Share

Bab 3 Kasus Pertama Suga

Penulis: BabyKucing
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 14:44:47

Rasanya, waktu berjalan begitu cepat. Setelah menjalani sederet tes dan ujian, Suga resmi menjadi salah satu detektif muda di kepolisian. Ia baru mengikuti acara pelantikannya kemarin, dan sekarang sudah dihadapi oleh sebuah kasus.

Suga menatap layar proyektor raksasa itu dengan pandangan malas, sesekali mulutnya menguap lebar. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja, ia mendapat sambutan dari sebuah kasus besar yang sepertinya akan menjadi kasus yang rumit.

Pembunuhan yang dilakukan oleh remaja laki-laki pada ayah kandungnya sendiri, ternyata memiliki latar belakang yang cukup rumit. Ayahnya yang seorang pecandu, diduga menjadi tangan kanan dari salah satu gengster dari kelompok yang menjadi buronan.

Setelah mendapat informasi jika korban tewas itu memiliki hubungan dengan dunia kriminal abu-abu, para detektif dikerahkan untuk mengusut hal itu. Sedangkan remaja yang menjadi pelakunya ditangani oleh pihak kepolisian setempat sesuai hukum yang berlaku.

Dan, kini di ruangan yang remang-remang itu, Suga menjadi salah satu detektif yang akan ikut berperan dalam mengusut kasus itu.

"Telah terjadi kasus pembunuhan di kawasan perumahan distrik SS kemarin malam. Pelakunya seorang remaja 17 tahun dan korbannya seorang pria paruh baya yang di duga adalah ayahnya. Dari informasi yang sudah di dapatkan, semua bermula dari ayahnya yang memperkosa anak perempuannya yang bernama Kana. "

"Wah. Ini benar-benar kasus yang menyebalkan," celetuk seorang pria yang duduk di meja paling ujung.

Detektif Jonie yang menjadi pemimpin dalam rapat itu memandang pria itu dengan tatapan tajam. "Namun, setelah di selidiki lebih dalam. Ada sesuatu yang janggal dari korban. Ia terlibat dengan sebuah kelompok kriminal dan melakukan berbagai tindak ilegal." Ucap Detektif Jonie melanjutkan.

"Firasatku mengatakan kasus ini bukan sekadar kasus kriminal remaja biasa. Poin pentingnya ada dibelakangnya korban ini."

"Lalu ketua, tindakan apa yang akan diberikan pada anak itu. Meski usianya belum legal tapi 17 tahun sudah wajib mendapatkan sanksi hukum."

"Anak itu akan di serahkan pada divisi sebelah, sedangkan kita akan fokus mengusut hal di belakang korban," ucap Detektif Jonie.

"Lalu. Aku ingin mengucapkan selamat datang untuk rekan baru kita di divisi ini, saudara Suga. "

Suga berdiri dan membungkukkan tubuhnya, tersenyum menyapa orang-orang yang akan menjadi rekannya untuk hari-hari yang akan datang.

"Lalu, kita kembali ke topik utama kita. Rapat kali ini selesai. Semua orang pergi laksanakan tugas masing-masing," ucap Detektif Jonie dan satu persatu para detektif di sana mulai berangsur keluar.

...

Suga menatap seorang remaja perempuan yang duduk menyandar dengan pandangan kosong, agaknya gadis itu tak menyadari kedatangannya.

Suga mendapat tugas untuk melakukan penyelidikan pada korban pemerkosaan yang dilakukan oleh korban. Namun, meski Suga telah melihat data identitas dan kondisi terkini dari detektif yang lain. Ia tetap merasa terkejut dan miris dengan banyaknya luka pada wajah dan tubuh korban.

"Halo. Saya Suga. Detektif yang akan melakukan wawancara denganmu," ucap Suga dan mengambil tempat duduk di samping Kana.

Namun, tak ada tanggapan yang berarti. Gadis itu masih setia memandang keluar jendela ruang rawat inapnya di rumah sakit itu, seolah kehadiran Suga tak pernah ada di sana.

Suga menatap wajah Kana dengan lekat, kemudian berkata. "Kamu tau? Aku juga punya seorang kakak. Tapi, sayangnya kakakku sudah tiada."

Suga beranjak dari duduknya dan kembali mengantongi note kecilnya ke dalam saku jaketnya. Ia hendak membuka pintu dan pergi sebelum sebuah suara serak menahannya.

"Di mana kakakku ?"

Suga tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang sudah di tunggu-tunggunya dari gadis itu.

"Saat kita sedang berbincang di sini sekarang, kakakmu sedang ditahan di balik jeruji besi. Apa kamu masih mau membungkam mulut dan membiarkan kakakmu membusuk di sana?" tanya Suga.

Kana menunduk dengan kedua tangan terkepal erat di atas pangkuannya. Suga kembali duduk di kursi samping ranjang pasien dan membuka kembali note kecilnya.

"Keputusan ada ditangan mu. Apapun yang kamu katakan mungkin bisa sedikit meringankan beban kakakmu, jika argumenmu berpihak padanya. Begitupun sebaliknya, meski ayahmu yang menjadi pelaku pelecehan telah tewas. Namun, kakakmu menjadi pelaku pembunuhan."

Suga tidak tau alasan kenapa Kana menolak wawancara dengan penyidik. Namun, itu bukan urusannya. Ia hanya ingin melakukan tugasnya dengan benar.

"Jadi mari, lihat apa yang bisa kamu ceritakan pada ku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    21. Awal yang Baru

    Setelah beberapa saat, Kanaya berhenti menangis dan memisahkan dirinya dari Theo. Ia memandang Theo dengan mata yang masih basah. "Kakak... kenapa kamu datang?" tanya Kanaya dengan suara yang lembut. Theo merasa sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Kakak ingin melihatmu, Kanaya," jawab Theo. "Kakak ingin membantumu pulih." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh keraguan. "Apakah kakak bisa membantuku?" tanya Kanaya. Theo mengangguk dengan percaya diri. "Kakak bisa, Kanaya," jawab Theo. "Kakak akan membantumu pulih dan melupakan masa lalumu." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh harapan. "Terima kasih, kakak," gumam Kanaya. Theo tersenyum dan memeluk Kanaya lagi. "Kakak akan selalu ada untukmu, Kanaya," jawab Theo. Saat itu, Suga memasuki kamar dan memandang Theo dan Kanaya dengan senyum. "Bagaimana kabar, Kanaya?" tanya Suga. Kanaya memandang Suga dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Suga-san," jawab Kanay

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    20. Dibalik Jeruji Besi

    Saat Suga dan rekan Detektif lainnya selalu di sibukkan oleh berbagai kasus,waktu terus berlalu dengan cepat. Delapan tahun telah berlalu sejak Theo dipenjara. Ia telah mengalami banyak hal di balik jeruji besi, dari pertarungan dengan narapidana lain hingga pertobatan dan perubahan diri. Theo telah menjadi orang yang berbeda dari yang dulu. Ia telah memikirkan kesalahannya dan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia telah mengikuti program rehabilitasi dan telah belajar banyak hal baru. Tapi meskipun ia telah berubah, Theo masih merasa bahwa ia memiliki hutang budi kepada Suga. Ia masih ingat janji yang Suga buat kepadanya, dan ia berharap bahwa Suga masih menungguinya. Suatu hari, Theo dipanggil oleh petugas penjara untuk menerima tamu. Ia tidak tahu siapa tamu itu, tapi ia berharap bahwa itu adalah Suga... Apakah tamu itu benar-benar Suga? Apakah Theo akan dapat memenuhi janjinya kepada Suga? Semua itu masih menjadi misteri... Theo berjalan menuju ruang tamu, hatinya ber

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    19. Keraguan dan Keyakinan

