Share

Bab 355

Author: Emilia Sebastian
“Huhuhu, aku nggak ingin mati. Aku nggak ingin mati ....”

“Tabib, kami mohon, tolonglah kami ....”

“Putraku! Putraku!”

“Biarkan aku keluar! Aku mohon. Tuan Pejabat, biarkanlah kami keluar. Kami benar-benar nggak terinfeksi!”

“Aaah! Dia sudah terinfeksi! Dia sudah terinfeksi! Cepat lari!”

Sebelum kereta kuda tiba, Syakia sudah mendengar suara-suara dari dalam area isolasi yang dibangun dengan batu dan kayu di kejauhan. Ada orang yang terlihat ketakutan, panik, sedih, dan menderita ....

Tentu saja, ada juga sekelompok orang yang diam saja di pojokan Mereka sudah menunjukkan gejala terinfeksi. Wajah mereka sangat pucat dan mereka terlihat tidak bersemangat. Ada yang tergeletak di lantai, ada yang bersandar di dinding. Namun, mereka semua seperti sudah kehilangan harapan untuk melanjutkan hidup dan tinggal menunggu maut menjemput.

“Ada lebih dari 200 orang yang terinfeksi di area ini. Ini termasuk tempat yang jumlah orang yang terinfeksinya paling rendah di seluruh Lukati.”

Kuda yang ditun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 356

    Adika juga menambahkan, “Dia adalah Putri Suci!”“Dia benar-benar adalah Putri Suci! Baguslah! Bupati Nugraha benar-benar mengundang Putri Suci kemari!”Dalam sekejap, para penduduk langsung merasa sangat bersemangat.“Putri Suci, kami sudah terjangkit wabah. Apa kami masih bisa diselamatkan?” tanya seseorang sambil menangis.“Bisa.” Syakia melirik semua orang, lalu berkata dengan serius, “Wabah ini nggak menakutkan. Selama kalian mengikuti aturan dan menerima pengobatan, kalian pasti akan sembuh.”“Terima kasih, Putri Suci!”“Terima kasih, Putri Suci!”Dalam sekejap, semua penduduk segera berlutut. Hal ini pun membuat Syakia terkejut dan hendak langsung berdiri untuk menghindar. Namun, Adika yang berada di belakangnya malah menahannya.“Terimalah, ini adalah bentuk kepercayaan yang ditujukan untukmu.”Syakia pun tertegun, lalu menoleh untuk melirik para penduduk. Mereka semua terlihat gembira dan mata mereka kembali dipenuhi dengan harapan. Dia pun terdiam sejenak sebelum lanjut memba

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 357

    Selama orang-orang mengikuti peraturan dan menerima pengobatan, mereka pasti bisa diselamatkan. Ternyata Putri Suci memang tidak membohongi mereka.Ini adalah kejadian di hari berikutnya. Sekarang, kembali lagi ke hari pertama Syakia mulai mengadakan upacara doa.Seusai berdoa di daerah wabah pertama, Syakia memanfaatkan waktu dengan baik dan pergi ke 2 daerah wabah lagi. Ada total 8 daerah wabah di Lukati. Selain Kabupaten Nirila, Syakia harus pergi ke 7 daerah wabah lainnya. Pada hari pertama, dia pergi ke 3 daerah wabah yang paling dekat, juga yang gejala wabahnya paling ringan.Pada hari kedua, Syakia pergi ke 2 daerah wabah. Jumlah penduduk yang terjangkit wabah di 2 tempat itu telah berlipat ganda dan mencapai di atas 500 orang. Sementara itu, penduduk yang terjangkit wabah di 2 daerah wabah terakhir bahkan mencapai ribuan orang. Ketika Syakia masuk ke area isolasi, dia hampir tenggelam dalam kerumunan orang. Untungnya, Adika bertindak cepat. Selain itu, mereka sudah memiliki

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 358

    “Sepertinya ada yang lagi dibakar di jalan depan?”Sebelum tiba di Kabupaten Nirila, Syakia melihat ada sesuatu seperti bara api di kejauhan.Adika pun mengernyit dan memberi perintah, “Semuanya, periksa masker kalian dengan baik. Mulai sekarang, jangan sampai masker kalian lepas!”“Baik!”Setelah mendengar ucapan itu, Syakia yang berada di dalam kereta kuda juga segera memeriksa masker yang dikenakannya. Meskipun tubuhnya terlindung air spiritual dan dia tidak perlu takut tertular wabah, dia tetap harus bertindak sesuai prosedur. Setidaknya, dengan menunjukkan bahwa dirinya juga melindungi diri dengan baik, hal ini baru tidak akan menimbulkan kecurigaan orang.Saat mendekat, semua orang segera menemukan sumber api.Syakia pun membelalak terkejut ketika melihat tumpukan mayat di kuburan massal.“Ini seharusnya perintah Bupati Nugraha.”Mayat orang-orang yang meninggal akibat wabah tidak boleh dibiarkan dengan begitu saja. Jika tidak, lama-kelamaan, itu akan menjadi sumber wabah baru.S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 359

