Vanka berjalan beriringan dengan Lintang menuju kelas. Tadi pagi, Lintang datang ke rumahnya untuk menjemputnya agar bisa berangkat sekolah bersama. Tentu saja Vanka senang karena jarang sekali Lintang mau menjemputnya tanpa diminta. Biasanya, Vanka akan memaksa Lintang dahulu baru cowok itu mau menjemputnya.
"Tang," panggil Vanka.
"Hm."
"Ih, kebiasaan banget sih. Jawabnya iya bukan 'hm'."
"Iya."
"Ini gue udah kerjain tugas Kimia punya lo." Vanka menyodorkan buku tulisnya pada Lintang membuat cowok itu mengerutkan keningnya.
"Kok lo tahu kalau gue ada tugas Kimia?" tanya Lintang. Ia sangat ingat kalau ia sama sekali tidak memberitahu Vanka kalau ia sedang ada tugas. Bahkan, Lintang saja tidak tahu tugasnya di halaman berapa. Karena ia tidak pernah fokus ketika pelajaran berlangsung. Cowok itu selalu sibuk bermain ponsel.
Vanka tersenyum. "Semalam gue tanya Roy, katanya kalian ada tugas. Gue minta kirimin soalnya terus gue kerjain deh," jelas
Lintang menghela napas beberapa kali saat melihat Vanka yang begitu antusiasnya berjalan masuk keluar toko yang ada di mall.Ya, mereka kini sedang berada di sebuah mall. Sesuai permintaan Vanka, Lintang menemaninya pergi ke mall."Tang, gue bingung mau kasih hadiah apa.""Emangnya lo mau kasih hadiah ke cewek apa cowok?""Cowok.""Cowok? Siapa?""Pacar kedua gue," jawab Vanka."Pacar kedua? Lo selingkuh dari gue?" Lintang terlihat terkejut. Apa benar Vanka selingkuh darinya? Bukannya cewek ini sangat tergila-gila padanya? Tidak mungkin seorang Vanka selingkuh dari Lintang yang terkenal tampan ini."Iya. Kenapa? Lo gak suka?""Masih nanya lagi. Ya gue gak suka lah. Ya udah kalau gitu gue pulang aja. Gak sudi gue nemenin lo." Lintang sudah bersiap untuk pergi, tapi Vanka langsung menahannya."Gue cuma bercanda kali, Tang. Serius amat lo," kekeh Vanka.Lintang menatap tajam ke arah Vanka. "Bercanda lo gak lu
Sinar matahari pagi yang mengenai wajah Vanka membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia menatap Erin yang sudah membuka gorden jendela kamarnya."Ih, Mama ngapain buka gordennya? Aku kan masih mau tidur," ujar Vanka."Tidur ya tidur aja. Kan gak ada hubungannya sama gorden," ucap Erin."Mana bisa tidur. Sinar mataharinya aja langsung kena muka aku."Erin menatap Vanka. "Itu artinya mataharinya gak mau kamu bangun siang. Udah sana mandi. Abis itu turun ke bawah sarapan. Revan udah nunggu kamu di bawah."Vanka mengeruymen keningnya. "Revan? Ngapain dia ke sini, Ma?" tanya Vanka."Mama nyuruh dia ke sini biar kamu jogging sama dia.""Ih Mama. Kan Mama tahu kalau aku malas jogging. Kok Mama malah nyuruh Revan ke sini buat ngajak jogging?""Makanya itu, Mama suruh Revan ke sini biar kamu gak malas lagi. Lagian, daripada hari libur kamu tidur sampai siang kan gak ada gunanya. Mendingan juga olahraga biar sehat.""Tapi kan
Vanka berjalan mendekati Lintang yang baru saja sampai di sekolah. Cowok itu datang bersama Lisa.Walaupun Vanka kesal karena Lintang datang ke sekolah bersama Lisa, namun ia mencoba meredam rasa kesalnya itu."Pagi Lintang," sapa Vanka dengan senyum lebarnya."Pagi-pagi udah ganggu aja. Lo gak ada kerjaan lain, ya selain ganggu Lintang?" sahut Lisa membuat Vanka menatap tidak suka padanya."Apaan sih lo? Kok jadi lo yang sewot? Gue kan pacarnya Lintang, jadi bebas dong kalau mau gangguin pacar gue. Lintang aja gak marah lo yang sewot," ucap Vanka kesal."Lis, lo duluan aja ke kelas. Nanti gue nyusul," ujar Lintang.Vanka tersenyum sinis ke arah Lisa. Secara halus, Lintang mengusir cewek itu."Ya udah, tapi janhan lama-lama, ya."Lintang hanya mengangguk.Vanka berdecak melihat kelakuan Lisa yang menurutnya tidak tahu malu. Cewek itu bersikap seolah-olah Lintang adalah pacarnya. Padahal, Vanka lah yang berstatus sebagai pac
Vanka pikir setelah Lintang membentaknya di UKS tadi, cowok itu akan datang ke kelasnya untuk meminta maaf padanya. Tapi ternyata tidak. Apa Lintang tidak merasa bersalah sedikit pun padanya? Mungkin memang salah Vanka karena sudah memaksa Lintang untuk menemaninya ke kantin pada saat cowok itu sedang menemani Lisa di UKS, tapi apa tidak terbesit sedikit pun di benak Lintang untuk menemui Vanka?"Van, gak pulang?" tanya Lia."Ah, iya.""Ya udah ayo pulang.""Gak usah berharap kalau Lintang mau datang ke kelas buat ngajak lo pulang bareng," sahut Sela yang sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Vanka."Apa salahnya berharap? Siapa tahu aja kan dia datang ke sini.""Gak usah berkhayal yang tinggi-tinggi. Lo pikir setelah dia bentak lo tadi, dia masih mau ke sini?" ujar Sela membuat Vanka tersadar kalau memang harapannya itu tidak akan terjadi.Vanka memang sudah memberitahu Sela dan Lia kalau Lintang tadi membentaknya di UKS. Awalnya
Vanka berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat sepi. Maklum saja, sekarang baru pukul enam lewat jadi belum banyak siswa yang datang ke sekolah."Vanka," panggil seseorang.Vanka tahu kalau yang memanggilnya itu adalah Lintang. Tapi, ia tidak berniat untuk menoleh pada cowok itu.Biarlah Lintang terus mengejarnya. Ia ingin melihat seberapa keras perjuangan Lintang untuk mendapatkan maaf darinya."Vanka," panggilnya lagi. Namun, tetap sama. Vanka terus berjalan.Lintang pun mempercepat langkahnya lalu meraih tangan Vanka membuat langkah gadis itu terhenti."Lo dengar kan gue panggil lo?" tanya Lintang."Dengar," jawab Vanka singkat."Terus kenapa lo gak nyahut? Kenapa lo malah jalan terus?""Kenapa lo panggil gue?" Vanka masih memasang wajah juteknya."Gue mau minta maaf karena kemarin udah bentak lo," ucap Lintang."Kalau gue gak mau maafin lo, gimana?" Vanka melipat tangannya di depan dada."Kalau lo ga
Vanka dan Lintang sedang berada di sebuah cafe. Tadi, Lintang datang ke rumahnya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Vanka terkejut saat Lintang datang ke rumahnya dan mengajaknya ke cafe. Vanka sangat tahu bagaimana sifat Lintang padanya. Cowok itu biasanya tidak akan mungkin mau mengajaknya ke cafe tiba-tiba seperti ini. Biasanya, Vanka yang mengajaknya terlebih dahulu, itu pun harus dipaksa baru Lintang mau.Vanka meneguk cappucino miliknya sembari menatap Lintang yang sedang memainkan ponselnya. Merasa diperhatikan, cowok itu pun menatap Vanka."Kenapa liatin gue?" tanya Lintang."Lo ganteng.""Udah tahu.""Gue mau tanya kenapa lo tiba-tiba ajak gue ke cafe? Padahal, biasanya lo gak mau pergi sama gue. Kalau mau pun itu mesti gue yang ajak dulu.""Gue cuma mau ajak lo keluar aja. Biar kelihatannya kita itu pasangan yang serasi," ucap Lintang membuat Vanka mencibir."Lo itu pacaran sama gue cuma buat orang-orang ngomongin kita do
Vanka segera keluar dari rumahnya setelah mendapat pesan dari Lintang kalau cowok itu sudah berada di depan rumahnya."Pagi Lintang," sapa Vanka.Cewek itu masih mengunyah roti tawar yang sedang dipegangnya."Lo mau?" tawar Vanka hendak memberikan roti tersebut pada Lintang. Namun, cowok itu langsung menolaknya."Itu kan bekas lo, ngapain ngasih ke gue?""Dih, bekas gue itu enak tahu.""Itu menurut lo aja."Lintang melempar helm ke arah Lintang membuat Vanka dengan sigap menangkap helm tersebut."Bisa kan kasihnya itu baik-baik. Gak usah dilempar gitu," cibir Vanka.Lintang tidak membalas ucapan Vanka. Cowok itu naik ke motornya.Ia menatap Vanka yang masih diam dengan wajah cemberut."Buruan naik. Mau gue tinggal?"Vanka mendengus. Setelah memakai helmnya, ia naik ke motor Lintang.*****Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Vanka tidak henti-hentinya mengoceh. Tidak peduli
Lintang menatap malas ke arah ponselnya yang sedari tadi terus bergetar. Begitu banyak pesan yang masuk, tapi ia sama sekali tidak berniat untuk membaca pesan-pesan tersebut. Karena pesan-pesan itu dikirim oleh Vanka. Mungkin ada sekitar dua ratus pesan yang dikirim gadis itu, tapi Lintang sama sekali tidak berniat untuk membalas atau membaca pesan dari Vanka."Ini orang ganggu banget," dumelnya.Lintang pun memilih mematikan ponselnya. Lintang berjalan turun ke lantai bawah.Namun, ia dibuat terkejut saat melihat Vanka yang sedang mengobrol dengan mamanya.Lintang mempertajam penglihatannya. Apa ia tidak salah lihat? Apa itu benar-benar Vanka?Lintang pun berjalan mendekati mereka."Nah, ini Lintang nya. Kalau gitu Tante ke belakang dulu, ya," pamit Sarah."Iya Tan."Lintang duduk di hadapan Vanka. Ia menatap Vanka tajam."Liatnya biasa aja dong," ucap Vanka."Lo ngapain ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta