Kota Lawton, Tahun 2022 – Saat Ini Brian dan Nayra sudah selesai makan. Berkat itu, kini Nayra merasa lebih baik. Terlebih karena Brian terus berusaha menghiburnya, padahal ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Nayra. “Sekarang bagaimana?” tanya Brian, sambil melihat keluar jendela. Meskipun hujan sudah reda, tapi langit juga sudah menggelap dan jam tangannya menunjukkan waktu tengah malam. Tentu, kereta ataupun kendaraan lain tidak ada yang beroperasi sekarang. “Kita.. tidak mungkin tidur di tempat ini ‘kan?” tanya Brian lagi. Ia menunjukkan wajah tidak nyaman, setelah melihat-lihat rumah kecil yang kosong dan gelap ini, dengan hanya beberapa perabotan rumah yang sudah rusak. Nayra yang sudah hidup miskin hampir seumur hidupnya, merasa baik-baik saja dengan semua itu. Tapi, ia tetap bisa mengerti bagaimana perasaan Brian yang hidupnya berbanding terbalik dari Nayra. Brian pasti akan sulit beradaptasi, pikir Nayra. “Kalau begitu, apa kau mau pergi ke stasiun saja?” tawar
“Ada apa?” Brian sudah membuka pintu kamarnya, dengan wajah sedikit.. gugup?“Ehm.. apa kau sibuk?” tanya Nayra, khawatir ia mungkin mengganggunya.Brian menggelengkan kepala.
“Tapi itu tidak ada hubungannya dengan masalah perusahaan saat ini, Ibu..” Rehan yang sudah tahu perbuatan ibu palsunya itu padanya dan Nayra, menggertakkan giginya lagi untuk memanggil wanita yang ia benci itu sebagai ibunya, demi tidak membuat situasi semakin memanas. “Mengapa tidak? Semua orang di dunia menantikan pernikahanmu! Tentu jika kau menikah dengan putri para konglomerat, itu akan langsung meningkatkan reputasi dan mengukuhkan kekuatan Carver Group sebagai perusahaan terbaik di dunia!” Lagi-lagi, Serena yang sangat ambisius dengan Carver Group, memperlihatkan keangkuhannya yang paling dibenci Rehan. “Itu hanya sesaat dan tidak akan menyelesaikan masalah perusahaan sekarang!” Rehan ikut bersikeras, tapi untuk menghentikan usulan gila dari sang ibu. “Apa kau lupa dengan pernikahan konglomerat Javier Group dan Larson Group yang langsung membuat bisnis mereka meningkat pesat, padahal sebelumnya mereka hampir bangkrut, hah?! Jadi, bagaimana mungkin i
Dengan mobil Porsche 911 Carrera biru gelap seharga 160.000 dolar, Rehan melaju dari Distrik Malcolm tempat rumah keluarga Carver berada, menuju Distrik Brooklyn Hills tempat rumah keluarga Roland berada. Dua distrik yang berjarak 2 kilometer itu, ditempuh dengan cepat tanpa keraguan. Perselisihan besar keluarga Carver dan Roland selama lebih dari 3 dekade, tidak lagi menghambat Rehan untuk menemui Nayra yang terjebak di keluarga Roland. Rehan yang selalu fokus pada satu tujuan, hanya berpikir untuk menemui Nayra saat ini, demi menenangkan kegundahan hatinya karena Serena yang hendak menjodohkannya dengan wanita lain. Di sisi lain, selang setengah jam kemudian, Nayra baru saja terlelap saat sebuah suara mengejutkannya dari beranda kamarnya. “Siapa itu?” Nayra sedikit waspada, apalagi karena rumah mewah itu masih asing untuknya. Nayra turun dari kasur dan berjalan perlahan menuju beranda yang tertutup gorden putih tebal. Ia menyingkap sedikit gorden tebal ter
