LOGINDijebak oleh teman-temannya karena dianggap gadis 'nerd', Ivy Adinata (19) justru bertemu dengan lelaki paruh baya bernama Lexton Tan (38). Tanpa mengetahui usia Lexton, Ivy jatuh cinta pada pandangan pertama begitu saja. Bagaimana ketika perlahan Ivy mulai tahu siapa Lexton yang sebenarnya? Apakah cinta beda usia itu direstui?
View More“Woi! Si Nerd udah mabok, guys!”
Suara teriakan itu samar terdengar oleh Ivy. Namun, tidak ada yang bisa dilakukannya. Dialah gadis yang mereka sebut ‘nerd’ dan yang sengaja dibuat mabuk oleh mereka.
Entah apalagi yang mereka tambahkan di dalam minuman itu, hingga membuat Ivy tidak bisa bergerak, apalagi untuk memberontak.
‘Sialan!’ batin Ivy semakin merasa lemah. ‘Ternyata gue dijebak! Pantesan acaranya di kamar hotel begini!’
Padahal ia sudah bahagia karena akhirnya mendapat undangan pesta di acara kelulusan SMA. Ia tahu, acara itu memang tidak resmi dari sekolah.
Setelah acara ‘prom night’ yang diadakan 2 hari lalu, para lulusan SMA Arkamaya mengadakan pesta kelulusan yang diselenggarakan di hotel Tanverra Lux—hotel terbesar dan termewah di kota Jayakara, Sundhara. Dibiayai oleh donatur terbesar nomor 2 di sekolah itu.
Namun, Ivy tak sedikit pun curiga bahwa sepupunya akan menjebak dia seperti ini.
Sejak kelas 3 SMP, Ivy sudah menyerah untuk punya teman dekat. Namun, bukan berarti dia senang disisihkan seperti selama ini. Terlebih lagi, dirundung setiap hari.
Mungkin saking senangnya mendapat undangan pesta ini, ia jadi kurang waspada.
“Mana orang bayaran lu?” tukas suara perempuan yang familier di telinga Ivy. “Buruan suruh bawa anak aneh ini keluar dari sini!”
‘Hah? Orang bayaran?!’ jerit Ivy dalam hati, panik. ‘Apa lagi yang mereka rencanain?!’
“Jess—”
Ivy mencoba memanggil nama sepupu sialannya itu. Yang jelas adalah dalang utama jebakan ini. Namun, suaranya terlalu lemah.
Tidak sampai satu tarikan napas, Ivy akhirnya terlelap dalam kondisi mabuk.
“Awas! Jangan sentuh dia!” Peringatan itu ditujukan bagi para lelaki yang sudah bersiap melucuti pakaian Ivy. “Jangan sampai kita jadi kriminal!”
Teman-teman lelaki yang merasa keberatan mengernyitkan dahi mereka. “Lah! Yang lu lakuin ini kriminal kali, Jess?!”
Tapi gadis bernama Jesslyn itu membantah, “Nggak! Kita cuma ngundang dia pesta! Salah dia sendiri minum sampai mabuk! Kita nggak tahu apa-apa!”
Mereka memutar bola mata. Heran dengan keantikan sepupu dari Ivy itu. “Ah elah! Iya dah! Iya!”
Tidak banyak yang berani menolak perintah Jesslyn. Orang tuanya menjadi donatur nomor 3 di SMA Arkamaya dan Jesslyn berhasil mendapatkan hati anak dari donatur nomor 2.
Selebihnya, mereka hanya tidak pernah peduli dengan Ivy ataupun Jesslyn.
Tak lama kemudian, beberapa lelaki bertubuh kekar datang. Mereka adalah orang yang disebut Jesslyn sebagai ‘orang bayaran’.
“Maaf, Bos! Kami agak kesulitan masuk tadi.”
“Kan udah gue kasih tau, bilang aja kalian bodyguard!” Salah seorang lelaki yang tadi juga termasuk orang yang berniat lancang pada Ivy bicara dengan mereka.
“Iya, iya, Bos! Jadi yang mana, Bos, yang mau dibawa?”
