Share

90. GLORY

Suara langkah kaki berjalan mendekat. Wajah Arin sudah berubah pucat pasi seiring suara langkah kaki yang semakin mendekat. Keringat dinginnya mulai mengalir memenuhi dahi dan pelipis.

“Hei! Apa yang harus kita lakukan sekarang?” bibir Arin bertanya tanpa bersuara. Wajahnya terlihat sangat panik. Namun berbeda denganku yang masih memasang wajah datar. Toh ini bukan kali pertama aku melakukan hal-hal seperti ini. Tapi bukan berarti pula aku sering melakukan hal ini.

“Ayo kesini,” bisikku pelan. Tepat saat itu suara langkah kaki di luar sana berhenti. Tak lagi terdengar sehingga membuat langkah kakiku ikut terhenti. Sontak mataku dan Arin bertemu di tengah ruangan gelap, samar-samar dengan pencahayaan sangat kurang. Remang-remang.

“Jia! Hei! Arin!”

Hei, itu suara Mino. Aku langsung bangkit dari posisi sebelumnya yang bersembunyi di bawah salah satu meja guru.

BUK!! Sial. Kepalaku terbentur meja yang membuatku mengaduh kesakitan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status