Share

Bab 3

Penderitaannya selama tiga tahun ini berubah menjadi amarah yang begitu besar. Emosi tersebut merusak semua akal sehat Aluna. Dengan emosi yang membuncah dia berteriak histeris. Jarinya tampak memutih karena mencengkeram pintu dengan kuat.

Kamar dan aroma yang paling dia sukai justru membuatnya jijik dan mual. Sedangkan Julie hanya memasang wajah kasihan sambil berkata, “Nggak tahu apa yang terjadi dengan Kak Aluna di luar sana. Kenapa dia bisa terluka begitu parah?”

Tatapannya jatuh ke tangan Jason dan dia membekap mulutnya sambil berkata, “Kak Jason, sebaiknya cepat buang benda itu.”

Benda itu terkena darah Aluna, sungguh sangat menjijikkan sekali.

Jason melirik tangannya yang tengah menggenggam perban. Keningnya berkerut seketika. Kenapa dia tidak langsung membuang benda kotor ini? Namun justru memegangnya di tangan dengan perasaan gusar yang tidak dia sadari.

Setelah itu dia membuang perban tersebut ke tempat sampah dan mencuci tangannya.

Setelah itu dia keluar, terlihat sosok Julie yang masih berdiri di tempat dengan handuk yang melilit tubuhnya. Tatapan mereka bertemu dan wajahnya memerah sambil berkata, “Bajuku masih di lantai atas. Kak Jason, kamu mau menemaniku mengambilnya di atas? Aku sedikit takut dengan Kak Aluna.”

“Ayo, pakai bajumu. Aku antar kamu pulang.”

Ketika Jason hendak membawa Julie naik, kebetulan dia mendengar suara teriakan Aluna. Seketika pikiran jengah kembali menghampirinya. Kegilaan apa lagi yang dialami oleh Aluna?

Julie menahan handuknya dengan sorot khawatir sambil berkata, “Keningnya Kak Aluna sakit? Kak Jason, mau panggil dokter keluarga?”

“Nggak perlu pedulikan dia,” sahut Jason dengan datar.

“Tapi Kak Aluna terluka. Kalau lukanya nggak diobati, bisa menyisakan bekas,” ujar Julie dengan ekspresi khawatir.

“Julie, kamu terlalu baik,” kata Jason sambil mengelus rambut basah perempuan itu. Setelah itu dia berkata, “Aku ambil pengering rambut dan baju untukmu.”

“Iya.”

Aluna mendengarkan suara mereka yang naik ke lantai dua. Dia berbalik dan menatap mereka. Kemudian dia langsung melayangkan satu tamparan di wajah Jason.

“Jason, kamu menjijikkan sekali!”

Julie terpekik terkejut dan langsung maju untuk menahan Aluna. “Kak Aluna, kenapa kamu memukul orang?”

Kening Aluna berlipat dalam. Kemarahannya naik seketika dan semua penderitaannya selama tiga tahun ini meledak. Kemarahannya menghasilkan kekuatan yang tidak dia bayangkan sehingga membuat Aluna melakukan tindakan tidak terduga.

Dia menarik handuk yang melilit tubuh Julie dan dengan suara dingin berkata, “Nggak suka pakai baju? Jangan pakai sekalian! Bukannya mau kasih Jason lihat tubuhmu? Kenapa harus berpura-pura?”

Handuk putih tersebut jatuh di lantai. Julie memeluk dadanya dan berjongkok di lantai sambil berteriak. Dia terkejut hingga tidak bisa mengambil handuk yang ada di samping kakinya. Karena Jason yang tidak tega, dia mengambil handuk dan menutupi tubuh perempuan itu.

Setelah itu dia membantu Julie berdiri dengan perlahan sambil memanggil namanya, “Julie.”

“Kak Jason,” balas Julie sambil menerjang masuk dalam pelukan lelaki itu. Dia menangis dengan sesegukan dan hendak berkata, “Aku … aku ….”

Jason menatap Aluna dengan dingin. Cahaya lampu menyoroti wajahnya yang terlihat penuh kemarahan dan kebencian serta rasa tidak percaya. Sifat Aluna selama ini sangat lembut. Bisa dibilang perempuan itu tidak pernah marah dengan orang lain. Bahkan pelayan di rumahnya yang melakukan kesalahan hanya diberikan teguran biasa saja.

Baru pertama kalinya dia melihat Aluna yang marah besar seperti ini. Sikap perempuan itu membuat jantungnya terasa sedikit sakit. Namun lebih banyak rasa marah yang melingkupinya.

“Aluna, kamu gila?!”

