Selama orang-orang mengikuti peraturan dan menerima pengobatan, mereka pasti bisa diselamatkan. Ternyata Putri Suci memang tidak membohongi mereka.Ini adalah kejadian di hari berikutnya. Sekarang, kembali lagi ke hari pertama Syakia mulai mengadakan upacara doa.Seusai berdoa di daerah wabah pertama, Syakia memanfaatkan waktu dengan baik dan pergi ke 2 daerah wabah lagi. Ada total 8 daerah wabah di Lukati. Selain Kabupaten Nirila, Syakia harus pergi ke 7 daerah wabah lainnya. Pada hari pertama, dia pergi ke 3 daerah wabah yang paling dekat, juga yang gejala wabahnya paling ringan.Pada hari kedua, Syakia pergi ke 2 daerah wabah. Jumlah penduduk yang terjangkit wabah di 2 tempat itu telah berlipat ganda dan mencapai di atas 500 orang. Sementara itu, penduduk yang terjangkit wabah di 2 daerah wabah terakhir bahkan mencapai ribuan orang. Ketika Syakia masuk ke area isolasi, dia hampir tenggelam dalam kerumunan orang. Untungnya, Adika bertindak cepat. Selain itu, mereka sudah memiliki
“Sepertinya ada yang lagi dibakar di jalan depan?”Sebelum tiba di Kabupaten Nirila, Syakia melihat ada sesuatu seperti bara api di kejauhan.Adika pun mengernyit dan memberi perintah, “Semuanya, periksa masker kalian dengan baik. Mulai sekarang, jangan sampai masker kalian lepas!”“Baik!”Setelah mendengar ucapan itu, Syakia yang berada di dalam kereta kuda juga segera memeriksa masker yang dikenakannya. Meskipun tubuhnya terlindung air spiritual dan dia tidak perlu takut tertular wabah, dia tetap harus bertindak sesuai prosedur. Setidaknya, dengan menunjukkan bahwa dirinya juga melindungi diri dengan baik, hal ini baru tidak akan menimbulkan kecurigaan orang.Saat mendekat, semua orang segera menemukan sumber api.Syakia pun membelalak terkejut ketika melihat tumpukan mayat di kuburan massal.“Ini seharusnya perintah Bupati Nugraha.”Mayat orang-orang yang meninggal akibat wabah tidak boleh dibiarkan dengan begitu saja. Jika tidak, lama-kelamaan, itu akan menjadi sumber wabah baru.S
Wajah Syakia pun merona merah karena malu. Untungnya, Nugraha tidak lanjut memujinya. Setelah saling memuji, mereka pun segera membahas tentang urusan resmi.“Berkat obat herbal yang kamu kirim, keadaan di sini sudah membaik dalam beberapa hari terakhir. Obat-obat herbal itu benar-benar berkhasiat. Dari mana kamu membelinya? Apa kamu masih bisa mengirimnya kemari?” tanya Nugraha dengan cemas.Adika menggeleng. “Itu bukan obat herbal dariku. Putri Suci yang membawanya dari ibu kota.”“Putri Suci yang membawanya kemari?” Nugraha memandang Syakia dengan terkejut lagi.Syakia mengangguk pelan. “Memang aku yang bawa obat-obat herbal itu kemari. Tapi, semuanya sudah habis. Soalnya, aku yang tanam sendiri obat-obat herbal itu. Jadi, jumlahnya nggak banyak. Aku sudah bawa semua yang kupunya kemari.”Tatapan Nugraha yang awalnya dipenuhi harapan pun berubah menjadi kecewa.Namun, Syakia lanjut berkata, “Sebagian besar obat herbal yang kubawa sudah diantar ke Kabupaten Nirila. Selama obat-obat h
