Home / Thriller / Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat / Bab 4 Pria Jahat dan Wanita Yang Tergantung

Share

Bab 4 Pria Jahat dan Wanita Yang Tergantung

Author: BabyKucing
last update Huling Na-update: 2024-01-26 15:02:36

Kana menatap Suga dengan ragu, ia menelan ludahnya sebelum suara seraknya mulai mengalun bercerita.

....

"Dasar jalang!" teriak seorang pria paruh baya sambil melayangkan sebuah botol kaca.

Seorang wanita yang duduk berlutut di lantai memekik ketakutan, tapi pria itu justru semakin menjadi. Tangan kekarnya menjambak rambut si wanita, hingga terlihat helaian rambutnya rontok di tangan pria yang mabuk dan sedang mengamuk itu.

"Mana uang ku, brengsek!" teriak pria itu dengan penuh makian sambil menghantamkan botol kata itu dinding di belakangnya.

Prang!

Serpihan kaca berserakan di lantai, belum cukup dengan menjambak kini pria itu menendang tubuh wanita itu hingga menabrak dinding. Tangisan kesakitan dan juga takut terdengar begitu pilu, wanita itu meringkuk di lantai menahan sakit. Seisi rumah sudah tak berbentuk, pecahan kaca dari vas dan gelas berhamburan di lantai. Perabotan rumah seperti kursi sofa dan meja pun tak luput dari amukan pria itu.

Mereka berdua adalah sepasang suami istri, kekerasan yang dilakukan oleh pria itu bukan hanya baru kali ini. Pria itu juga bukan tak mengenal jeruji besi, sudah berulang kali ia masuk. Salah satunya karena kasus kekerasan dalam rumah tangga. Belum lama ini ia keluar dari rumah sakit, setelah tetangganya melaporkannya ke pihak berwajib karena kasus kekerasan dalam rumah tangga. Tapi satu minggu kemudian, ia kembali bebas setelah sang istri menangis dan menyerahkan surat pencabutan tuntutan.

Dan kini pria itu kembali memukuli istrinya dengan kejam.

Brak!

Suara dari pintu yang di banting terdengar begitu nyaring, setelah memukuli dan melampiaskan amarahnya ia pun pergi.

Kini tinggallah wanita itu yang menangis tersedu-sedu, sambil merangkak menghampiri seorang gadis remaja yang juga menangis sambil membekap mulut itu saat sang ayah akhirnya pergi.

Gadis yang masih remaja itu berlari menuju ke arah ibunya, dan memeluknya dengan erat.

"Tidak apa," ujar Ibunya dengan suara serak dan lemah.

Namun, tak lama setelah itu. tepat pukul 12 malam lewat 5 menit.

Kana melihat sesosok perempuan paruh baya yang tak lain adalah ibunya sendiri, meregang nyawa dan menggantung pada seutas tambang di langit-langit rumahnya. Lalu tak berselang lama, seorang pria yang tak lain adalah ayahnya pulang. Masih dalam kondisi mabuk dan sepertinya lebih parah sehabis bermain judi. Entah karena terlalu shock pada kenyataan ibunya yang bunuh diri, Kana hanya meringkuk saat tubuhnya di pukul dan juga ditendang oleh ayahnya.

"Brengsek, karena jalang itu mati. Sekarang giliran mu untuk menggantikannya!" teriak sang ayah yang murka, setelah lagi dan lagi ia kalah judi.

Setelah puas meluapkan emosinya dengan memukuli putrinya sendiri, pria itu berbaring di sofa dan tertidur lelap. Sedangkan Kana perlahan mulai merangkak ke arah mayat sang ibu yang masih tergantung, gadis remaja itu memeluk kaki ibunya yang sudah mulai mendingin dengan erat.

"Ibu. Kata ibu, kita harus bertahan. Bahkan saat kakak mengajak kita untuk kabur, ibu menolaknya. Tapi kenapa sekarang ibu pergi sendirian tanpa mengajak aku dan kakak," ucap Kana dengan suara serak yang nyaris hilang.

....

Seorang remaja yang berjalan menerobos hujan pada dini hari, masih dengan seragam sekolahnya yang lusuh ia seakan tak peduli dengan air hujan yang sudah mengguyur tubuhnya. Setalah seharian kemarin ia tidak pulang, dan bekerja lembur di tempat kerja sambilannya hingga pagi hari ini ia akhirnya pulang. Senyum merekah di bibirnya yang sedikit pucat, entah apa yang membuatnya seakan mendapat setengah dari dunia di bawah kakinya itu.

Dengan semangat remaja itu membuka pintu rumahnya. "Ibu! Kana! Kakak pulang," seru remaja itu.

Namun, suasana rumah begitu sunyi dan juga gelap. Remaja itu berjalan meraba-raba dinding dan mulai menyalakan lampu, seketika bola matanya yang berbinar cerah itu redup dan bergetar. Kana yang menyadari dengan kehadiran kakaknya menoleh, dan dengan wajah sembab berurai air mata ia memohon dengan suara serak menahan tangis.

"Kakak, tolong ibu," ucap seorang gadis remaja itu yang menatap ke arah remaja laki-laki itu dengan putus asa.

"Kak Theo, aku tidak bisa menurunkan ibu," ucap Kana sambil memeluk kaki ibunya yang menggantung.

Theo menatap tak percaya ke arah tubuh ibunya yang sudah kaku menggantung di langit-langit rumahnya, lalu beralih pada adiknya yang juga dalam kondisi yang memprihatinkan. Wajah yang bengkak dan bahkan darah yang sudah mulai mengering di pelipis dan hidungnya.

Dengan dada yang sesak dan pandangan mata yang memburam Theo memeluk adiknya dengan erat. Sebuah bungkusan yang sedari tadi Theo genggam dengan riang gembira, seketika jatuh dan terabaikan. Membuat isi dari bungkusan itu berceceran di lantai, dan menjadi saksi bisu dari sebuah tragedi mengenaskan.

Theo tak menyangka sedikit pun bahwa di hari ulang tahun adik kembarnya, Kana mendapatkan kado paling menyakitkan dari sang ibu. Butuh lebih banyak waktu saat Theo akhirnya berhasil menurunkan jasad ibunya, dengan hati yang pedih ia berlari keluar untuk meminta bantuan.

Hari itu juga Theo berserta adiknya melakukan upacara pemakaman untuk mendiang sang ibu, meski hanya seadanya mereka ingin melakukan hal yang berarti untuk jasad ibu mereka. Sepanjang acara pemakaman sosok sang ayah tak terlihat sedikit pun, membuat para pelayat bergosip di belakang tentang betapa malangnya nasib ke dua remaja itu.

"Astaga, kasihan sekali," ujar seorang nenek yang tinggal di samping rumah.

"Harusnya Mary mendengarkan saran untuk tidak mencabut tuntunan hukum pada suaminya itu, kasihan sekali. Haish sungguh malang."

Theo mengusap pundak Kana dan menepuknya perlahan, mencoba saling menguatkan dan memberi semangat satu sama lain.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    21. Awal yang Baru

    Setelah beberapa saat, Kanaya berhenti menangis dan memisahkan dirinya dari Theo. Ia memandang Theo dengan mata yang masih basah. "Kakak... kenapa kamu datang?" tanya Kanaya dengan suara yang lembut. Theo merasa sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Kakak ingin melihatmu, Kanaya," jawab Theo. "Kakak ingin membantumu pulih." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh keraguan. "Apakah kakak bisa membantuku?" tanya Kanaya. Theo mengangguk dengan percaya diri. "Kakak bisa, Kanaya," jawab Theo. "Kakak akan membantumu pulih dan melupakan masa lalumu." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh harapan. "Terima kasih, kakak," gumam Kanaya. Theo tersenyum dan memeluk Kanaya lagi. "Kakak akan selalu ada untukmu, Kanaya," jawab Theo. Saat itu, Suga memasuki kamar dan memandang Theo dan Kanaya dengan senyum. "Bagaimana kabar, Kanaya?" tanya Suga. Kanaya memandang Suga dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Suga-san," jawab Kanay

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    20. Dibalik Jeruji Besi

    Saat Suga dan rekan Detektif lainnya selalu di sibukkan oleh berbagai kasus,waktu terus berlalu dengan cepat. Delapan tahun telah berlalu sejak Theo dipenjara. Ia telah mengalami banyak hal di balik jeruji besi, dari pertarungan dengan narapidana lain hingga pertobatan dan perubahan diri. Theo telah menjadi orang yang berbeda dari yang dulu. Ia telah memikirkan kesalahannya dan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia telah mengikuti program rehabilitasi dan telah belajar banyak hal baru. Tapi meskipun ia telah berubah, Theo masih merasa bahwa ia memiliki hutang budi kepada Suga. Ia masih ingat janji yang Suga buat kepadanya, dan ia berharap bahwa Suga masih menungguinya. Suatu hari, Theo dipanggil oleh petugas penjara untuk menerima tamu. Ia tidak tahu siapa tamu itu, tapi ia berharap bahwa itu adalah Suga... Apakah tamu itu benar-benar Suga? Apakah Theo akan dapat memenuhi janjinya kepada Suga? Semua itu masih menjadi misteri... Theo berjalan menuju ruang tamu, hatinya ber

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    19. Keraguan dan Keyakinan

    Suga langsung merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kasus ini. Pembunuh berantai satu dekade lalu tidak meninggalkan pesan seperti itu. "Apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu?" tanya Suga kepada Detektif Jonie. Detektif Jonie menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Detektif Jonie. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Suga mengangguk setuju. "Saya akan memeriksa profil psikologis pembunuh berantai satu dekade lalu dan membandingkannya dengan profil psikologis pembunuh ini," kata Suga. Setelah beberapa saat, Suga menemukan sesuatu yang mencolok. "Pembunuh berantai satu dekade lalu memiliki motif yang jelas, yaitu untuk mencapai keseimbangan," kata Suga. "Tapi pembunuh ini memiliki motif yang tidak jelas. Ia meninggalkan pesan yang berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu." Detektif Jonie mengangguk dengan serius. "Saya pikir kita harus mencari tahu apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh beranta

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    18. Pola Pembunuh

    Setelah 2 hari lalu mendapat pecuil petunjuk aneh dari orang misterius dalam telpon, dan juga teror yang mendadak di alami oleh Detektif Jonie. Kini pria itu kembali bekerja bersama rekan timnya lain. Saat ini Detektif Jonie terus memeriksa data para korban, mencari pola atau kesamaan yang dapat membantu mengungkap identitas pembunuh. Suga, yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba berbicara. "Detektif, saya pikir saya tahu apa yang sedang terjadi," kata Suga. Detektif Jonie menoleh ke Suga dengan rasa penasaran. "Apa yang Anda maksud?" tanya Detektif Jonie. Suga mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Saya pikir pembunuh ini sedang mencoba mengirimkan pesan," kata Suga. "Pesan yang terkait dengan anggota tubuh yang hilang." Detektif Jonie merasa bahwa Suga mungkin benar. "Apa yang Anda pikir pesan itu?" tanya Detektif Jonie. Suga menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Suga. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Detektif Jonie mengangguk setuju. "Baik, kit

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    17. Bisnis Gelap

    Detektif Jonie dan polisi itu mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Mereka berdua mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Tiba-tiba, seorang bayangan muncul di tangga. Bayangan itu terlihat seperti seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun hitam. "Siapa Anda?" tanya Detektif Jonie, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut. Bayangan itu tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju Detektif Jonie dan polisi itu. Detektif Jonie dapat merasakan adrenalin yang meningkat dalam tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya... Tiba-tiba, bayangan itu berhenti di depan Detektif Jonie. Ia menatap Detektif Jonie dengan mata yang kosong. "Selamat datang, Detektif Jonie," kata bayangan itu dengan suara yang pelan. "Saya telah menunggu Anda." Pertemuan misterius dengan seorang pria aneh, pada awalnya Detektif Jonie merasa skeptis. Akan tetapi, saat ia mulai membuka suara. Entah itu sebuah fakta atau bukan, itu cukup membuat Detektif itu tercen

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    16. Apartemen Kosong dan Rumah Kaca

    Detektif Jonie memandang pria itu dengan curiga. Ia tidak tahu apa motif pria itu untuk membantu. "Apa yang Anda maksud dengan 'Luna sedang dalam bahaya'?" tanya Detektif Jonie. Pria itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Luna telah menerima ancaman dari seseorang yang tidak dikenal," kata pria itu. "Dan saya pikir ancaman itu terkait dengan kasus orang hilang yang sedang Anda selidiki." Detektif Jonie langsung meminta pria itu untuk memberikan lebih banyak informasi tentang ancaman itu. Saat pria itu sedang menjelaskan, polisi yang sedang mencari alamat rumah Luna datang menghampiri Detektif Jonie. "Detektif, kami telah menemukan alamat rumah Luna," kata polisi itu. "Apa itu?" tanya Detektif Jonie. "Alamat rumah Luna adalah di sebuah apartemen di kota," jawab polisi itu. "Tapi, ada sesuatu yang aneh. Apartemen itu telah dikosongkan." Detektif Jonie langsung meminta polisi untuk menyelidiki apartemen itu lebih lanjut. Detektif Jonie dan polisi yang men

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    15 Pria Misterius

    Polisi yang berbicara dengan rekannya itu kemudian mengangguk dan mengambil radio untuk menghubungi Detektif Jonie. "Detektif Jonie, kami telah menemukan mayat di rusun Distrik 07," kata polisi itu melalui radio. Detektif Jonie yang sedang dalam perjalanan ke tempat kejadian kasus orang hilang sebelumnya, langsung berubah arah dan menuju ke lokasi mayat ditemukan. Saat Detektif Jonie tiba di lokasi, ia langsung memeriksa mayat dan tempat kejadian. "Mayat ini tidak memiliki tangan kiri," kata Detektif Jonie kepada polisi yang berada di lokasi. Polisi itu mengangguk dan memberikan laporan tentang penemuan mayat itu. Detektif Jonie kemudian meminta polisi untuk mengambil sidik jari mayat dan membandingkannya dengan data korban orang hilang sebelumnya. Saat polisi sedang mengambil sidik jari, Detektif Jonie menerima panggilan telepon dari seseorang yang tidak dikenal. "Detektif Jonie, kamu sedang menyelidiki kasus orang hilang, bukan?" kata suara di telepon. Detektif Joni

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    14 Memulai

    Suara ketukan jemari lentik dari siluet seorang perempuan berambut panjang menggema dalam keheningan, di temani cahaya lampu yang remang-remang dalam ruangan yang cukup sempit. Ceklek! Pintu ruangan itu terbuka dan muncullah seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah menengah pertama, dengan langkah pelan anak itu berjalan dan duduk di depan perempuan itu. "Bagaimana? Mudah dan cukup memuaskan bukan?" tanya perempuan itu dengan suara lembut dan ramah. Anak laki-laki itu mengangguk dan berterima kasih. Kemudian tangannya merogoh tas ransel yang di bawanya, mengambil sesuatu yang terbungkus tas plastik berwarna hitam dan menyerahkannya pada perempuan itu. "Ya, terima kasih kembali, itu bukan hal yang besar." ucap perempuan itu sambil tersenyum kecil menatap bungkusan misterius itu. Anak laki-laki itu pun pamit pergi, setelah berterima kasih dan menyerahkan bungkusan yang entah apa isinya itu. Setelah kepergian anak itu, perempuan itu pun mulai membuka bungkusan plasti

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    Bab 13 Datanglah padaku

    Suga menundukkan kepalanya dengan mata terpejam, putusan dari sidang seorang tersangka pembunuhan telah sampai di hasil akhir. Sesuai hukum yang berlaku, jika seseorang yang telah mencapai usia dewasa melakukan tindak pidana, akan di berikan hukum yang sesuai undang-undang yang berlaku. Meski orang itu baru saja melewati usia dewasanya 1 jam yang lalu. Raut wajah putus asa dari remaja yang baru saja mendapatkan hukum pidananya untuk pertama kali, membuat ingatan Suga kembali melayang pada sosok dirinya di masa lalu. Lalu dengan langkah berani dan raut wajah datar andalannya, Suga berjalan menghampiri Theo. "Aku tau ucapanku ini tidak akan bisa mengubah apapun dalam hidupmu, tapi aku harap setelah kamu kembali mendapat kebebasanmu, segera temui aku. Datanglah padaku." ucap Suga. Tanpa menunggu balasan dari Theo, Suga segera berbalik pergi saat beberapa petugas polisi membawa remaja itu untuk mendapat hukumannya. 8 tahun. Itu adalah waktu yang cukup lama untuk mendekam dalam je

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status