Share

6. RAHASIA EKAWIRA

last update Last Updated: 2024-05-15 12:00:28

Kekuatan Batu Bintang Perak, hanya muncul dalam kurun waktu seratus tahun sekali. Hanya manusia terpilih saja lah yang dapat memiliki Kekuatan Batu Bintang Perak di dalam tubuhnya.

Pada kelahiran Ekawira, terjadi penomena alam yang luar biasa. Langit siang, seketika berubah menjadi gelap, tepat sebelum Ekawira lahir. Selama ini, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Alam seolah ikut menyambut kelahiran Ekawira.

Guntur menyambar di mana-mana. Angin pun berhembus kencang seperti badai yang siap meluluhlantakkan apa pun yang ada di depannya. Meskipun begitu, tidak ada satupun korban jiwa.

Tidak ada yang mengalami musibah di hari itu. Bahkan mereka tidak tahu menahu, bahwa saat itu sedang terjadi badai. Sungguh aneh. Ya, tidak bisa ditelaah oleh akal manusia. Namun, itulah yang terjadi di hari itu. Alam seolah hanya ingin menunjukkannya pada orang-orang yang detik itu, menjadi saksi kelahiran Ekawira saja.

Bukan itu saja, tepat sesaat Ekawira lahir ke dunia. Sang ayah pun menghilang, seperti tertelan oleh bumi. Tidak ada jejak keberadaannya, sejak hari itu. Sang ibu pun, menghembuskan napas terakhirnya, setelah memberikan ciuman pertama pada Ekawira.

Ya, cerita ini seperti dongeng sebelum tidur dan sulit untuk diterima oleh akal manusia normal. Akan tetapi, Astagina tidak ragu untuk menceritakan semuanya kepada Ekawira.

Detik-detik kelahiran Ekawira, Astagina dan Adiwilaga memang berada di sana. Keduanya menyaksikan bagaimana pendekar sakti mandraguna di masa depan, terlahir ke dunia. Bahkan untuk keduanya yang memiliki kemampuan tinggi sekalipun, merasa tidak ada apa-apa, dibandingkan kekuatan alam yang muncul pada hari itu.

Memang benar kata pepatah. 'Di atas langit masih ada langit.'

Biarpun mereka berjuluk pendekar sakti. Akan tetapi, di hadapan sang Dewata Agung, mereka hanya segelintir orang kecil.

Pemuda dua puluh lima tahun itu, menyimaknya dengan serius dan antusias. Mendengarnya tanpa menyela, hingga Astaga pun menyelesaikan cerita tersebut.

"Kenapa ayah pergi saat aku dilahirkan? Apa kelahiranku akan membawa sial baginya?"

Hal yang tidak bisa Ekawira tahan, ialah soal keberadaan ayahnya yang sampai detik ini, tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Termasuk Astagina maupun Adiwilaga.

Kabar tentang pendekar sakti mandraguna yang menghilang di hutan larangan, kini tidak lagi terdengar kisahnya. Hanya, mereka yang memiliki hubungan dekat, yang masih mengingatnya.

"Diriku pun tidak mengetahui alasan pasti, ayahmu pergi. Akan tetapi, sebelum memutuskan untuk pergi, ayahmu sudah lebih dulu menitipkan pesan kepadaku ..."

"Pesan apa itu, Guru?" sambar Ekawira cepat, saking penasarannya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

"Ayahmu, ingin diriku dan Kakang Adiwilaga, bisa menjaga dirimu sebaik mungkin. Sebab ayahmu sudah mengetahui kekuatan yang ada pada tubuhmu itu," terang Astagina sangat tenang. Meskipun ini sebuah tekanan bagi dirinya juga.

"Jadi, ayah telah mengetahui tentang kekuatan Batu Bintang Perak, yang ada pada diriku?" Ekawira tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Kembali, ia dibuat terkejut dengan pengakuan pria sepuh tang telah dianggapnya sebagai keluarga itu.

Astagina mengangguk pelan. Kepalanya mendongak, dipandanginya langit biru nan luas itu. Pikirannya seolah sedang mengumpulkan kembali kepingan-kepingan ingatan di masa lalu, yang hampir saja ia lupakan karena tergerus oleh waktu.

"Saat itu, seorang Petapa sakti telah datang kepada ayahmu. Ia telah meramalkan masa depan untukmu, yang masih dalam kandungan ibumu. Petapa itu mengatakan, bahwasanya kau akan menjadi seorang pendekar sakti mandraguna, yang tak tertandingi. Di dalam tubuhmu terdapat sebuah kekuatan besar yang hanya muncul seratus tahun sekali. Kau adalah manusia terpilih, yang dipilih langsung oleh Dewata Agung, untuk menuntas kebatila dan menegakkan kebenaran."

Astagina kembali mengarahkan pandangannya pada Pendekar muda, yang kekuatannya bahkan di atas dirinya.

"Kakang Adiwilaga mengatakan, bahwa kau memiliki fisik yang lemah. Itu semua, disebabkan karena Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada di dalam tubuhmu. Kekuatan itu, seperti sedang menjadi wadah untuk menampung semua kekuatanmu. Bilamana kau merasa marah, maka kekuatan itu seolah bereaksi, yang membuatmu tidak mampu mengendalikan sepenuhnya."

Penjelasan demi penjelasan, terus Astagina katakan, guna membuka tabir rahasia yang memang selama ini telah disembunyikan dari Ekawira.

"Lalu, kenapa Guru Adiwilaga tidak langsung memberitahukannya padaku? Bukankah dengan ia mengatakannya, diriku akan giat berlatih."

Ada sebuah kalimat protes yang Ekawira lontarkan. Astagina mengerjapkan matanya pelan. Ia paham betul, apa yang dirasakan Ekawira sekarang.

"Kekuatan Batu Bintang Perak, tidak seharusnya ditunjukkan kepada siapa pun juga, sebab akan menjadi malapetaka bagi banyak orang. Terutama mereka yang tidak bersalah. Aku mengerti perasaanmu. Namun, sebagaimana seorang guru, Kakang Adiwilaga ingin melindungimu dari mereka, yang menginginkan kekuatan besar itu, untuk keuntungan mereka."

Astagina menepuk bahu kanan Ekawira, "dengarkan perkataanku ini. Demi memastikan keselamatanmu, Kakang Adiwilaga rela mengasingkan dirinya ke desa terpencil dan menjadi seorang penempa besi. Dirinya tahu, dengan menyembunyikan kekuatanmu dari semua orang, akan membuatmu terhindar dari banyak masalah."

Ekawira tertegun cukup lama. Setiap kalimat yang telah dilontarkan sang guru, diserapnya dalam pikiran.

Entah apa yang harus ia katakan sekarang. Ekawira kehabisan kata-kata. Sulit baginya untuk menyusun kalimatnya.

"Sekarang, biarlah diriku yang menjadi gurumu, menggantikan guru terdahulumu, yaitu Kakang Adiwilaga. Kau bisa menggunakan Jurus Perguruan Elang Biru dan Jurus Pedang Batu Selembur, untuk mengendalikan kekuatan Batu Bintang Perak, yang ada di dalam tubuhmu itu. Kakang Adiwilaga, telah menitipkan kitap pusaka, yang ia tulis sendiri untuk bisa mengendalikan kekuatan yang ada di dalam Pusaka Pedang Batu Selembur."

Ekawira mengangguk paham. Sementara Astagina mengulas senyuman lebar sambil menepuk pundak sang murid beberapa kali.

"Pedang Batu Selembur, adalah Pusaka luar biasa yang telah Kakang Adiwilaga ciptakan. Ia ingin, kau sebagai murid satu-satunya, mampu menjaga baik-baik pusaka tersebut," pesan Astagina kemudian.

"Baik, Guru. Diriku akan menjaga Pedang Batu Selembur sebaik mungkin. Seperti pesan Guru Adiwilaga sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya. Dia ingin, diriku menjaga Pedang Batu Selembur jangan sampai jatuh ke tangan yang salah. Maka, diriku akan mewujudkan keinginannya itu."

Ekawira mengepakkan sebelah tangannya. Dalam hati ia berkata, untuk menguatkan tekadnya menjadi pendekar tak tertandingi.

***

HARI BERIKUTNYA.

Sebelum sang surya muncul ke permukaan, Ekawira telah duduk bersila di bawah guyuran air terjun, di dekat sana. Dengan bertelanjang dada, Ekawira membiarkan setiap tetes air terjun membasahi tubuhnya. Rasa dingin itu, menusuk hingga ketulang-tulang.

Ekawira memejamkan matanya. Kedua tangannya membentuk huruf O besar dengan menempelkan jari telunjuk dan ibu jarinya. Ekawira memusatkan pikirannya pada kekuatan alam.

Dia ingin menyeram kekuatan alam, dengan begitu ia akan mudah menguasai Kekuatan Batu Bintang Perak serta Pusaka Pedang Batu Selembur dalam satu waktu.

Astagina berpesan padanya, untuk bisa mengendalikan pikiran dan emosi. Sebab kunci utamanya ada pada emosi itu sendiri. Kekuatan Batu Bintang Perak, tidak bisa dikendalikan, bilamana emosi memuncak. Itulah mengapa, Ekawira harus mampu mengembalikan pikirannya terlebih dahulu.

Hampir tiga jam, Ekawira berada di bawah guyuran air terjun. Dia masih belum beranjak dari sana.

Astagina yang memperhatikan dari jauh pun, tersenyum lebar, melihat kegigihan Ekawira. Dia teringat, bahwasanya saat Ekawira bersama Adiwilaga, pemuda itu tidak banyak melakukan pelatihan bela diri, seperti sekarang ini.

"Kakang. Seandainya engkau masih hidup, maka kau akan senang dan bangga melihat Ekawira," gumam Astagina terdengar lirih.

"Semoga engkau bahagia di sana, Kakang. Kau tidak perlu cemas. Diriku akan menjaga Ekawira sebaik mungkin, seperti pesannya dulu," tambahnya, yang sedikit tersenyum lebar.

Ada sebuah memori yang terlintas kembali di benaknya.

Setelah puas melihat latihan sang murid, Astagina pun memutuskan untuk pergi dari sana. Dia melompat, menggunakan ajian meringankan tubuh dan menghilang di balik pepohonan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    13. KEMATIAN PRIYAMBADA

    "Ajian Daraka Cakra." Astagina lantas mengenali jurus tersebut dalam satu kali lihat. Pun dengan Adiwilaga yang lebih dulu melihat ajian tersebut.Ajian Daraka Cakra, yang terkenal dapat menyembuhkan segala macam penyakit dalam waktu singkat, selama masih terdapat tenaga dalam yang cukup untuk menggunakan ajian tersebut. Di dunia persilatan, Ajian Daraka Cakra, tidak bisa dimiliki sembarang orang. Hanya mereka yang menghuni Gunung Lawu, sajalah yang dapat menguasai Ajian tersebut.Adiwilaga dan Astagina saling berpandangan. Sebelum akhirnya kembali menatap Priyambada dengan penuh kewaspadaan. "Hahaha. Tentu kalian mengenali ajian ini bukan?" Priyambada tertawa penuh kemenangan. Melihat perubahan reaksi dari lawannya, lantas membuatnya seperti di atas angin. Bukan rahasia umum lagi, mereka yang dapat menguasai Ajian Daraka Cakra menjadi lawan yang tak terkalahkan di dunia persilatan ini. "Apa yang harus kita perbuat sekarang, Kakang?" bisik Astagina merasa ketar ketir, mendapati

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    12. DUEL SENGIT

    "Ternyata kau, Siluman Harimau!" seru sosok pria sepuh yang sebelumnya berwujud bola cahaya putih itu.Manusia Harimau itu menyeringai penuh makna. "Rupanya kau yang menjadi pelindung pemuda ini?" balasnya penuh selidik. Memicingkan matanya guna memastikan dugaannya itu."Dia adalah muridku!" aku pria itu penuh keyakinan. Ucapannya yang sungguh-sungguh, menegaskan bahwasanya ia adalah Adiwilaga. Nyatanya memang demikian. Adiwilaga, tidak dapat membiarkan masalah datang menghampiri muridnya yang sedang fokus bersemedi di sana. "Hahaha. Jadi, ramalan itu memang benar adanya. Malam itu, Kekuatan Batu Bintang Perak, memilih putra dari Tri Sapati sebagai persemayamannya dan sekarang ia telah tumbuh dewasa. Kau pinter juga rupanya, menyembunyikan sosok paling dicari di dunia persilatan ini." Ia menyela dan berdengus kesal di waktu bersamaan.Adiwilaga menulikan pendengarannya. Memilih untuk tidak memedulikan celotehan dari pria yang dipenuhi bulu-bulu itu. Keselamatan muridnya yang terpen

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    11. KEDATANGAN MANUSIA HARIMAU