Aluna hanya merasa dadanya sesak hingga dia sulit bernapas. Tubuhnya gemetar hebat.

“Jason, kamu harus merendahkan diriku seperti ini? Kamu sudah menginjak-injak harga diriku, bahkan kamu membawa kekasihmu ke rumah. Kamu pikir aku mudah disakiti? Aku bisa menoleransi kamu yang memelihara simpananmu di hadapanku?”

Seluruh tubuh Jason sudah dilingkupi aura kemarahan dan berkata, “Aluna, bicaralah yang baik-baik! Julie bukan simpanan!”

Julie bersandar di dada Jason dan mencengkeram baju di bagian dada lelaki itu. Dengan air mata yang mengalir di sudut matanya, dia berkata dengan lembut, “Kak Jason, jangan berantem dengan Kak Aluna. Nggak apa-apa, Kak Aluna yang salah paham. Aku akan menjelaskan semuanya.”

Dia menoleh ke arah Aluna dan dengan perahan berkata, “Kak Aluna, aku dan Kak Jason nggak ada apa-apa.”

Aluna berjalan masuk ke kamar dan mengambil pakaian Julie serta daleman yang ada di kamar dan melemparkannya ke arah perempuan itu sambil berkata, “Ini yang kamu bilang nggak ada apa-apa?”

Dalaman berwarna merah muda tersebut terlempar dan tersangkut di tangan Jason. Wajah Julie mendadak memerah dan dengan cepat mengambil dalamannya. Dia melihat ekspresi menyeramkan lelaki itu dan bergegas menunduk untuk mengambil bajunya. Dengan mata berkaca-kaca dia berkata,

“Kak Aluna, kenapa kamu harus mempermalukanku dengan begini?”

Jason menunduk menatap Julie dengan kening berkerut. Dia tidak mengerti kenapa Aluna begitu marah. Perempuan itu sudah salah paham. Julie yang pintar membaca ekspresi orang langsung menghindari tatapannya. Dia memasang raut kasihan dengan air mata yang menggantung di ujung matanya.

Perempuan itu mengerjapkan mata sambil meminta maaf dengan Aluna, “Kak Aluna, maaf. Aku… aku nggak tahu itu kamarmu. Maaf, aku mohon jangan berantem dengan Kak Jason.”

Aluna hanya membuang tatapannya dengan raut dingin. Sedangkan Julie hampir menangis lagi sambil berkata, “Kak Jason, aku sungguh nggak sengaja.”

Jason hanya mengusap rambut perempuan itu sembari menatap ke arah Aluna dengan kerutan di keningnya yang semakin dalam sambil berkata, “Julie hanya nggak sengaja salah masuk kamar. Sepertinya kamu terlalu berlebihan.”

Rasa dingin menyerang hati Aluna dengan begitu hebat. Alasan yang seperti itu juga bisa membuat Jason percaya?

Aluna terkekeh dingin dan berkata, “Aku yang datang di waktu nggak tepat dan mengganggu acara kalian.”

Julie memeluk bajunya dan dia gemetar sambil mencoba melepaskan pelukan Jason sembari berkata, “Kak Jason, biarkan aku pergi. Kak Aluna sudah salah paham dan membuatku nggak ingin hidup lagi.”

Meski berkata seperti itu, sikapnya tampak ingin sekali menempel di tubuh Jason. Lelaki itu memeluk pinggulnya dan dengan sorot menggelap sambil berseru, “Aluna, diam!”

“Apakah aku orang seperti itu di mata Kak Aluna?” tanya Julie dengan suara gemetar. Butiran air mata yang begitu besar luruh dari matanya.

“Kamu bisa pergi?” tanya Aluna sambil menatap Julie dengan tajam.

Sekarang dia merasa sangat tidak nyaman. Kecelakaan kemarin membuat tubuhnya dipenuhi luka. Ketika pulang, dia sudah langsung marah besar hingga membuat hatinya panas. Saat ini dia hanya merasa tubuhnya sangat dingin hingga membuatnya menggigil.

Perlahan pandangannya menggelap dan membuatnya sedikit tidak kuat.

Jason menatap Aluna yang wajahnya mulai terlihat pucat karena rona merah akibat emosi tadi sudah menyurut. Mata perempuan itu penuh dengan sorot dingin. Tatapannya mengarah pada luka di kening perempuan itu lagi.

Dia mengerutkan keningnya dan berkata, “Kamu….”

Namun Aluna sudah tidak sanggup bertahan lagi. Kakinya lemas dan tubuhnya jatuh ke arah depan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status