Tiga Puluh Menit Sebelumnya Brian sedang berbaring di tempat tidurnya, sambil memainkan gantungan ponsel tua Doraemon di tangannya. Meskipun ada beberapa noda darah yang sudah lama mengering hingga berubah warna menjadi gelap, tapi Brian tidak bisa menghentikan senyumnya karena beberapa alasan, sampai sebuah suara membuatnya terbangun dan menghilangkan senyumnya itu. Rehan ada di beranda kamar Nayra, tepat di sebelah beranda kamar Brian. Melalui jendela yang gordennya tersingkap sedikit, Brian mengamati Rehan dari kamarnya, termasuk saat Rehan memeluk Nayra yang baru saja membuka jendela di kamarnya sendiri. Seketika, mata Brian melebar hingga memerah seolah terbakar, bersamaan dengan kedua tangannya yang terkepal erat dan kaki yang tertahan saat hendak menghentikan mereka. Jantungnya yang semula diliputi angin hangat pun, mendadak terkena badai petir yang hampir menghancurkannya. “Rehan..” Bibir Brian bergetar, giginya menggertak dan seluruh wajahnya menger
Kota Lexington, Tahun 2022 – Keesokan HariPagi yang cerah di Brooklyn Hills tempat rumah keluarga Roland berada, menghadirkan perasaan berbeda untuk para penghuninya.Nayra yang semalam mendapat kejutan tidak terduga dari Rehan, masih diliputi perasaan aneh karena tindakan pria yang sulit ditebak itu. Ucapan selamat malam dengan sebuah pelukan di rumah yang seharusnya tidak didatangi Rehan, serta
Kantor Carver Group, Keesokan Hari Hari bekerja sudah kembali di mulai dan Rehan sudah sampai di kantor Carver Group sebelum semua karyawannya datang. Dengan tekanan dari Albert untuk menyelesaikan masalah Carver Group yang disebabkan oleh lawan mereka Roland Group, Rehan tidak membiarkan waktu sedetikpun terbuang untuk hal lain. Apalagi karena Serena berusaha menikahkannya dengan anak konglomerat lain, hanya agar ia tidak dekat dengan Nayra yang merupakan anak kandung Serena sendiri yang sekarang hidup sebagai cucu dari musuh keluarga Carver. Di tengah kerumitan pikiran Rehan tentang masalah Nayra dan perusahaannya, rasa frustasi yang menggumpal di kepalanya, membuat Rehan langsung mencerca para karyawannya yang baru datang setelahnya. Meskipun puluhan karyawan khusus kantor Rehan itu datang tepat waktu, tapi mereka tetap terhitung lambat karena datang setelah Rehan sang bos besar tiba lebih dulu di sana. “Mengapa kalian baru datang?!” teriak Rehan di de
Beberapa Jam Sebelumnya...“Nayra..” Kakek David sedang melakukan aktivitas paginya di halaman belakang rumah, saat Nayra menghampirinya setelah diminta datang ke sana olehnya. Dengan berbagai peralatan kebugaran khusus, Kakek David melatih kakinya yang lemah karena faktor usia sekaligus efek dari kecelakaan yang pernah dialami puluhan tahun lalu.Nayra masih takjub dengan tempat gym outdoor yang unik dan klasik, tapi juga berkelas ini. Terutama karena ini adalah gym pribadi khusus pria tertua di rumah mereka itu, serta kenyataan bahwa ketiga penghuni lainnya juga memiliki gym pribadi masing-masing di sini. “Hari ini, datanglah ke kantor Roland bersama Brian,” ucap Kakek David, membuyarkan pikiran Nayra yang sempat melayang di dunianya sendiri.“Ke kantor?” Nayra memastikan, tidak tahu alasan dari permintaan tersebut.“Ya..” Kakek David hanya menjawab singkat, membuat Nayra sadar bahwa sudah saatnya ia meninggalkan beliau untuk melanjutkan aktivitasnya.“Baik Kakek..” Nayra menurut u