Share

Bab 5 Gadis Malang

Dua hari berlalu setelah upacara pemakaman, Theo telah bersiap dengan seragam sekolahnya. Remaja itu menatap cemas ke arah adik kembarnya yang hanya menatap kosong ke arah jendela menjadi, rutinitas selama dua hari ini semenjak kematian tragis itu.

Namun, kehidupan miskin mereka tak memperbolehkan Theo untuk berduka barang sedikit pun. Ia harus segera pergi sekolah, dan sore nanti dilanjutkan dengan kerja paruh waktu sesuai sekolah.

Setelah berpamitan yang jelas tak mendapat respon dari Kana, Theo pun dengan berat hati pergi. Kini tinggallah Kana seorang diri, seperti tenggelam dalam dunianya yang dibuatnya sendiri gadis remaja itu bahkan tak bergeming saat seseorang memasuki rumah.

Hingga bunyi pecahan botol yang dilempar dan menabrak dinding membuyarkan lamunannya, Kana dengan perasaan waspada menoleh hanya untuk melihat sosok sang ayah yang sudah menjulang di belakangnya. Tanpa bisa mencerna apa yang terjadi, Kana sudah terlempar menabrak meja hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

Gedebuk!

"Ayah." Ucap Kana memanggil ayahnya dengan suara mencicit ketakutan.

Kana bahkan sudah memejamkan matanya saat tiba-tiba tangan sang ayah terjulur ke arahnya, tindakan spontan yang dilakukan ketika ia sering di pukul. Namun, ada yang aneh. Pukulan itu tak pernah mendarat, sebaliknya sesuatu yang asing dan jauh lebih menakutkan terjadi.

"Hahh." Helaan nafas yang berat dan sensual dari sang ayah yang tepat di atas telinganya, membuat tubuh Kana merinding hebat.

"Ahkk." Kana memekik kaget saat tangan besar dan kasar milik sang ayah hinggap di dadanya, dan mulai meremasnya.

Belum hilang rasa kagetnya dengan remasan sensual itu, sang ayah mulai mencumbu bibir pucat gadis itu dan melumatnya penuh nafsu.

"Ayah, berhenti!" Pekik Kana sambil mendorong pria itu, tapi sia-sia tubuhnya lemas karena rasa takut yang begitu hebat.

Kana menangis pilu saat sang ayah mulai menggesek kemaluannya yang sudah keras, sesekali pria itu mendesah dan melenguh nikmat. Kana terus berusaha berontak dan menjerit ketakutan.

"Ayah! Lepas, ayah Kana mohon." Ucap Kana meratap penuh air mata.

Bret!

Bola mata Kana melotot dan bergetar saat pakaiannya kini robek dan menampakkan dadanya yang ranum, tak sampai di situ sang ayah juga mulai menarik paksa celana yang dipakai Kana hingga lepas. Kana menjerit dan berusaha lari saat sang ayah membuka pakaiannya sendiri, siap menerkam gadis kecil itu untuk memuaskan birahinya.

"Uhk. Tolong berhenti ayah." Seru Kana dengan rintihan kesakitan.

Tanpa mendengar tangis pilu putrinya, pria itu terus menggempur lubang kemaluannya dengan tak sabaran.

"Diamlah!" Bentak sang ayah dengan emosi.

Rasa sakit dan panas pada kemaluannya membuat Kana semakin histeris, apalagi saat melihat benda yang menggantung di antara kaki ayahnya yang besar dan berurat itu. Entah berapa kali benda panjang dan besar itu berusaha menerobos ke dalam, namun semuanya gagal. Mungkin karena ini pertama kalinya bagi Kana.

Dan setelah berusaha berulang kali, dengan satu hentakan kuat pria itu mendorong penisnya. Kana sontak saja menjerit kesakitan, bahkan tidak sampai di situ belum reda rasa sakit akibat hentakan kuat itu, sang ayah sudah mulai memaju mundurkan penisnya dengan brutal.

"Ayah, Kana mohon." Ucap Kana terus memohon.

Namun, sosok yang dipanggil ayah itu tak sedikit pun menggubris rengekkan gadis kecil itu. Malah dengan tanpa perasaan, ia semakin mempercepat tempo hentakannya.

"Ah, ini nikmat sekali." Ucap pria itu sambil menciumi payudara Kana.

Suara derit ranjang yang bergoyang menjadi, saksi bagaimana bringasnya pria itu yang tengah menggagahi putri kandungnya sendiri.

"Sakit, berhenti."

Kana menangis terisak-isak disela hentakan kuat pada selangkangannya, lalu dengan satu teriakan nyaring tubuhnya menegang beserta sensasi kenikmatan yang membuat tubuhnya seketika lemas.

"Ahkkk." Jerit Kana saat sesuatu seperti mendesak keluar dan tak tertahankan.

"Uhhh, ohhhh," Seru sang ayah dengan suara desahan nikmat yang terdengar berat.

Pria itu memejamkan kedua matanya penuh kenikmatan, saat Kana yang mencapai orgasme mengencangkan otot vaginanya.

"Dasar munafik, nikmatilah ini belum berakhir. " Ucap pria itu saat mencabut penisnya dan mengubah posisi Kana.

Kini Kana dibuat telungkup, pria itu lalu mengangkat sedikit pinggul gadis itu dan melesakkan kembali penisnya dengan semangat. Kana masih terus memohon meski dengan suara serak yang nyaris hilang, dalam keadaan putus asa itu terlintas sosok kakak kembarnya.

'Kakak. Tolong aku.'

Hari panjang yang dingin bagi Kana, saat ia harus merelakan mahkotanya hancur di tangan ayah kandungnya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status