Lelaki yang dipanggil Bos itu langsung menunjuk ke arah Ivy. “Tuh, di sana! Buruan cabut!”
“Oke, oke! Langsung, Bro!” seru si pemimpin pria bayaran itu.
Mereka pun segera bergerak dan membawa Ivy keluar ruangan.
“Kalian lakukan aja di ruangan sebelah!” perintah Jesslyn pada para pria bayaran itu. “Jangan lupa rekam video!”
Keempat lelaki asing itu mengangguk serempak. “Siap!”
Setelah lepas dari orang yang sudah membayar mereka, para lelaki bertubuh kekar itu segera menuju kamar yang letaknya bersebelahan.
“Gila ya! Anak kuliah jaman sekarang, mainnya bikin mabok temen,” komentar salah satu lelaki yang dibayar untuk menodai Ivy.
Mereka pikir orang yang membayar mereka sudah berkuliah. Tidak tahu saja mereka, kalau anak-anak itu masih ABG. Anak baru gede!
Yang lain menambahkan. “Udah lah! Yang penting kita juga dapet enaknya.”
“Dapet uangnya juga!”
Mereka tertawa-tawa sampai tiba di depan pintu kamar hotel. Segera, mereka masuk dan menidurkan Ivy di ranjang.
Ivy benar-benar tidak bangun. Ada kemungkinan Jesslyn atau siapapun mereka, sudah mencampurkan obat tidur di dalamnya.
Tidak ada CCTV di dalam kamar hotel. Di lorong pun, mereka berusaha berjalan di titik buta kamera perekam aktifitas.
Dengan sigap, mereka membagi tugas. Satu menyiapkan kamera, satu lagi mulai melucuti pakaian Ivy. Yang lain menjadi tokoh dalam video rekaman nanti.
“Euh … apa sih enaknya main sama orang nggak sadar begini?” keluh pria bayaran yang rambutnya sedikit panjang dan dikuncir ke belakang.
Yang lain memperhatikan Ivy yang tidak bergerak, kemudian mengangguk setuju. “Bener juga! Kayak sama mayat nggak sih?! Harusnya mereka masukin obat perangsang sekalian!”
“Oi!” Si pemimpin menegur mereka. “Udah! Buruan!”
Mereka segera kembali ke posisi masing-masing. “Oke! Siap, Bos!”
“Kamera ready!” seru pria yang bertanggung jawab merekam.
Salah satu dari mereka mengingatkan, “Udah kunci pintu belum, Bro?”
“Wah, iya! Hampir lupa gue, Bro!”
“Goblok! Gimana sih?!” tukas si pemimpin. “Buruan! Gue udah tegang begini!”
“Hahaha! Sabar, Bos! Ntar juga masuk bolongan!”
Lelaki bercodet yang memang berdiri dekat dengan pintu segera berbalik untuk mengunci ruangan itu.
Namun, belum sempat kunci diputar, pintu terbuka dengan sangat keras. Seolah memang sengaja menunggu salah satu dari mereka ada di belakang pintu.
Bugh!
“Argh!”
“Aku tidak berniat mencari istri sekarang, Dad!” tolak Lexton, membuang muka. Namun, Jeremy memilih tak peduli dengan penolakan itu. “Kamu belum lihat anak itu, Lex.” Jeremy menepuk pundak putranya. “Dia wanita cantik yang anggun. Cocok jadi istri seorang presiden direktur.”Geram karena tidak didengar, Lexton berbalik hendak menegaskan lagi keputusannya. Namun, ia menangkap kepala Giana menggeleng satu kali. Memberinya kode agar tidak melanjutkan perbantahan itu. Melihat Lexton tak lagi membantah, Jeremy pun lega. “Nanti kita atur waktu untuk pertemuan kalian.”Pertemuan hari itu juga membahas mengenai kinerja perusahaan-perusahaan sister dan anak perusahaan yang dipegang oleh masing-masing anggota keluarga Tan. Makan siang menjadi penutup pertemuan serius tersebut. “Kak Jeremy!” Seseorang tiba-tiba menghampiri meja makan sang kepala keluarga. Dia adalah adik kandung Jeremy, yang terkenal jarang bicara di rapat besar. Frillia Tan. Jeremy tersenyum lebar melihat adik bungsuny
“Terus, gimana sama uang pembelian rumah ini, Om?” tanya Ivy setelah mereka sudah kembali ke dalam. Karena renovasi akan berpusat di lantai 1, Ivy mengajak Lexton ke lantai 2. Di sana ada teras untuk mereka berbincang. “Aku nggak akan mempermasalahkan itu, karena kupikir kamu masih anggap mereka keluarga. Kecuali, kamu berpikir lain.”Ivy terdiam sesaat kemudian menjawab, “Mereka mutusin hubungan lebih dulu. Bahkan sudah bertindak melewati ketentuan hukum kan?”Lexton mengangguk. Bangga hatinya melihat Ivy ‘melek hukum’ dan tidak terobsesi dengan kebaikan semata. “Kalau kamu mikir begitu, aku akan minta Ludwig mengurus semuanya,” ujar Lexton santai. “Kamu fokus kuliah aja, Dear.”“Oke lah! Aku serahkan pada ahlinya!” ujar Ivy sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Hati Ivy masih terasa sesak. Kali ini karena penuh kebahagiaan dan kejutan. Ia tidak akan pernah kehilangan rumah ini lagi. ***Dua hari setelah kejadian itu. Di kediaman utama keluarga Tan. Hari ini bertepatan den
“Baik, baik, Tuan Ludwig!” Steven terbungkuk-bungkuk. “Kami juga sudah mau pergi. Selamat menikmati rumah baru anda, Tuan Ludwig!”Ludwig hanya menghela napas kesal karena kehadiran mereka. Setelah Steven dan keluarganya keluar, ia segera menyuruh pekerja untuk langsung merenovasi rumah tersebut.Sementara itu, Ivy terkejut melihat keluarga om-nya sudah bersiap untuk pergi. “Om! Kalian mau ke mana?! Aku—”“Ivy, bukankah kita sudah sepakat untuk pisah jalan?” Steven mengingatkan. “Jadi, sekarang, terserah kamu mau ke mana. Kami punya rumah sendiri.”Tentu saja, rumah baru mereka dibeli dari hasil menjual rumah Ivy. Steven saja tidak menyangka akan ada yang langsung membeli rumah itu dalam semalam. Dengan wajah angkuh, Deborah berkata, “Setelah ini, Steven akan dipromosikan. Jadi kami nggak butuh lagi kekayaan orang tua kamu yang udah mati itu!”Air mata Ivy mengalir tanpa bisa ia cegah. Setelah dirinya berkali-kali menutup mata mengenai perlakuan Jesslyn terhadapnya, balasan mereka
“Pak Mivhail, saya mohon maaf sudah salah mendidik Jesslyn. Saya akan terima apapun hukumannya.”Steven benar-benar dibuat malu dengan kelakuan putrinya. “Papa!” Jesslyn geram melihat sang ayah malah membungkuk dalam-dalam ke arah Mivhail di hadapan banyak orang. “Diam kamu, Jess!” sentak Steven sambil memelototi putrinya. Ivy benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah Jesslyn. Ia masih merasa tinggi, walau berhadapan dengan ketua yayasan. Mivhail sendiri terlihat lelah melihat kelakuan Jesslyn. Bahkan Carlo tidak juga mengakui kesalahan mereka. Ia memberi kode pada Andreas untuk melanjutkan.“Kalau begitu, biar saya bacakan keputusan Universitas Arkamaya terkait saudari Jesslyn Adinata dan Saudara Herace Carlo Omar.” Andreas—dekan fakultas ethical hacking, langsung mengambil alih. Karena Anggara terbukti menerima suap dari keluarga Omar, Mivhail langsung mengeluarkan wakil rektor itu kemarin. “Mulai hari ini, Jesslyn dan Carlo bukan lagi peserta didik di bawah Universitas Ark
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews