Share

Bab 4

Jason secara otomatis melepaskan Julie dan menangkap Aluna. Tangannya mengenai tubuh perempuan itu yang terasa sangat panas. Ternyata Aluna demam.

Lelaki itu membopong tubuh Aluna dan berjalan masuk ke kamarnya dengan cepat. Dengan raut dingin dia menghubungi dokter keluarga untuk datang.

Di koridor hanya tersisa Julie yang hanya mengenakan handuk putih. Dia menggigit bibirnya tidak rela, kemudian bergegas mengganti pakaian dan masuk ke kamar.

“Kak Jason.”

Jason menyapu pandangannya ke arah meja rias, kemudian menatap Julie dengan datar sambil bertanya, “Kamu menyentuh barang-barangnya?”

Meski dia dan Aluna tidak ada perasaan seperti suami istri selayaknya dan tidak tidur satu kamar dengan perempuan itu, dia mengetahui sifat Aluna dengan jelas. Perempuan itu tidak akan sembarangan menata barang-barangnya.

Aluna menunduk sambil menggigit bibir dan meremas roknya. Dengan mata memerah dia menjawab, “Kak, aku nggak sengaja menyentuh barang-barang milik Kak Aluna. Kamu tahu kalau keadaan keluargaku nggak begitu baik. Aku nggak pernah melihat produk perawatan yang begitu bagus. Aku… aku hanya ingin mencobanya.”

Dia menyentuh wajahnya dengan perasaan malu dan juga memelas. Julie terlahir di keluarga yang menengah ke bawah. Semua perempuan memang suka berdandan, tidak heran kalau dia ingin mencobanya.

Sorot dingin di tatapan Jason mulai berkurang. Nada bicaranya menjadi lebih lembut sambil berkata, “Nggak ada lain kali lagi. Kamu bisa bilang sama Nicky kalau ingin sesuatu.”

Julie hanya menghela napas sambil tersenyum. Dia mendongak dan menatap Jason dengan berbinar sambil berkata, “Iya, Kak. Aku nggak akan mengulanginya lagi. Kalau begitu kamu bilang sama Kak Aluna untuk nggak marah sama aku, ya?”

“Iya. Kamu tunggu aku di ruang tamu. Aku akan mengantarmu pulang setelah dokter datang.”

“Iya, aku dengar apa kata Kak Jason.”

Setelah Julie pergi, Jason kembali melangkah ke tepi kasir. Tatapannya tertuju pada luka di kening Aluna. Ekspresinya sedikit berubah. Apa yang sedang dilakukan oleh perempuan ini lagi?

Di mata orang lain, sosok Aluna merupakan perempuan panutan. Kerua orang tuanya adalah dosen dan sifat perempuan itu sedari kecil sidah lemah lembut dan penurut.

Namun perempuan yang begitu penurut itu yang tidur dengan calon tunangan sahabatnya sebelum wisuda dan satu hari sebelum acara pertunangan sang sahabat. Orang itu adalah Jason.

Ayah Aluna, Irwan dan ayahnya Jason, Andi adalah teman sekolah. Hubungan keduanya sangat dekat sehingga memutuskan untuk langsung mengumumkan acara pernikahan mereka berdua.

Sedangkan kekasih lelaki itu, yang merupakan sahabat Aluna terkena musibah kecelakaan setelah menyaksikan semuanya. Oleh karena itu, Jason sangat membenci Aluna. lelaki itu menganggap Aluna adalah serigala berbulu domba. Apa pun yang dia lakukan pasti ada rencananya.

“Sakit … sakit ….”

Orang yang terbaring di kasur memejamkan matanya dengan erat. Jason kembali ke alam sadarnya dan menatap Aluna. Perempuan itu mengeluarkan banyak keringat. Wajah pucat pasinya terdapat rona merah karena suhu tubuh yang terlalu tinggi. Mulutnya sedikit terbuka untuk dia bernapas.

Dokter keluarga mereka, Kevin, tampak masuk dengan buru-buru sambil membawa tas peralatannya. Dia memeriksa keadaan Aluna dan setelah itu menyerahkan pengukur suhu tubuh pada Jason.

“Ukur suhu tubuh dulu.”

Setelah itu dia menyiapkan obat suntik untuk pereda panas. Jason mendekat dan membuka bagian kerah baju perempuan itu. Dia sedikit menariknya dan tatapannya seketika tercenung pada satu titik.

Bahu Aluna dipenuhi jejak kebiruan, tetapi tidak separah luka di kening. Jason menyingkap selimut dan mengeluarkan tangan perempuan itu. Dia menarik lengan baju Aluna dan tampak berbagai luka dan bekas kebiruan yang begitu mencengangkan.

Kevin terlonjak kaget dan dengan cepat berceletik, “Pak Jason, kamu melakukan kekerasan?”

Lelaki itu melayangkan tatapan tajam hingga membuat Kevin menegang dan mengatup mulutnya rapat-rapat.

