Share

Bab 3 Kasus Pertama Suga

Rasanya, waktu berjalan begitu cepat. Setelah menjalani sederet tes dan ujian, Suga resmi menjadi salah satu detektif muda di kepolisian. Ia baru mengikuti acara pelantikannya kemarin, dan sekarang sudah dihadapi oleh sebuah kasus.

Suga menatap layar proyektor raksasa itu dengan pandangan malas, sesekali mulutnya menguap lebar. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja, ia mendapat sambutan dari sebuah kasus besar yang sepertinya akan menjadi kasus yang rumit.

Pembunuhan yang dilakukan oleh remaja laki-laki pada ayah kandungnya sendiri, ternyata memiliki latar belakang yang cukup rumit. Ayahnya yang seorang pecandu, diduga menjadi tangan kanan dari salah satu gengster dari kelompok yang menjadi buronan.

Setelah mendapat informasi jika korban tewas itu memiliki hubungan dengan dunia kriminal abu-abu, para detektif dikerahkan untuk mengusut hal itu. Sedangkan remaja yang menjadi pelakunya ditangani oleh pihak kepolisian setempat sesuai hukum yang berlaku.

Dan, kini di ruangan yang remang-remang itu, Suga menjadi salah satu detektif yang akan ikut berperan dalam mengusut kasus itu.

"Telah terjadi kasus pembunuhan di kawasan perumahan distrik SS kemarin malam. Pelakunya seorang remaja 17 tahun dan korbannya seorang pria paruh baya yang di duga adalah ayahnya. Dari informasi yang sudah di dapatkan, semua bermula dari ayahnya yang memperkosa anak perempuannya yang bernama Kana. "

"Wah. Ini benar-benar kasus yang menyebalkan," celetuk seorang pria yang duduk di meja paling ujung.

Detektif Jonie yang menjadi pemimpin dalam rapat itu memandang pria itu dengan tatapan tajam. "Namun, setelah di selidiki lebih dalam. Ada sesuatu yang janggal dari korban. Ia terlibat dengan sebuah kelompok kriminal dan melakukan berbagai tindak ilegal." Ucap Detektif Jonie melanjutkan.

"Firasatku mengatakan kasus ini bukan sekadar kasus kriminal remaja biasa. Poin pentingnya ada dibelakangnya korban ini."

"Lalu ketua, tindakan apa yang akan diberikan pada anak itu. Meski usianya belum legal tapi 17 tahun sudah wajib mendapatkan sanksi hukum."

"Anak itu akan di serahkan pada divisi sebelah, sedangkan kita akan fokus mengusut hal di belakang korban," ucap Detektif Jonie.

"Lalu. Aku ingin mengucapkan selamat datang untuk rekan baru kita di divisi ini, saudara Suga. "

Suga berdiri dan membungkukkan tubuhnya, tersenyum menyapa orang-orang yang akan menjadi rekannya untuk hari-hari yang akan datang.

"Lalu, kita kembali ke topik utama kita. Rapat kali ini selesai. Semua orang pergi laksanakan tugas masing-masing," ucap Detektif Jonie dan satu persatu para detektif di sana mulai berangsur keluar.

...

Suga menatap seorang remaja perempuan yang duduk menyandar dengan pandangan kosong, agaknya gadis itu tak menyadari kedatangannya.

Suga mendapat tugas untuk melakukan penyelidikan pada korban pemerkosaan yang dilakukan oleh korban. Namun, meski Suga telah melihat data identitas dan kondisi terkini dari detektif yang lain. Ia tetap merasa terkejut dan miris dengan banyaknya luka pada wajah dan tubuh korban.

"Halo. Saya Suga. Detektif yang akan melakukan wawancara denganmu," ucap Suga dan mengambil tempat duduk di samping Kana.

Namun, tak ada tanggapan yang berarti. Gadis itu masih setia memandang keluar jendela ruang rawat inapnya di rumah sakit itu, seolah kehadiran Suga tak pernah ada di sana.

Suga menatap wajah Kana dengan lekat, kemudian berkata. "Kamu tau? Aku juga punya seorang kakak. Tapi, sayangnya kakakku sudah tiada."

Suga beranjak dari duduknya dan kembali mengantongi note kecilnya ke dalam saku jaketnya. Ia hendak membuka pintu dan pergi sebelum sebuah suara serak menahannya.

"Di mana kakakku ?"

Suga tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang sudah di tunggu-tunggunya dari gadis itu.

"Saat kita sedang berbincang di sini sekarang, kakakmu sedang ditahan di balik jeruji besi. Apa kamu masih mau membungkam mulut dan membiarkan kakakmu membusuk di sana?" tanya Suga.

Kana menunduk dengan kedua tangan terkepal erat di atas pangkuannya. Suga kembali duduk di kursi samping ranjang pasien dan membuka kembali note kecilnya.

"Keputusan ada ditangan mu. Apapun yang kamu katakan mungkin bisa sedikit meringankan beban kakakmu, jika argumenmu berpihak padanya. Begitupun sebaliknya, meski ayahmu yang menjadi pelaku pelecehan telah tewas. Namun, kakakmu menjadi pelaku pembunuhan."

Suga tidak tau alasan kenapa Kana menolak wawancara dengan penyidik. Namun, itu bukan urusannya. Ia hanya ingin melakukan tugasnya dengan benar.

"Jadi mari, lihat apa yang bisa kamu ceritakan pada ku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status