Share

Ogan Prajurit Sriwijaya
Ogan Prajurit Sriwijaya
Author: Jagat Aripin

Penemuan Patung

Seorang arkeolog cantik bernama Mauli Bhusana, hidup di Kota Miranda, ia tinggal di rumah susun. Hari itu telah menunjukkan pukul 8.00 pagi namun, wanita itu belum bangkit dari ranjang. Begitu Mauli tersadar bahwa ia telah terlambat, wanita itu akhirnya langsung bergerak cepat.

Wanita itu berjalan terburu-buru menuju lokasi penemuan benda bersejarah zaman kerajaan Sriwijaya karena datang satu jam lebih lambat dari timnya. Ketika ia sampai, teman-temannya telah sibuk membersihkan sebuah patung manusia yang sedang memegang tongkat pendek sambil duduk bersila.

Timnya memperkirakan benda itu berumur 1.100 tahun. Namun,, para peneliti benda bersejarah itu tidak menyadari bahwa benda tersebut merupakan benda hidup yang sedang bermeditasi.

Setelah sampai, Mauli langsung mengambil perlengkapannya untuk membersihkan benda yang telah mereka temukan sedalam 5 meter dari dalam tanah. Mauli dan timnya telah bekerja selama delapan bulan di situs tersebut, dan patung ini merupakan penemuan paling menakjubkan bagi mereka. 

Patung ini berbentuk seperti manusia yang sedang bermeditasi dengan kedua tangan memegang tongkat pendek sepanjang 50 cm. Patung itu terlihat berambut panjang, terdapat bandana melingkar di kepala serta terdapat simbol mirip kelopak bunga di bandana tersebut.

"Aku pikir benda itu patung Budha," kata Beni salah satu rekan Mauli.

"Patung ini cukup unik, apalagi tongkat yang ia genggam," balas Mauli selagi tangannya terus bekerja.

Patung ini tampak berbeda dengan peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya yang mereka temukan. Sejauh ini mereka telah mengoleksi barang-barang antik seperti, keris, tembikar, manik-manik dan perkakas yang lainnya.

 Bentuk dari patung tersebut sangat jelas dengan ukiran yang amat detail. Patung itu tidak tampak seperti patung buatan pada zaman modern yang terlihat hidup dan halus. Justru jika dilihat dari jauh benda itu terlihat sosok manusia berlumuran tanah.

Saking kagumnya, Mauli sampai mengambil beberapa gambar benda tersebut dengan ponsel yang ia miliki.

Saking asyiknya, Mauli tidak menyadari bahwa hari sudah mulai gelap, sementara kantornya mulai sepi layaknya tidak berpenghuni. Hanya Mauli seorang yang masih asyik mengambil gambar dan memperhatikan patung tersebut.

"Tidak pulang?" tanya Beni telah berkemas.

"Oh.. tentu saja, duluan saja," jawab Mauli selagi melepas sarung tangan.

Beni berlalu, meninggalkan Mauli yang tengah berkemas. Namun, hatinya berat sekali meninggalkan benda itu. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam benak wanita kelahiran Miranda itu.

Mauli akhirnya pulang, menoleh ke arah patung tersebut untuk terakhir kalinya. Wanita itu tidak sabar untuk kembali melihat patung tersebut esok hari. Di rumahnya, Mauli pun tidak bisa nyenyak tidur karena benda tersebut. Seperti ada ikatan tertentu dengan benda yang baru mereka temukan tersebut.

Tepat jam enam pagi esoknya, Mauli sudah berada di lokasi, beraktivitas lengkap dengan sarung tangan. Imbasnya, semua orang jadi memperhatikan wanita itu karena tidak biasanya Mauli datang sepagi ini.

"Tumben," sapa Beni seraya menghampiri Mauli.

"Mungkin sedang tanggal muda," kata ketua tim mereka, Profesor Garung.

"Entah kenapa, aku penasaran sekali dengan benda ini," bela Mauli.

Saking tidak bisa jauh dari benda itu, Sambil makan pun ia duduk tepat di depan patung itu itu. Sudah dua hari belakangan ini Mauli juga menjadi pusat perhatian Beni yang menganggap perilaku temannya itu jadi aneh sejak mereka  bisa melihat wajah patung itu dengan jelas.

Hari itu, Mauli lagi-lagi adalah orang terakhir. Kekaguman Mauli membuatnya dengan sengaja ia menyentuh benda itu tanpa sarung tangan. Begitu tangan kanannya menyentuh kening patung itu, garis retak mulai bermunculan di bagian yang Mauli sentuh. 

Lama kelamaan, retakan tersebut menjalar, menakutkan Mauli. Tiba-tiba saja, patung itu pecah. Di patung itu, sesosok manusia duduk dibungkus oleh bebatuan layaknya fosil.

Mauli mundur perlahan, perasaannya tidak enak. Layaknya cangkang telur, perlahan-lahan, kulit fosil yang membungkus sosok itu runtuh, menyingkapkan seorang pria dengan perlengkapan prajurit kerajaan. Pria menggunakan baju coklat muda garis hitam dengan celana coklat tua. 

Pria itu terbangun kemudian memperhatikan sekujur tubuhnya, seperti merasa ada hal aneh yang terjadi pada dirinya.

"Di mana aku?" tanya pria itu,bingung.

"Miranda," jawab Mauli singkat, ketakutan.

"Tempat apa ini? Kenapa pakaianmu berbeda?" tanya pria itu selagi ia berdiri memegang  tongkatnya.

"Kau yang berbeda," ungkap Mauli yang saking takutnya mulai menggigil selagi bergerak mundur, menjauh.

Ucapan Mauli membuat prajurit itu semakin bingung. Saking lamanya ia bertapa, prajurit itu tidak mengenali dunianya yang baru, dunianya yang sudah berubah.Pria itu terdiam sejenak, berpikir kemudian ia melontarkan pertanyaan kembali pada wanita cantik berambut panjang bergelombang itu.

"Tahun berapa ini?" tanya pria itu sambil mendekati Mauli yang sudah keringat dingin.

"2022," jawab Mauli.

"Mustahil," sahut pria itu.

Selagi pria itu memproses jawaban Mauli, wanita itu menenangkan dirinya. Kemudian, ia memberanikan diri untuk bertanya, “Memang kau kira ini tahun berapa?” 

“Aku pikir 856,” jawab pria itu singkat.

Mauli penasaran, kemudian ia melontarkan pertanyaan lagi, “Siapa kau?”

"Aku adalah prajurit Sriwijaya. Sepertinya aku telah bertapa selama seribu tahun lebih dan sekarang aku berada di dunia yang berbeda.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status