    Suga langsung merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kasus ini. Pembunuh berantai satu dekade lalu tidak meninggalkan pesan seperti itu. "Apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu?" tanya Suga kepada Detektif Jonie. Detektif Jonie menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Detektif Jonie. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Suga mengangguk setuju. "Saya akan memeriksa profil psikologis pembunuh berantai satu dekade lalu dan membandingkannya dengan profil psikologis pembunuh ini," kata Suga. Setelah beberapa saat, Suga menemukan sesuatu yang mencolok. "Pembunuh berantai satu dekade lalu memiliki motif yang jelas, yaitu untuk mencapai keseimbangan," kata Suga. "Tapi pembunuh ini memiliki motif yang tidak jelas. Ia meninggalkan pesan yang berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu." Detektif Jonie mengangguk dengan serius. "Saya pikir kita harus mencari tahu apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh beranta

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    18. Pola Pembunuh

    Setelah 2 hari lalu mendapat pecuil petunjuk aneh dari orang misterius dalam telpon, dan juga teror yang mendadak di alami oleh Detektif Jonie. Kini pria itu kembali bekerja bersama rekan timnya lain. Saat ini Detektif Jonie terus memeriksa data para korban, mencari pola atau kesamaan yang dapat membantu mengungkap identitas pembunuh. Suga, yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba berbicara. "Detektif, saya pikir saya tahu apa yang sedang terjadi," kata Suga. Detektif Jonie menoleh ke Suga dengan rasa penasaran. "Apa yang Anda maksud?" tanya Detektif Jonie. Suga mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Saya pikir pembunuh ini sedang mencoba mengirimkan pesan," kata Suga. "Pesan yang terkait dengan anggota tubuh yang hilang." Detektif Jonie merasa bahwa Suga mungkin benar. "Apa yang Anda pikir pesan itu?" tanya Detektif Jonie. Suga menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Suga. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Detektif Jonie mengangguk setuju. "Baik, kit

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    17. Bisnis Gelap

    Detektif Jonie dan polisi itu mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Mereka berdua mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Tiba-tiba, seorang bayangan muncul di tangga. Bayangan itu terlihat seperti seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun hitam. "Siapa Anda?" tanya Detektif Jonie, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut. Bayangan itu tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju Detektif Jonie dan polisi itu. Detektif Jonie dapat merasakan adrenalin yang meningkat dalam tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya... Tiba-tiba, bayangan itu berhenti di depan Detektif Jonie. Ia menatap Detektif Jonie dengan mata yang kosong. "Selamat datang, Detektif Jonie," kata bayangan itu dengan suara yang pelan. "Saya telah menunggu Anda." Pertemuan misterius dengan seorang pria aneh, pada awalnya Detektif Jonie merasa skeptis. Akan tetapi, saat ia mulai membuka suara. Entah itu sebuah fakta atau bukan, itu cukup membuat Detektif itu tercen

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    16. Apartemen Kosong dan Rumah Kaca

    Detektif Jonie memandang pria itu dengan curiga. Ia tidak tahu apa motif pria itu untuk membantu. "Apa yang Anda maksud dengan 'Luna sedang dalam bahaya'?" tanya Detektif Jonie. Pria itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Luna telah menerima ancaman dari seseorang yang tidak dikenal," kata pria itu. "Dan saya pikir ancaman itu terkait dengan kasus orang hilang yang sedang Anda selidiki." Detektif Jonie langsung meminta pria itu untuk memberikan lebih banyak informasi tentang ancaman itu. Saat pria itu sedang menjelaskan, polisi yang sedang mencari alamat rumah Luna datang menghampiri Detektif Jonie. "Detektif, kami telah menemukan alamat rumah Luna," kata polisi itu. "Apa itu?" tanya Detektif Jonie. "Alamat rumah Luna adalah di sebuah apartemen di kota," jawab polisi itu. "Tapi, ada sesuatu yang aneh. Apartemen itu telah dikosongkan." Detektif Jonie langsung meminta polisi untuk menyelidiki apartemen itu lebih lanjut. Detektif Jonie dan polisi yang men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status