Share

89. ALIBI

“Sekarang bukan waktunya untuk itu, kita tidak punya banyak waktu,” kataku tegas dengan suara dalam. Kakiku masih saja bergoyang, tidak bisa diam. Sudah hampir tiga puluh menit aku duduk dengan posisi kaki bersilang menjuntai di bangku halte tak jauh dari sekolah. Entah sudah berapa kali lampu berganti warna sedari tadi. Mobil dan manusia bergantian untuk menyebrang, berlalu-lalang.

“Sampai kapan kita akan duduk di sini?” Arin mulai mengeluh. Mereka masih saja menemaniku hingga ke halte.

“Sampai kita melihat mobil Sekretaris Lin keluar,” balasku lagi. Pandanganku tak teralihkan sedikitpun dari gerbang sekolah berjalan sepuluh meter di seberang jalan.

“Kau mau apa jika mobilnya keluar? Membuntutinya?” Arin mengerang tidak percaya sambil menghempaskan badannya ke bangku. “Kita mau membuntutinya pakai apa? Kita gak ada mobil.”

“Siapa bilang kita akan membuntutinya?” Sudut bibirku terangkat. Baru saja sebuah rencana tercetus di benakku. Kali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status