“Ternyata begitu. Terima kasih atas kemurahan hati Putri Suci. Jujur saja, kalau bukan berkat obat herbal darimu yang bisa menstabilkan keadaan sebagian besar orang yang terjangkit wabah hanya dalam waktu sehari, mayat yang dibakar di luar hari ini mungkin akan lebih banyak lagi.”Orang-orang yang meninggal rata-rata adalah orang tua yang kesehatannya pada dasarnya memang sudah kurang baik. Jika tidak, mereka mungkin masih bisa bertahan hidup lebih lama.“Baguslah kalau obat-obat herbal itu membantu. Tapi, sebermanfaat apa pun sebuah obat herbal, yang terpenting itu masih tetap resep obat. Untung saja bawahan Bupati berhasil meracik obat yang bisa mengobati wabah ini. Kalau nggak, obat herbal yang kubawa datang juga nggak akan berpengaruh besar.”Syakia tidak akan menonjolkan diri di saat-saat seperti ini. Meskipun memang air spiritualnya yang memberikan manfaat paling besar, dia juga harus tetap bersikap rendah hati. Orang yang mengerti tentu saja akan tahu manfaat obat herbalnya. Con
Namun, setelah Nugraha menerima 2 putaran obat herbal yang dikirim Syakia dengan harga murah di masa depan, dia baru menyadari bahwa dirinya sebenarnya sudah mendapatkan keuntungan yang sangat besar.Tentu saja, hari ini, Syakia datang bukan untuk menjual obat herbal. Setelah mencapai kesepakatan secara verbal, Syakia dan Adika pun pergi memeriksa situasi di seluruh Kabupaten Nirila. Keadaan di tempat ini memang sudah jauh lebih baik dari yang mereka perkirakan.Pembakaran mayat di luar gerbang kota yang Syakia dan Adikan saksikan tadi sudah tergolong ringan. Sebab, Nugraha memberi tahu mereka bahwa sebelumnya, mayat yang mereka bakar setiap harinya mencapai ratusan onggok.Rekor terbanyak adalah di hari wabah ini merebak di Kabupaten Nirila. Dalam satu malam, orang yang tewas mencapai 500-600 orang. Jumlah penduduk kabupaten ini juga hanya ribuan. Sekarang, yang tewas sudah hampir setengahnya.Syakia mendengarkan cerita Nugraha dalam diam. Begitu memasuki area isolasi Kabupaten Nirila
Kahar memandang Ayu dengan penuh rasa iba. “Ayu, nggak apa-apa. Sekarang, kamu sudah pulang. Nggak akan ada orang yang bisa menyiksamu lagi.”Ayu masih menunjukkan tampang linglung karena kebanyakan menangis. Dia mencengkeram lengan Ranjana kuat-kuat sembari mengeluh pada Kahar, “Benarkah? Kak Kahar, Ayu. Benar-benar sudah pulang ke rumah? Kelak, Ayu nggak perlu masuk istana lagi?”“Iya. Ayu tenang saja. Yang Mulia Kaisar bilang, dia nggak akan menjadikanmu sebagai selirnya,” hibur Kahar dengan terburu-buru.Namun, Kahar tidak berani memberi tahu Ayu apa sebenarnya yang diucapkan Kaisar.Putri bungsu Adipati Pelindung Kerajaan tidak tahu tata krama dan tidak berpendidikan. Meskipun sudah masuk istana begitu lama, dia masih belum memenuhi syarat. Berhubung terlalu bodoh, dia tidak layak diangkat menjadi selir. Begitu ucapan itu keluar dari mulut Kaisar, rumor itu langsung tersebar dan Ayu terkenal sekali lagi, terutama bagian mengenai “terlalu bodoh dan tidak layak diangkat menjadi sel
Damar hanya mengobrol sebentar dengan Ayu. Berhubung masih ada urusan yang harus ditanganinya, dia pun segera pergi.Tidak lama kemudian, yang tersisa dalam kamar hanyalah Kahar, Ranjana, dan Ayu yang berbaring di atas tempat tidur. Kahar dan Ranjana awalnya hanya berencana untuk menghibur Ayu sebentar lagi. Setelah Ayu tidak menangis, mereka juga akan kembali ke kamar masing-masing.Namun, ketika Kahar dan Ranjana hendak pergi, Ayu tiba-tiba menarik ujung pakaian Kahar. Dia yang bersembunyi di balik selimut hanya menunjukkan sepasang matanya. Kemudian, dia berkata dengan tampang takut, “Kak Kahar, ada yang mau kubicarakan denganmu. Bisa nggak kamu temani aku sebentar lagi?”Kahar tentu saja tidak akan menolak.“Kalau begitu, aku pergi istirahat dulu.”Ranjana hanya melirik Ayu, lalu langsung berbalik dan berjalan keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi.Setelah hanya tertinggal Ayu dan Kahar, Kahar baru bertanya, “Ada apa, Ayu? Apa yang mau kamu bicarakan sama Kakak?”“Kak Kahar, maaf. S
Setelah mendengar Kahar yang menghiburnya, Ayu pun menunjukkan ekspresi yang sangat terharu. Dia melebarkan matanya yang terlihat memelas, tetapi juga bersikap bagaikan seekor kucing kecil yang takut dicampakkan.Ayu menarik pakaian Kahar dan tidak berhenti bertanya, “Benarkah? Kakak benar-benar nggak akan campakkan Ayu? Tapi, Ayu takut banget. Sekarang, Ayah sepertinya sangat kecewa pada Ayu, Kak Kama nggak menginginkan Ayu. Kak Abista ... Kak Abista sepertinya juga nggak begitu menyukai Ayu lagi.”“Sementara itu, kesehatan Kak Ranjana kurang baik. Ayu takut kalau Ayu terlalu bergantung padanya, dia juga akan merasa Ayu menyebalkan suatu hari nanti. Kalau Kak Kahar juga mau campakkan Ayu, Ayu benar-benar nggak punya apa-apa lagi.”Ayu tidak berhenti melontarkan ketakutannya, seolah-olah satu-satunya orang yang bisa diandalkannya di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan hanyalah Kahar. Hal ini pun membuat Kahar merasa iba.“Jangan takut. Kakak janji sama kamu!” Kahar mengangkat ketiga ja
Setelah mendengar tidak perlu membuat surat perjanjian, Eira merasa agak sedih. Jika dia bisa membuat surat perjanjian menjual diri kepada Syakia, dia akan benar-benar menjadi orang milik Syakia. Kelak, ke mana pun Syakia pergi, dia juga boleh mengikutinya secara terang-terangan.Sayangnya, Syakia tidak membuat surat perjanjian. Eira mau tak mau menekan perasaan kecewanya. Namun, meskipun tidak ada surat perjanjian menjual diri, dia juga akan bekerja dengan baik. Suatu hari nanti, dia pasti bisa menjadi orang milik Syakia.Setelah berpikir begitu, Eira pun menyemangati diri, lalu mulai mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakannya di kamar Syakia. Dia adalah satu-satunya dayang Syakia. Dia yang harus bertanggung jawab atas semua pekerjaan di sekitar Syakia.Seusai beres-beres, Syakia pun turun dengan diekori seseorang.Pada saat ini, Adika sedang duduk di aula penginapan. Di meja di hadapannya, terdapat setumpuk laporan keuangan, sedangkan di depan pintu aula, berlutut sekelompok
Setelah kembali ke penginapan, Adika langsung mendorong Syakia masuk ke kamar. “Cepat tidur sekarang juga. Kamu baru saja sembuh. Mau sakit lagi?”“Iya, iya. Aku tidur sekarang juga.”Saat ini, Syakia tidak berani membantah ucapan Adika. Apalagi, masalah malam ini memang sudah menghabiskan banyak waktu. Baru saja kembali ke kamar, dia sudah mulai mengantuk.“Jadi, dua orang itu ....”“Kamu nggak usah peduli. Aku yang akan tangani semuanya.”Adika merapikan rambut Syakia, lalu segera menarik kembali tangannya. “Sudah, cepat tidur. Besok, kita istirahat sehari lagi di Kalika. Lusa, kita baru berangkat kembali ke ibu kota.”Rencana awal mereka adalah beristirahat dengan baik malam ini, lalu melanjutkan perjalanan besok. Namun, masalah malam ini sudah berlanjut hingga begitu larut. Syakia tentu saja tidak akan mendapatkan istirahat yang cukup. Jadi, Adika langsung memutuskan untuk mengundur perjalanan mereka sehari. Sementara itu, Syakia yang dapat beristirahat lebih lama tentu saja tidak
“Hehe. Wanita secantik ini baru layak untukku.” Bayu merapikan rambutnya, seolah-olah dirinya sangat tampan. Kemudian, Bayu berkata pada Syakia dengan tampang sombong. “Cantik, kamu menyempatkan diri untuk datang menolong wanita jalang ini di tengah malam, kalian pasti teman, ‘kan? Berhubung begitu, aku akan kasih kamu sebuah kesempatan. Selama kamu gantikan dia untuk melayaniku, aku akan melepaskannya. Gimana?”Syakia tidak menyahut atau bahkan melirik Bayu. Dia hanya mengulurkan tangan untuk memapah Laras supaya Hala dapat bertindak dengan leluasa.Melihat dirinya diabaikan, Bayu sontak merasa marah karena malu. “Kalian berani nggak menghormatiku? Bagus! Bagus! Kalau begitu, jangan salahkan aku bertindak kejam pada wanita!”“Dasar bajingan-bajingan bodoh! Kenapa kalian masih berlutut! Memangnya kalian mau kepala kalian kupenggal?” seru Bayu dengan marah. Kemudian, dia menendang seorang pengawal yang paling dekat dengannya dan memaki, “Kalau kalian nggak tangkap wanita cantik ini unt
Seiring dengan seruan orang itu, orang lainnya juga segera tersadar. Dalam sejenak, semua orang pun berlutut di hadapan Syakia. Di seluruh jalan, menggema suara semua orang yang menyapa, “Hormat, Putri Suci.”Syakia pun tertegun.“Gadis ini sudah terluka parah. Aku nggak tega melihat keadaannya dan hendak membawanya kembali ke penginapan supaya bisa mengobatinya. Kalau majikan kalian mau tangkap dia, suruh saja dia ke penginapan untuk bertemu denganku.”“Baik!”Sekelompok pengawal itu sangat bersemangat. Mereka tidak berani banyak bertanya dan segera mengiakan permintaan Syakia. Jangankan mencegah, ketika Syakia berbalik, para pengawal buru-buru membuka jalan untuknya.Melihat reaksi mereka, Syakia pun menyuruh Hala untuk memapah Laras dan hendak langsung pergi. Tepat pada saat ini, Bayu juga telah tiba.“Berhenti! Dasar pecundang! Buat apa kalian berlutut! Cepat tangkap orangnya!”Bayu menggerakkan tubuhnya yang gemuk dan berlari mendekat dengan terengah-engah. Dia juga langsung memak
Laras tahu bahwa Syakia sedang marah. Mungkin saja karena ucapannya tadi, mungkin juga karena Syakia teringat masa lalu. Laras pun tidak lagi berbicara. Dia menatap Syakia mengoleskan obat dan membungkus lukanya dalam diam.“Di mana dayangmu itu? Kenapa dia nggak kelihatan?” tanya Syakia setelah mengobati Laras, seolah-olah baru mengingat hal ini.Laras terdiam sejenak, lalu menjawab dengan jujur, “Dia sudah mati.”“Mati?” Syakia merasa sangat terkejut.“Di hari aku dibawa ke kediaman Keluarga Pianda, Bayu hendak langsung melecehkanku. Aku nggak menurut dan dia pun memukulku. Dayangku dipukul sampai mati demi melindungiku.”Saat berbicara, ekspresi Laras terlihat sangat tenang. Dia seolah-olah sama sekali tidak peduli pada kematian dayang itu.Syakia melirik Laras dan tidak berbicara lagi.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Langkah kaki itu terdengar makin dekat dengan gang ini dan para pengawal itu juga berjalan masuk.Syakia sontak terkejut dan menoleh untuk me
“Cepat tangkap mereka! Meski harus cari ke seluruh Kalika, mereka harus tertangkap!”Dalam semalam, seluruh Kalika dilanda kekacauan. Semua orang mengatakan bahwa selirnya Bayu Pianda, putra keluarga terkaya di Kalika itu telah melarikan diri padahal baru tiba beberapa hari. Jadi, semua orang dapat melihat pengawal Keluarga Pianda yang tidak berhenti mencari orang pada tengah malam.Meskipun sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari secepatnya, mereka tetap tidak dapat berlari cepat. Melihat ada makin banyak orang yang mengejar dari belakang, Syakia pun menarik Laras dan berbelok ke sebuah gang kecil untuk bersembunyi.“Gimana? Sudah kelihatan orangnya?”“Di depan nggak ada, di belakang juga nggak ada.”“Geledah semua tempat! Tuan Bayu sudah kasih perintah orangnya harus tertangkap. Kalau mereka berani melawan, langsung pukul saja sampai mati!”“Baik!”Pengawal-pengawal itu segera menyebar untuk mulai menggeledah.Syakia yang bersembunyi di sudut melirik ke luar. Untuk sementara,
Melihat sekelompok orang itu tidak akan lanjut memukul Laras, Syakia baru mengalihkan perhatiannya dan berbisik pada Hala, “Ayo jalan. Sudah saatnya kita pulang.”Syakia adalah seorang biksuni, juga telah mempelajari ilmu pengobatan dari Shanti. Dia datang ke tempat ini hanya tidak ingin melihat Laras dipukul sampai mati. Berhubung orangnya tidak akan mati, masalah ini sudah sama sekali tidak berhubungan dengannya.Ketika Syakia hendak berbalik untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara lagi dari arah sekelompok orang itu.“Aku bisa ampuni nyawamu, tapi kamu ....”Bayu menyentuh wajah Laras, lalu lanjut berkata sambil tersenyum mesum, “Berhubung kamu nggak bersedia turuti kemauanku, aku akan hadiahkan kamu kepada beberapa pelayanku ini. Apalagi, mereka sudah habiskan banyak tenaga untuk menangkapmu kembali malam ini. Jadi, kamu layani saja mereka dengan baik.”“Hahaha! Terima kasih atas hadiahnya, Tuan!”Wajah Laras seketika memucat. “Coba saja kalau kamu berani! Aku ini putri menteri sekr
“Plak!”Di dalam halaman rumah yang gelap, beberapa pelayan mengangkat obor dan mengepung Laras yang baru ditangkap kembali karena melarikan diri sebelumnya. Mereka membiarkan majikan mereka memukul Laras sesuka hatinya.“Dasar wanita jalang! Kamu sudah jadi selirku, tapi masih berani berani bersikap layaknya wanita bangsawan di hadapanku? Kamu kira kamu itu siapa? Kamu itu cuma putri selir yang rendahan! Beraninya kamu melawanku! Kamu tahu berapa harga ayahmu menjualmu?”Pria bertubuh gemuk itu mencolek dahi Laras dengan jarinya yang gemuk. Dia lanjut berujar dengan tampang seolah dirinya sangat rugi, “Putri selir sepertimu dijual dengan harga 10.000 tael! Kalau bukan karena reputasi ayahmu, kamu kira kamu bernilai 10.000 tael? Cih! Pelacur papan atas di rumah bordil jauh lebih cantik dari kamu!”Laras menopang bagian atas tubuhnya sambil menahan rasa sakit. Dia menatap pria gemuk di hadapannya dan ada kilatan sinis yang melintasi matanya. Namun, setelahnya, dia segera menunjukkan tam
Eira menggeleng. “Bukan, Bupati Nugraha memang sudah mengaturkan segala sesuatu untukku dengan baik, juga memberiku kompensasi. Tapi, mereka selalu melihatku dengan tatapan penuh iba. Bupati Nugraha juga sama.”Eira sudah tahu mengenai kejadian kakaknya. Setelah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi, perasaannya sekarang sangat sensitif. Dia dapat merasakan dengan jelas apa yang tersembunyi dalam tatapan orang-orang itu.Ada yang mengasihaninya, ada yang menghinanya, dan ada yang membencinya. Eira mengetahui semuanya. Dia membenci tatapan-tatapan seperti itu. Jadi, dia pun melarikan diri.Hanya saja, Eira tidak memiliki tujuan. Satu-satunya orang yang teringatnya hanyalah Putri Suci yang menyelamatkannya hari itu. Ketika mendengar namanya, tatapan Putri Suci tidak dipenuhi rasa kasihan, hinaan, ataupun kebencian, melainkan empati. Putri Suci berempati padanya.Begitu teringat hal ini, Eira yang tidak memiliki tujuan pun tidak bisa mengendalikan diri dan berusaha menyusul Syakia. Se