"Hehe ... maaf Mas, aku kaget sih, baru inget ada tugas dari kampus. Mas harus bantuin ya, sekarang!" seru Amel. Raffa mengembuskan napas pelan, lelaki itu bangkit dan menatap istrinya. "Ya udah, sekarang kita mandi aja dulu. Baru ngerjain tugasmu," tutur Raffa.Wanita itu langsung mengangguk semangat saat sang suami mengiyakan akan membantu. Mereka melangkah menuju bilik mandi dengan selimut untuk menutupi tubuh keduanya."Ambilin handuk punyaku dong, Mas," pinta Amel.Raffa menggeleng, lelaki itu memilih melangkah lagi. Melihat respon begitu, Amel langsung menggembungkan pipinya. "Mas ini, padahal lumayan deket lho dari kamu berdiri," gerundel Amel.Lelaki itu menghela napas, kini keduanya sudah berada di bilik mandi. Raffa mengunci pintu, lalu melepaskan selimut yang menutupi tubuh. "Gak perlu ambil handuk, disini kan ada handuk baru ya ... pake yang baru aja," sahut Raffa santai.Amel hanya mendengkus, mereka akhirnya mulai membersihkan diri. Yang pasti, Raffa selalu saja ber
"Lumayan sakit, Mas. Abisnya kamu berat, lagian akukan lagi kesakitan kamu masih aja ngomelin aku," balas Amel.Raffa menghela napas, lelaki itu melangkah mengambil air di nakas dan memberikan pada sang istri. "Minum ini."Amel langsung menerima gelas yang berisi air itu lalu meneguk sedikit. "Apa yang mau kamu omongin," lontar Raffa.Wanita itu menghela napas lalu memilih menaruh gelas terlebih dahulu. Lalu menarik lengan sang suami agar duduk di sampingnya. "Besok kita bakal pulang bukan? Berarti nanti si Diana bakal ke apartemen kita dong jadi pembantu, aku gak sabar jailin dia," celetuk wanita itu.Raffa menggeleng sebagai jawaban, membuat Amel mengeryitkan alis."Gak, Sayang. Mas suruh dia jangan ke apartemen kita dulu, Mas suruh dateng lusa," jawab Raffa.Amel memikirkan kepala mendengar jawaban sang suami. Wanita itu bersidekap lalu menatap dengan tatapan menyelidiki. "Kenapa harus lusa," celetuk Amel.Raffa tidak menjawab, lelaki itu malah mengusap kepala sang istri. "Uda
Amel hanya menganggukan kepala mendengar penjelasan sang suami. "Kalau gitu aku bantuin kamu, kamu tidur aja di dalam mobil biar aku yang beresin ini," celetuk Amel.Raffa langsung memiringkan kepala memandang istrinya lalu menggeleng sebagai larangan. "Gak perlu, mendingan kamu balik ke kamar lanjut tidur!" seru Raffa. Lelaki itu hendak melakukan pekerjaan lagi, tetapi lengannya langsung ditarik sang istri. "Ishh ... kamu ini, Mas! Udah aku bilang biar aku bantuin, kamu yang tidur di dalam mobil kalau e6auunggak ngeliatin aku juga gak papa. Lihat, mata panda kamu keliatan banget lho, kebanyakan bergadang sih," sembur Amel. Raffa menghela napas melihat istrinya yang terus mengeluarkan celotehan. Dengan gerakan cepat, pria tersebut langsung membungkam bibir wanita itu."Oke-oke, aku bakal tidur di dalam mobil. Kalau udah selesai bilang ya, makasih istriku," lontar Raffa.Setelah mengatakan demikian, Raffa langsung memegang pipi Amel lalu mendaratkan kecupan di bibir. Senyuman yang
Mata Amel membulat saat mendengar ucapan lanjutan sang suami. "Ha!" Raffa ingin sekali tertawa melihat riak wajah sang istri. "Masa masih gak paham sih, kamu ini," kata Raffa.Amel yang sudah mencerna apa ucapan sang suami. Ia langsung melayangkan cubitan di pinggang lelaki itu. "Akhh ... Sayang sakit tau," sembur Raffa.Raffa akhirnya melepaskan cekalannya dari tangan Amel. Sedangkan wanita itu tersenyum sinis."Makanya jadi orang jangan kepedean deh, aku kan buka mau ngelus kamu tapi mau ambil handphone buat videoin kamu yang lagi ngorok gitu," celetuk Amel. Amel langsung membekam mulut saat mengingat ia bilang yang akan tadi dilakukan. Sedangkan Raffa menyeringai lalu tangan lelaki itu menyentil kening sang istri."Hayo ... ketahuan, kamu mau jahilin aku ya!" seru Raffa.Amel langsung menggaruk kepalanya lalu terkekeh. Wanita itu berlari dan Raffa langsung mengejarnya. Saat sampai di ruang tengah, Amel tertangkap dan disudutkan ke dinding. "Kalian ini bener-bener ya! Inget te