    Wajah Syakia pun merona merah karena malu. Untungnya, Nugraha tidak lanjut memujinya. Setelah saling memuji, mereka pun segera membahas tentang urusan resmi.“Berkat obat herbal yang kamu kirim, keadaan di sini sudah membaik dalam beberapa hari terakhir. Obat-obat herbal itu benar-benar berkhasiat. Dari mana kamu membelinya? Apa kamu masih bisa mengirimnya kemari?” tanya Nugraha dengan cemas.Adika menggeleng. “Itu bukan obat herbal dariku. Putri Suci yang membawanya dari ibu kota.”“Putri Suci yang membawanya kemari?” Nugraha memandang Syakia dengan terkejut lagi.Syakia mengangguk pelan. “Memang aku yang bawa obat-obat herbal itu kemari. Tapi, semuanya sudah habis. Soalnya, aku yang tanam sendiri obat-obat herbal itu. Jadi, jumlahnya nggak banyak. Aku sudah bawa semua yang kupunya kemari.”Tatapan Nugraha yang awalnya dipenuhi harapan pun berubah menjadi kecewa.Namun, Syakia lanjut berkata, “Sebagian besar obat herbal yang kubawa sudah diantar ke Kabupaten Nirila. Selama obat-obat h

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 360

    “Ternyata begitu. Terima kasih atas kemurahan hati Putri Suci. Jujur saja, kalau bukan berkat obat herbal darimu yang bisa menstabilkan keadaan sebagian besar orang yang terjangkit wabah hanya dalam waktu sehari, mayat yang dibakar di luar hari ini mungkin akan lebih banyak lagi.”Orang-orang yang meninggal rata-rata adalah orang tua yang kesehatannya pada dasarnya memang sudah kurang baik. Jika tidak, mereka mungkin masih bisa bertahan hidup lebih lama.“Baguslah kalau obat-obat herbal itu membantu. Tapi, sebermanfaat apa pun sebuah obat herbal, yang terpenting itu masih tetap resep obat. Untung saja bawahan Bupati berhasil meracik obat yang bisa mengobati wabah ini. Kalau nggak, obat herbal yang kubawa datang juga nggak akan berpengaruh besar.”Syakia tidak akan menonjolkan diri di saat-saat seperti ini. Meskipun memang air spiritualnya yang memberikan manfaat paling besar, dia juga harus tetap bersikap rendah hati. Orang yang mengerti tentu saja akan tahu manfaat obat herbalnya. Con

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 361

    Namun, setelah Nugraha menerima 2 putaran obat herbal yang dikirim Syakia dengan harga murah di masa depan, dia baru menyadari bahwa dirinya sebenarnya sudah mendapatkan keuntungan yang sangat besar.Tentu saja, hari ini, Syakia datang bukan untuk menjual obat herbal. Setelah mencapai kesepakatan secara verbal, Syakia dan Adika pun pergi memeriksa situasi di seluruh Kabupaten Nirila. Keadaan di tempat ini memang sudah jauh lebih baik dari yang mereka perkirakan.Pembakaran mayat di luar gerbang kota yang Syakia dan Adikan saksikan tadi sudah tergolong ringan. Sebab, Nugraha memberi tahu mereka bahwa sebelumnya, mayat yang mereka bakar setiap harinya mencapai ratusan onggok.Rekor terbanyak adalah di hari wabah ini merebak di Kabupaten Nirila. Dalam satu malam, orang yang tewas mencapai 500-600 orang. Jumlah penduduk kabupaten ini juga hanya ribuan. Sekarang, yang tewas sudah hampir setengahnya.Syakia mendengarkan cerita Nugraha dalam diam. Begitu memasuki area isolasi Kabupaten Nirila

