Share

Bab 5 Gadis Malang

Author: BabyKucing
last update Last Updated: 2024-01-26 15:02:39

Dua hari berlalu setelah upacara pemakaman, Theo telah bersiap dengan seragam sekolahnya. Remaja itu menatap cemas ke arah adik kembarnya yang hanya menatap kosong ke arah jendela menjadi, rutinitas selama dua hari ini semenjak kematian tragis itu.

Namun, kehidupan miskin mereka tak memperbolehkan Theo untuk berduka barang sedikit pun. Ia harus segera pergi sekolah, dan sore nanti dilanjutkan dengan kerja paruh waktu sesuai sekolah.

Setelah berpamitan yang jelas tak mendapat respon dari Kana, Theo pun dengan berat hati pergi. Kini tinggallah Kana seorang diri, seperti tenggelam dalam dunianya yang dibuatnya sendiri gadis remaja itu bahkan tak bergeming saat seseorang memasuki rumah.

Hingga bunyi pecahan botol yang dilempar dan menabrak dinding membuyarkan lamunannya, Kana dengan perasaan waspada menoleh hanya untuk melihat sosok sang ayah yang sudah menjulang di belakangnya. Tanpa bisa mencerna apa yang terjadi, Kana sudah terlempar menabrak meja hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

Gedebuk!

"Ayah." Ucap Kana memanggil ayahnya dengan suara mencicit ketakutan.

Kana bahkan sudah memejamkan matanya saat tiba-tiba tangan sang ayah terjulur ke arahnya, tindakan spontan yang dilakukan ketika ia sering di pukul. Namun, ada yang aneh. Pukulan itu tak pernah mendarat, sebaliknya sesuatu yang asing dan jauh lebih menakutkan terjadi.

"Hahh." Helaan nafas yang berat dan sensual dari sang ayah yang tepat di atas telinganya, membuat tubuh Kana merinding hebat.

"Ahkk." Kana memekik kaget saat tangan besar dan kasar milik sang ayah hinggap di dadanya, dan mulai meremasnya.

Belum hilang rasa kagetnya dengan remasan sensual itu, sang ayah mulai mencumbu bibir pucat gadis itu dan melumatnya penuh nafsu.

"Ayah, berhenti!" Pekik Kana sambil mendorong pria itu, tapi sia-sia tubuhnya lemas karena rasa takut yang begitu hebat.

Kana menangis pilu saat sang ayah mulai menggesek kemaluannya yang sudah keras, sesekali pria itu mendesah dan melenguh nikmat. Kana terus berusaha berontak dan menjerit ketakutan.

"Ayah! Lepas, ayah Kana mohon." Ucap Kana meratap penuh air mata.

Bret!

Bola mata Kana melotot dan bergetar saat pakaiannya kini robek dan menampakkan dadanya yang ranum, tak sampai di situ sang ayah juga mulai menarik paksa celana yang dipakai Kana hingga lepas. Kana menjerit dan berusaha lari saat sang ayah membuka pakaiannya sendiri, siap menerkam gadis kecil itu untuk memuaskan birahinya.

"Uhk. Tolong berhenti ayah." Seru Kana dengan rintihan kesakitan.

Tanpa mendengar tangis pilu putrinya, pria itu terus menggempur lubang kemaluannya dengan tak sabaran.

"Diamlah!" Bentak sang ayah dengan emosi.

Rasa sakit dan panas pada kemaluannya membuat Kana semakin histeris, apalagi saat melihat benda yang menggantung di antara kaki ayahnya yang besar dan berurat itu. Entah berapa kali benda panjang dan besar itu berusaha menerobos ke dalam, namun semuanya gagal. Mungkin karena ini pertama kalinya bagi Kana.

Dan setelah berusaha berulang kali, dengan satu hentakan kuat pria itu mendorong penisnya. Kana sontak saja menjerit kesakitan, bahkan tidak sampai di situ belum reda rasa sakit akibat hentakan kuat itu, sang ayah sudah mulai memaju mundurkan penisnya dengan brutal.

"Ayah, Kana mohon." Ucap Kana terus memohon.

Namun, sosok yang dipanggil ayah itu tak sedikit pun menggubris rengekkan gadis kecil itu. Malah dengan tanpa perasaan, ia semakin mempercepat tempo hentakannya.

"Ah, ini nikmat sekali." Ucap pria itu sambil menciumi payudara Kana.

Suara derit ranjang yang bergoyang menjadi, saksi bagaimana bringasnya pria itu yang tengah menggagahi putri kandungnya sendiri.

"Sakit, berhenti."

Kana menangis terisak-isak disela hentakan kuat pada selangkangannya, lalu dengan satu teriakan nyaring tubuhnya menegang beserta sensasi kenikmatan yang membuat tubuhnya seketika lemas.

"Ahkkk." Jerit Kana saat sesuatu seperti mendesak keluar dan tak tertahankan.

"Uhhh, ohhhh," Seru sang ayah dengan suara desahan nikmat yang terdengar berat.

Pria itu memejamkan kedua matanya penuh kenikmatan, saat Kana yang mencapai orgasme mengencangkan otot vaginanya.

"Dasar munafik, nikmatilah ini belum berakhir. " Ucap pria itu saat mencabut penisnya dan mengubah posisi Kana.

Kini Kana dibuat telungkup, pria itu lalu mengangkat sedikit pinggul gadis itu dan melesakkan kembali penisnya dengan semangat. Kana masih terus memohon meski dengan suara serak yang nyaris hilang, dalam keadaan putus asa itu terlintas sosok kakak kembarnya.

'Kakak. Tolong aku.'

Hari panjang yang dingin bagi Kana, saat ia harus merelakan mahkotanya hancur di tangan ayah kandungnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    21. Awal yang Baru

    Setelah beberapa saat, Kanaya berhenti menangis dan memisahkan dirinya dari Theo. Ia memandang Theo dengan mata yang masih basah. "Kakak... kenapa kamu datang?" tanya Kanaya dengan suara yang lembut. Theo merasa sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Kakak ingin melihatmu, Kanaya," jawab Theo. "Kakak ingin membantumu pulih." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh keraguan. "Apakah kakak bisa membantuku?" tanya Kanaya. Theo mengangguk dengan percaya diri. "Kakak bisa, Kanaya," jawab Theo. "Kakak akan membantumu pulih dan melupakan masa lalumu." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh harapan. "Terima kasih, kakak," gumam Kanaya. Theo tersenyum dan memeluk Kanaya lagi. "Kakak akan selalu ada untukmu, Kanaya," jawab Theo. Saat itu, Suga memasuki kamar dan memandang Theo dan Kanaya dengan senyum. "Bagaimana kabar, Kanaya?" tanya Suga. Kanaya memandang Suga dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Suga-san," jawab Kanay

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    20. Dibalik Jeruji Besi

    Saat Suga dan rekan Detektif lainnya selalu di sibukkan oleh berbagai kasus,waktu terus berlalu dengan cepat. Delapan tahun telah berlalu sejak Theo dipenjara. Ia telah mengalami banyak hal di balik jeruji besi, dari pertarungan dengan narapidana lain hingga pertobatan dan perubahan diri. Theo telah menjadi orang yang berbeda dari yang dulu. Ia telah memikirkan kesalahannya dan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia telah mengikuti program rehabilitasi dan telah belajar banyak hal baru. Tapi meskipun ia telah berubah, Theo masih merasa bahwa ia memiliki hutang budi kepada Suga. Ia masih ingat janji yang Suga buat kepadanya, dan ia berharap bahwa Suga masih menungguinya. Suatu hari, Theo dipanggil oleh petugas penjara untuk menerima tamu. Ia tidak tahu siapa tamu itu, tapi ia berharap bahwa itu adalah Suga... Apakah tamu itu benar-benar Suga? Apakah Theo akan dapat memenuhi janjinya kepada Suga? Semua itu masih menjadi misteri... Theo berjalan menuju ruang tamu, hatinya ber

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    19. Keraguan dan Keyakinan

    Suga langsung merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kasus ini. Pembunuh berantai satu dekade lalu tidak meninggalkan pesan seperti itu. "Apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu?" tanya Suga kepada Detektif Jonie. Detektif Jonie menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Detektif Jonie. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Suga mengangguk setuju. "Saya akan memeriksa profil psikologis pembunuh berantai satu dekade lalu dan membandingkannya dengan profil psikologis pembunuh ini," kata Suga. Setelah beberapa saat, Suga menemukan sesuatu yang mencolok. "Pembunuh berantai satu dekade lalu memiliki motif yang jelas, yaitu untuk mencapai keseimbangan," kata Suga. "Tapi pembunuh ini memiliki motif yang tidak jelas. Ia meninggalkan pesan yang berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu." Detektif Jonie mengangguk dengan serius. "Saya pikir kita harus mencari tahu apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh beranta

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    18. Pola Pembunuh

    Setelah 2 hari lalu mendapat pecuil petunjuk aneh dari orang misterius dalam telpon, dan juga teror yang mendadak di alami oleh Detektif Jonie. Kini pria itu kembali bekerja bersama rekan timnya lain. Saat ini Detektif Jonie terus memeriksa data para korban, mencari pola atau kesamaan yang dapat membantu mengungkap identitas pembunuh. Suga, yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba berbicara. "Detektif, saya pikir saya tahu apa yang sedang terjadi," kata Suga. Detektif Jonie menoleh ke Suga dengan rasa penasaran. "Apa yang Anda maksud?" tanya Detektif Jonie. Suga mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Saya pikir pembunuh ini sedang mencoba mengirimkan pesan," kata Suga. "Pesan yang terkait dengan anggota tubuh yang hilang." Detektif Jonie merasa bahwa Suga mungkin benar. "Apa yang Anda pikir pesan itu?" tanya Detektif Jonie. Suga menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Suga. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Detektif Jonie mengangguk setuju. "Baik, kit

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    17. Bisnis Gelap

    Detektif Jonie dan polisi itu mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Mereka berdua mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Tiba-tiba, seorang bayangan muncul di tangga. Bayangan itu terlihat seperti seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun hitam. "Siapa Anda?" tanya Detektif Jonie, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut. Bayangan itu tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju Detektif Jonie dan polisi itu. Detektif Jonie dapat merasakan adrenalin yang meningkat dalam tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya... Tiba-tiba, bayangan itu berhenti di depan Detektif Jonie. Ia menatap Detektif Jonie dengan mata yang kosong. "Selamat datang, Detektif Jonie," kata bayangan itu dengan suara yang pelan. "Saya telah menunggu Anda." Pertemuan misterius dengan seorang pria aneh, pada awalnya Detektif Jonie merasa skeptis. Akan tetapi, saat ia mulai membuka suara. Entah itu sebuah fakta atau bukan, itu cukup membuat Detektif itu tercen

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    16. Apartemen Kosong dan Rumah Kaca

    Detektif Jonie memandang pria itu dengan curiga. Ia tidak tahu apa motif pria itu untuk membantu. "Apa yang Anda maksud dengan 'Luna sedang dalam bahaya'?" tanya Detektif Jonie. Pria itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Luna telah menerima ancaman dari seseorang yang tidak dikenal," kata pria itu. "Dan saya pikir ancaman itu terkait dengan kasus orang hilang yang sedang Anda selidiki." Detektif Jonie langsung meminta pria itu untuk memberikan lebih banyak informasi tentang ancaman itu. Saat pria itu sedang menjelaskan, polisi yang sedang mencari alamat rumah Luna datang menghampiri Detektif Jonie. "Detektif, kami telah menemukan alamat rumah Luna," kata polisi itu. "Apa itu?" tanya Detektif Jonie. "Alamat rumah Luna adalah di sebuah apartemen di kota," jawab polisi itu. "Tapi, ada sesuatu yang aneh. Apartemen itu telah dikosongkan." Detektif Jonie langsung meminta polisi untuk menyelidiki apartemen itu lebih lanjut. Detektif Jonie dan polisi yang men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status