“Obati dia dulu. Aku ada urusan dan harus pergi,” perintah Jason dengan dingin.

Dia terlihat tidak ada rasa khawatir pada Aluna yang berduaan dengan lelaki lain.

Di lantai bawah, Julie yang melihat Jason turun langsung bertanya, “Kak Aluna nggak apa-apa?”

Perasaan lelaki itu sedikit gusar. Dia berjalan keluar sambil berkata, “Aku minta sopir untuk mengantarmu.”

Julie berlari kecil mengikutinya sambil menyalahkan dirinya sendiri dan berkata, “Semua salahku. Nggak seharusnya aku ada di sini dan membuat Kak Aluna salah paham dan pingsan.”

Lelaki itu menghentikan langkahnya dengan ekspresi sedikit menggelap. Sedangkan Julie menarik bajunya dan dengan suara takut-takut berkata,

“Aku hanya buru-buru mandi. Nggak tahu kalau masuk ke kamar kalian.”

“Dia yang nggak jelas;” sahut Jason menenangkan.

Bagi lelaki itu, Julie hanya meminjam kamar mandi saja. Jika Aluna tidak suka, dia bisa meminta orang untuk membersihkannya lagi. Kenapa harus memperbesar masalah dan membuat keributan seperti ini?

Ditambah lagi dengan luka di tubuhnya. Apa yang ingin Aluna lakukan?

“Kak Jason, kamu sendiri juga tahu kalau aku orang yang ceroboh dan suka melakukan kesalahan. Aku sungguh bodoh!” ujar Julie dengan air mata yang masih menggantung di bulu matanya.

“Nggak apa-apa, pulang dulu saja,” kata Jason.

Ketika dia hendak keluar, Kevin berlari turun dari lantai dua dan dengan suara panik berkata, “Bu Aluna demam hampir 40 derajat! Sebaiknya bawa ke rumah sakit saja.”

Jason menghentikan langkahnya dan dengan jengah menjawab, “Suntik pereda panas saja.”

“Nyawa lebih penting!” ujar Kevin.

Jason tidak ada cara lain sehingga dia berpesan pada sopir untuk mengantar Julie pulang. Ekspresi Julie yang memelas berubah menggelap. Aluna memang tidak tahu malu! Bisa-bisanya pura-pura pingsan. Namun memangnya kenapa? Jason membencinya.

Rasa benci sudah cukup menghancurkan semuanya.

Setelah mobil pergi, Jason naik dan mengambil baju luaran dan menggendong Aluna turun. Kemudian dia mengendarai mobil menuju rumah sakit.

Ketika Aluna tersadar, tubuhnya sudah tidak begitu sakit lagi. Bahkan dia merasa sedikit dingin. Perempuan itu ingin menggerakkan tubuhnya, tetapi dari belakang terdengar suara iba milik Bi Asih yang berkata,

“Jangan bergerak.”

Aluna merasa ada sesuatu yang dioleskan ke punggungnya. Pikirannya seketika tersadar dan dia baru menyadari bahwa tubuhnya tidak ada pakaian sama sekali. Oleh karena itu, terasa sedikit dingin.

Selimut hanya menutupi hingga batas pinggang saja. Dia melemaskan tubuhnya dan berkata, “Sudah merepotkan Bi Asih.”

“Nggak repot. Tubuh Ibu semuanya luka, apa yang terjadi?”

Aluna menarik napas dalam-dalam dan mengembusnya sebelum menjawab, “Terjatuh.”

Melihat majikannya tidak bersedia mengatakan apa pun, dia tidak bertanya lagi dan Keluar setelah mengoleskan obat.

Jason berjalan masuk dengan soto mata menggelap dan hanya menatap Aluna dengan tajam tanpa berbicara apa pun. Aluna berpikir sesaat dan berkata,

“Terima kasih sudah membawaku ke rumah sakit.”

Nada bicaranya sangat dingin seakan lelaki itu bukan suaminya dan hanya orang asing.

Jason merupakan orang yang memiliki sifat keras. Dia sedari awal sudah tidak menyukai Aluna. Lelaki itu memutuskan untuk menunggu Aluna bangun karena takut dia akan berulah lagi.

Dengan dagu terangkat dia berkata, “Kepikiran rencana apa lagi? Mau pulang dan mengadu lagi? Mau bilang lukamu ada hubungannya dengan Julie?”

Hati Aluna terasa begitu perih. Apakah dia begitu kejam di hati lelaki itu?

Ketika mereka menikah, Aluna begitu mengharapkan pernikahan tersebut. Memikirkan Jason menyetujuinya, setidaknya lelaki itu memiliki perasaan padanya. Bisa dibilang mereka tumbuh bersama dari kecil.

Namun ketika malam pertama mereka, Jason justru mengajarkan dirinya apa arti terlalu percaya diri. Sekarang, Jason tidak khawatir dan menanyakan dari mana asal lukanya, melainkan memberinya peringatan untuk tidak mengusik kekasihnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status