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 362

    Kahar memandang Ayu dengan penuh rasa iba. “Ayu, nggak apa-apa. Sekarang, kamu sudah pulang. Nggak akan ada orang yang bisa menyiksamu lagi.”Ayu masih menunjukkan tampang linglung karena kebanyakan menangis. Dia mencengkeram lengan Ranjana kuat-kuat sembari mengeluh pada Kahar, “Benarkah? Kak Kahar, Ayu. Benar-benar sudah pulang ke rumah? Kelak, Ayu nggak perlu masuk istana lagi?”“Iya. Ayu tenang saja. Yang Mulia Kaisar bilang, dia nggak akan menjadikanmu sebagai selirnya,” hibur Kahar dengan terburu-buru.Namun, Kahar tidak berani memberi tahu Ayu apa sebenarnya yang diucapkan Kaisar.Putri bungsu Adipati Pelindung Kerajaan tidak tahu tata krama dan tidak berpendidikan. Meskipun sudah masuk istana begitu lama, dia masih belum memenuhi syarat. Berhubung terlalu bodoh, dia tidak layak diangkat menjadi selir. Begitu ucapan itu keluar dari mulut Kaisar, rumor itu langsung tersebar dan Ayu terkenal sekali lagi, terutama bagian mengenai “terlalu bodoh dan tidak layak diangkat menjadi sel

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 363

    Damar hanya mengobrol sebentar dengan Ayu. Berhubung masih ada urusan yang harus ditanganinya, dia pun segera pergi.Tidak lama kemudian, yang tersisa dalam kamar hanyalah Kahar, Ranjana, dan Ayu yang berbaring di atas tempat tidur. Kahar dan Ranjana awalnya hanya berencana untuk menghibur Ayu sebentar lagi. Setelah Ayu tidak menangis, mereka juga akan kembali ke kamar masing-masing.Namun, ketika Kahar dan Ranjana hendak pergi, Ayu tiba-tiba menarik ujung pakaian Kahar. Dia yang bersembunyi di balik selimut hanya menunjukkan sepasang matanya. Kemudian, dia berkata dengan tampang takut, “Kak Kahar, ada yang mau kubicarakan denganmu. Bisa nggak kamu temani aku sebentar lagi?”Kahar tentu saja tidak akan menolak.“Kalau begitu, aku pergi istirahat dulu.”Ranjana hanya melirik Ayu, lalu langsung berbalik dan berjalan keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi.Setelah hanya tertinggal Ayu dan Kahar, Kahar baru bertanya, “Ada apa, Ayu? Apa yang mau kamu bicarakan sama Kakak?”“Kak Kahar, maaf. S

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 370

    Eira menggeleng. “Bukan, Bupati Nugraha memang sudah mengaturkan segala sesuatu untukku dengan baik, juga memberiku kompensasi. Tapi, mereka selalu melihatku dengan tatapan penuh iba. Bupati Nugraha juga sama.”Eira sudah tahu mengenai kejadian kakaknya. Setelah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi, perasaannya sekarang sangat sensitif. Dia dapat merasakan dengan jelas apa yang tersembunyi dalam tatapan orang-orang itu.Ada yang mengasihaninya, ada yang menghinanya, dan ada yang membencinya. Eira mengetahui semuanya. Dia membenci tatapan-tatapan seperti itu. Jadi, dia pun melarikan diri.Hanya saja, Eira tidak memiliki tujuan. Satu-satunya orang yang teringatnya hanyalah Putri Suci yang menyelamatkannya hari itu. Ketika mendengar namanya, tatapan Putri Suci tidak dipenuhi rasa kasihan, hinaan, ataupun kebencian, melainkan empati. Putri Suci berempati padanya.Begitu teringat hal ini, Eira yang tidak memiliki tujuan pun tidak bisa mengendalikan diri dan berusaha menyusul Syakia. Se

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 369

    Siapa yang datang untuk mencari mati?Setelah menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya, Syakia tidak langsung keluar, melainkan terlebih dahulu mendengar pergerakan di luar dari dalam ruang giok. Hala juga berada di luar. Jika orang yang datang berniat jahat, Hala pasti akan langsung menjatuhkannya.Di luar dugaan, Syakia tidak mendengar suara apa-apa lagi setelah beberapa saat. Dia juga tidak mendengar ada orang yang bertarung. Apa orang yang datang adalah orang yang dikenalnya?Syakia pun tertegun sejenak. Setelah memastikan orang itu belum mendekati tempat tidurnya, Syakia diam-diam keluar dari ruang giok dan langsung berbaring kembali ke tempat tidur.Seperti sudah menyadari kemunculannya, pada detik berikutnya, sebuah lilin dalam kamar pun menyala. Dalam sekejap, seluruh ruangan menjadi terang, juga menyinari orang yang masuk ke kamarnya di tengah malam itu.“Eira?” Saat melihat jelas sosok di sudut ruangan itu, Syakia seketika bertanya dengan terkejut, “Kenapa kamu ada di sini?

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 368

    Kama langsung menghabiskan sup obat yang pahitnya seolah-olah bisa membuat orang berubah bentuk itu.Setelah melihat Kama menghabiskan obat itu, Syakia mulai meracik obat lagi sambil bertanya, “Kamu masih mau kembali?”Kama langsung menggeleng tanpa ragu dan menjawab, “Kakak sudah bilang, di mana kamu berada, di situ pula aku akan berada.”“Nggak usah buat keputusan seburu-buru itu. Kamu seharusnya tahu, kalau kamu masih ingin kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ini adalah kesempatanmu.”“Selama kamu pura-pura bodoh, lalu bersandiwara seperti racunnya belum ditawarkan dan kamu masih kehilangan semua ingatan seperti sebelumnya, gerbang rumah itu akan selalu terbuka untukmu dan kamu bisa kembali lagi.”“Brak!” Kama tiba-tiba meninju sebuah papan dalam sangkar besi. Dia memandang Syakia sambil menggertakkan gigi. “Aku nggak dapat melakukannya, juga nggak mau kembali ke sana. Aku cuma mau bersamamu.”Syakia tersenyum mengejek. “Apa gunanya kamu ikuti biksuni sepertiku?”“Yang p

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 367

    Satu jam kemudian, kelompok Syakia baru berangkat untuk meninggalkan Kabupaten Nirila lagi. Kali ini, perjalanan mereka sangat lancar.Dua hari kemudian, rombongan ini tiba di Kalika. Mereka masih tinggal di tempat peristirahatan sebelumnya.Setelah makan malam bersama Adika, Syakia pun kembali ke kamarnya. Baru saja dia berbaring di tempat tidur dan hendak tidur, dia tiba-tiba melompat turun lagi.“Ya Tuhan! Aku sudah melupakannya!”Syakia buru-buru masuk ke ruang giok. Setelah sekian hari, dia akhirnya teringat pada Kama yang sudah diberi obat dan ditinggalkannya di dalam ruang giok.Saat masuk ke menara, Syakia melihat Kama yang sedang dikurung di sangkar besi dan memainkan jarinya saking merasa bosan.Benar, berhubung tidak dapat keluar, juga tidak menemukan orang untuk diajak berbicara, Kama merasa sangat bosan hingga mencapai tahap hanya bisa bermain dengan jarinya. Untungnya, entah apa yang sudah diberikan kepadanya sebelumnya, Kama masih merasa sangat kenyang sampai sekarang.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 366

    Begitu mendengar ucapan itu, Syakia pun terdiam. Dia menatap Eira di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa Eira adalah adiknya Ardi.Namun, ini juga sangat wajar. Dalam insiden Kabupaten Nirila, Eira diculik, orang tuanya dibunuh, sedangkan kakaknya langsung bunuh diri setelah membalaskan dendamnya. Semua orang tanpa sadar mengira bahwa Eira juga telah meninggal. Tak disangka, dia masih hidup, meskipun memang sudah nyaris tewas.“Kamu ... selalu bersembunyi selama beberapa hari terakhir?”Dinilai dari tampang Eira, dia sepertinya masih belum tahu bahwa kakaknya sudah pulang.Sesuai dugaan, Eira mengangguk. “Iya. Tebakan Putri Suci benar lagi.”Saat melihat ekspresi khawatir Syakia, mungkin saja karena Syakia baru saja menolongnya, Eira sama sekali tidak mewaspadai Syakia. Dia pun tidak tahan dan hendak menceritakan semua hal. Setelah tersenyum, wajahnya yang terlihat sangat kurus itu menunjukkan ekspresi menderita.“Sebelumnya, aku diculik o

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 365

    Pada saat yang sama, di Lukati.Syakia masih tidak mengetahui intrik yang terjadi di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Setelah menyelesaikan upacara doa terakhir, Syakia dan Adika tidak langsung meninggalkan Lukati seperti rencana awal, melainkan menetap beberapa saat untuk membantu Nugraha dalam menangani urusan di Kabupaten Nirila.Sampai semua penduduk Kabupaten Nirila terlepas dari bahaya dan wabah di seluruh Lukati sudah terkendali, mereka baru akhirnya menempuh perjalanan pulang ke ibu kota.“Putri Suci, jangan lupa sama 2 pesanan obat herbalku!”Kali ini, ketika Syakia dan Adika hendak pulang, Nugraha yang masih menetap di Kabupaten Nirila akhirnya memiliki waktu untuk mengantar kepergian mereka.“Bupati tenang saja, aku nggak akan melupakannya.”Kereta kuda perlahan-lahan melaju meninggalkan Kabupaten Nirila.Syakia yang sudah sibuk selama beberapa hari mengalihkan pandangannya dan berencana untuk menutup tirai, lalu beristirahat dengan baik di kereta kuda. Namun, ketika pan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 364

    Setelah mendengar Kahar yang menghiburnya, Ayu pun menunjukkan ekspresi yang sangat terharu. Dia melebarkan matanya yang terlihat memelas, tetapi juga bersikap bagaikan seekor kucing kecil yang takut dicampakkan.Ayu menarik pakaian Kahar dan tidak berhenti bertanya, “Benarkah? Kakak benar-benar nggak akan campakkan Ayu? Tapi, Ayu takut banget. Sekarang, Ayah sepertinya sangat kecewa pada Ayu, Kak Kama nggak menginginkan Ayu. Kak Abista ... Kak Abista sepertinya juga nggak begitu menyukai Ayu lagi.”“Sementara itu, kesehatan Kak Ranjana kurang baik. Ayu takut kalau Ayu terlalu bergantung padanya, dia juga akan merasa Ayu menyebalkan suatu hari nanti. Kalau Kak Kahar juga mau campakkan Ayu, Ayu benar-benar nggak punya apa-apa lagi.”Ayu tidak berhenti melontarkan ketakutannya, seolah-olah satu-satunya orang yang bisa diandalkannya di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan hanyalah Kahar. Hal ini pun membuat Kahar merasa iba.“Jangan takut. Kakak janji sama kamu!” Kahar mengangkat ketiga ja

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 363

    Damar hanya mengobrol sebentar dengan Ayu. Berhubung masih ada urusan yang harus ditanganinya, dia pun segera pergi.Tidak lama kemudian, yang tersisa dalam kamar hanyalah Kahar, Ranjana, dan Ayu yang berbaring di atas tempat tidur. Kahar dan Ranjana awalnya hanya berencana untuk menghibur Ayu sebentar lagi. Setelah Ayu tidak menangis, mereka juga akan kembali ke kamar masing-masing.Namun, ketika Kahar dan Ranjana hendak pergi, Ayu tiba-tiba menarik ujung pakaian Kahar. Dia yang bersembunyi di balik selimut hanya menunjukkan sepasang matanya. Kemudian, dia berkata dengan tampang takut, “Kak Kahar, ada yang mau kubicarakan denganmu. Bisa nggak kamu temani aku sebentar lagi?”Kahar tentu saja tidak akan menolak.“Kalau begitu, aku pergi istirahat dulu.”Ranjana hanya melirik Ayu, lalu langsung berbalik dan berjalan keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi.Setelah hanya tertinggal Ayu dan Kahar, Kahar baru bertanya, “Ada apa, Ayu? Apa yang mau kamu bicarakan sama Kakak?”“Kak Kahar, maaf. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 362

    Kahar memandang Ayu dengan penuh rasa iba. “Ayu, nggak apa-apa. Sekarang, kamu sudah pulang. Nggak akan ada orang yang bisa menyiksamu lagi.”Ayu masih menunjukkan tampang linglung karena kebanyakan menangis. Dia mencengkeram lengan Ranjana kuat-kuat sembari mengeluh pada Kahar, “Benarkah? Kak Kahar, Ayu. Benar-benar sudah pulang ke rumah? Kelak, Ayu nggak perlu masuk istana lagi?”“Iya. Ayu tenang saja. Yang Mulia Kaisar bilang, dia nggak akan menjadikanmu sebagai selirnya,” hibur Kahar dengan terburu-buru.Namun, Kahar tidak berani memberi tahu Ayu apa sebenarnya yang diucapkan Kaisar.Putri bungsu Adipati Pelindung Kerajaan tidak tahu tata krama dan tidak berpendidikan. Meskipun sudah masuk istana begitu lama, dia masih belum memenuhi syarat. Berhubung terlalu bodoh, dia tidak layak diangkat menjadi selir. Begitu ucapan itu keluar dari mulut Kaisar, rumor itu langsung tersebar dan Ayu terkenal sekali lagi, terutama bagian mengenai “terlalu bodoh dan tidak layak diangkat menjadi sel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status