"Mah, aku matiin dulu. Assalamu'alaikum," seru Amel.Wulan terkekeh saat sang menantu mematikan sambungan telepon dengan terburu-buru. Bahkan dia sama sekali belum membalas salam itu, ia memilih memasukan benda pipihnya ke tas. "Untung tadi kepencet matiin spaker, kalau enggak. Mereka pasti malu dan Shilla pasti menggoda Amel," batin wanita itu. Sedangkan di kamar pasangan itu, Amel segera masuk ke bilik mandi dengan kasar. Ia masih kesal karena lelaki tersebut berteriak menyebut benda keramatnya."Gak usah teriak juga kali, aku malu lho. Mama denger pasti," gerundel Amel. Amel dengan gerakan kasar hendak mengambil celana dalamnya tetapi, Raffa malah mengangkat tangan membuat sang istri tidak bisa menggapai. "Mas, jangan rese deh! Cepet siniin," omel perempuan tersebut. Wanita itu melompat, ia hendak terpeleset. Dengan gerakan cepat, Raffa segera menahan agar sang istri tidak terjatuh. "Kalau di kamar mandi, jangan melompat!" seru Raffa. Amel yang tadinya terpaku memandang para
Diana kini tengah bersiap-siap, perempuan itu akan ikut membantu merapikan barang yang akan dibawa Amel ke kediaman yang baru saja selesai. Gadis tersebut setelah pulang kuliah kemarin, dia bergegas merapikan apa saja dibawa ke rumah sepasang suami istri. Karena ia diam di sana selama sebulan, melayani Amel sesuai hukuman."Huh, cewek sekece gue masa jadi babu," gerutu Diana.Sang Mama yang masuk tanpa mengetuk pintu, membuat Diana menoleh lalu memilih mengecek barang yang hendak dibawa. "Gak perlu bawa pakaian banyak-banyak, kamu di sana cuma sebentar," lontar sang Mama. Wanita itu berkata sambil mendekati sang putri. Ia duduk di ranjang dan menaruh makanan di nakas. "Ayo makan dulu, pasti kamu lapar bukan. Nanti Kakakmu bakal anter kamu, sampe ke rumah baru mereka," seru wanita itu.Diana langsung menoleh memandang sang Mama. Ia beranjak dari tempat menuju ranjang. Tatapan lesu terpancar dari mata perempuan itu. "Mah ... Apa gak bisa nego gitu, jangan aku yang jadi pembantu. Men
Kini keduanya tengah di perjalanan, Raffa mengemudi dengan santai. Sedangkan Amel sedang mengisi perut. Wanita itu sangat lahap, ia sangat menyukai masakan suaminya. "Mas, masakanmu itu enak banget. Kenapa malah jadi pengusaha bukan koki," lontar Amel. Mendengar perkataan sang istri, Raffa langsung melirik lalu fokus ke jalanan lagi. "Udah ada yang jelas di depan mata, lagian aku memang ingin menjadi pembisnis. Masak itu cuma buat aku iseng aja, kebanyakan malas makan masakan luar," balas Raffa.Amel menganggukan kepala saat mendengar jawaban sang suami. Wanita itu menyodorkan sendok yang berisi makanan ke bibir Raffa, lelaki tersebut mengulas senyum."Makasih, Sayang. Kirain kamu lupain aku," kata Raffa.Lelaki itu melahap apa yang disodorkan istrinya, lalu fokus ke jalanan lagi. Sedangkan Amel tidak menyahuti, karena nada dering dari handphone."Ngapain Shilla nelepon," gumam Amel.Raffa yang mendengar itu mengedikan bahunya. Amel hanya memutarkan bola mata malas. Lalu menaruh be
Disaat masuk di kediaman, mereka langsung terpaku pada semua yang tengah sibuk. Banyak yang masih mendekorasi dan menempatkan barang ke tempat pas. "Kalian ini, kenapa malah ngehalangin pintu! Ayo cepet kerja, bentar lagi Tuan Raffa dan istri sampe," omel seseorang. Lelaki itu mengomeli mereka, karena menghalangi pintu. Diana melotot mendengar bentakan tersebut. Ia hendak menyerang lelaki itu tetapi ditahan sang kakak."Jangan buat ulah," tegur lelaki itu pelan.Perempuan itu menghela napas, sedangkan lelaki yang tadi menegur hanya menyeringai. Ia langsung meninggalkan mereka dengan tatapan remeh dan segera melakukan pekerjaan."Aish ... Kakak, kita diremehin lho. Beraninya dia bentak kita," gerundel Diana.Pria tersebut menghela napas, ia memilih menarik adiknya untuk segera melakukan pekerjaan. "He! Udah mau selesai kalian baru aja datang, makan gaji buta aja," cecar seorang wanita.Diana mendengar itu melotot, ia langsung mendorong wanita tersebut membuat dia terjatuh. Mereka ja