    "Penguasa Gunung Arga menginginkan Kekuatan Batu Bintang Perak, yang tertanam dalam raga Ekawira," tutur Adiwilaga diiringi helaan napas panjang. Meski hanya sebatas Jiwa yang bergentayangan, tetapi ia masih memiliki perasaan kuat, layaknya manusia pada umumnya.Astagina membola. Mendengar pengakuan tersebut, dia hampir kehilangan ketenangannya. Namun, dia segera mengembalikan pikirannya yang mulai bercabang-cabang itu."Ta-pi, Kakang." Astagina terbata-bata, sulit untuk menyusun kata-katanya. "Maksudku ... bagaimana bisa Penguasa Gunung Arga, mengetahui tentang Kekuatan Batu Bintang Perak, sementara tidak ada satupun orang yang mengetahui, bahwasanya di dalam raga Ekawira, telah tertanam Kekuatan Batu Bintang Perak?"Adiwilaga menoleh kesamping, dipandanginya pria yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu."Diriku memahami betul keresahanmu terhadap keselamatan Ekawira. Namun, kau harus mengetahui satu hal. Di balik pertapaan yang dilakukan Ekawira sekarang, telah memancarkan aura

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    10. KEMAMPUAN ASTAGINA

    Astagina pun sudah berada di ambang batas kesabarannya. Dia tidak lagi menganggap lawan di depan matanya lemah. Dirinya juga tidak bisa berlama-lama menahan mereka karena akan berakibat fatal, untuk dirinya maupun Ekawira."Memang tidak ada cara lain lagi. Mereka harus dimusnahkan atau kehadiran mereka akan mengganggu pertapaan Ekawira di sana."Astagina menoleh ke belakang disertai helaan napas lega, lantara Ekawira masih terpaku di tempatnya. Menandakan, pertapaannya tidak terganggu."Kris Samber Nyawa!" serunya demikian sambil mengeluarkan sebuah benda pusaka yang terikat di pinggangnya.Kris Samber Nyawa, setidaknya Itulah yang diserukan pria sepuh itu. Mengangkat tinggi-tinggi benda pusakanya tersebut. Kris tersebut lantas mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata. Dalam satu tarikan napas, Astagina sudah berada di tengah-tengah para Dedemit Air itu. Tangannya mengayun cepat, menghunuskan Kris tersebut ke salah satu Dedemit Air.DWAARRRR ..Hancur lebur hanya me

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    9. MULAI DATANG GANGGUAN

    Astagina tidak jadi pergi. Dirinya merasakan ada bahaya sedang mendekati area tersebut. Entah apa itu, sampai detik ini dirinya masih belum yakin sepenuhnya dengan tebakannya tersebut.Aura yang tiba-tiba muncul ini sangat mengusik ketenangannya. "Seharusnya, mereka tidak di tempat ini. Aku bisa merasakan aura itu. Dedemit air. Rawa Taraka."Kecemasan Astagina kian meningkat ketika telah hadir tiga sosok makhluk hijau. Seluruh tubuh mereka dipenuhi lumpur dan ganggang hijau. Tinggi mereka lebih dari dua meter, sehingga tampak seperti monster.Aroma busuk dari tubuh mereka sangat menyengat. Astagina hampir kehilangan kesadarannya, jikalau dirinya tidak menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura mereka."Hei, kalian para Dedemit! Bagaimana bisa kalian berada di tempat ini, ah?!" Astagina meninggikan suaranya, sekaligus mengeluarkan tenaga dalamnya guna menekan aura bertarung dari ketiga mahluk, yang disebut Dedemit Air itu.KHAAAUUUUNGGG ...Mereka meraung sangat keras karena tekan

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    8. LATIHAN KEDUA

    Hari berikutnya. Ekawira pun menjalani sesi latihan kedua, untuk mampu mengendalikan sepenuhnya kekuatan Batu Bulan Perak yang ada di dalam tubuhnya.'Batu Bintang Perak, adalah kekuatan penghancur sangat dahsyat. Kekuatan mengerikan itu tercipta dari sifat buruk manusia di muka bumi ini.' papar Astagina, yang kembali terbayang dalam benang Ekawira.Pendekar muda itu duduk bersila di atas batu besar, di bawah derasnya guyuran air terjun tanpa memakai baju, tapi masih mengenakan pakaian bawah. Ekawira harus memusatkan pikiran, menyatukan dirinya terhadap alam. Menyerap hawa murni dari sekitarnya. Dengan begitu, Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada pada dirinya, dapat dikuasai. Meskipun Ekawira tahu, kekuatan besar itu tidak akan semudah itu untuk dikuasai.'Dalam kisahnya. Seorang Raja sakti mandraguna, bernama Raja Suwardana. Ia memimpin suatu negeri. Penghuni negeri itu, adalah bangsa jin dan dedemit. Pasukannya adalah kaum siluman yang haus akan darah manusia ...'Ekawira memejamk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status