca menatap Kensky penuh tanda tanya. "Kenapa dia menangis? Apa jangan-jangan___" "Ma, mungkin Mama salah dengar, mana mungkin Daddy menjodohkan aku." "I-iya, Sky. Kata Daddy-mu sih seperti itu. Tapi dia tidak mengatakannya kalau pria itu siapa." Kensky menatap Rebecca. "Apa mungkin Daddy sengaja tidak memberitahukan pada mereka kalau pria itu adalah Dean? Mungkin juga, secara Soraya kan sangat menyukai Dean," katanya dalam hati. Rebecca yang juga membalas pelukan gadis itu bertanya-tanya dalam hati. "Kenapa dia begitu bahagia?" Hal itu membuatnya semakin penasaran. Dan karena hal itu sangat mengganjal dalam dirinya, Rebecca melepaskan pelukannya dan menatap Kensky dengan alis berkerut-kerut. "Apa yang membuatmu senang, Sky? Apa kau tidak keberatan jika dirimu dijodohkan? Padahal biasanya wanita paling tidak suka jika hal itu terjadi. Selain membuat mereka tidak bebas mencintai, masa muda
Kensky terus menangis karena merasakan sesak di dadanya. Air mata bahkan jatuh ke atas foto yang ada di tangan tepat di atas wajah ibunya. Ini adalah pertama kali ia melanggar aturan Barbara, karena sejak kecil Kensky tidak pernah melanggar atau bahkan menolak apa yang dikatakan Barbara. Namun kali ini ada pengecualian, karena baru kali ini keinginan ibunya bertolak belakang dengannya. Kensky sudah terlanjur jatuh cinta pada Dean, bahkan jauh sebelum ia membuka kotak itu. Drtt... Drtt... Getaran ponsel membuat Kensky menoleh. Sambil memegang foto ia mengambil benda itu, kemudian menghubungkan panggilannya. "Halo?" "Maafkan aku sudah membuatmu menunggu." Sosok di balik telepon ternyata adalah lelaki calon pilihan Barbara. "Bagaimana kabarmu?" Kensky menarik cairan hidungnya dan hal itu membuat sosok di balik telepon bertanya-tanya. "Ada apa? Kau habis menangis?" "Tidak," bohongnya, "Aku sedang
Rebecca sedang mangatur meja makan keesokan harinya. Mengatur piring dan peralatan makan sedemikian rupa, seperti biasa yang sering dilakukannya setiap pagi. Di rumah itu Rebecca mengurus semunya sendiri. Bukan tidak bisa menggaji pelayan, melainkan Rebecca tidak mau ada orang asing dalam kehidupan mereka. Baginya pelayan hanya penghalang untuk menghancurkan Eduardus. Soraya muncul dengan pakaian rapi. Rambutnya tergerai indah. Dan seperti biasa, riasan wajahnya terlalu tebal dengan lipstik, serta alis yang cetar membahana. Tapi meski terlihat menor, wanita itu tetap cantik. Sebagai ibu Rebecca bahkan sangat memuji kecantikan anaknya itu. "Selamat pagi, Ma." Kensky juga muncul dengan pakaian rapi khas eksekutif berwibawa. Kemeja putih berbahan satin dipadukan dengan rok merah ketat yang panjangnya di atas lutut membuatnya terlihat seksi dan berkelas. Riasan wajah tipis, namun tetap cantik. Dan itulah yang selalu me