“Ayah!” Kahar sangat terkejut dan kecewa setelah mendengar ucapan Damar. “Sekarang ... kamu jadi sama dengan Kak Kama dan mau bantu Syakia?”“Coba lihat jelas dulu di mana kamu berada sekarang, lalu pikirkan lagi kata-katamu itu!” Damar benar-benar sangat kecewa pada putranya itu. “Kalau aku benar-benar mau bantu Syakia, buat apa aku bawa kamu kembali? Lebih baik aku biarkan kamu mati di tangannya.”“Tapi, apa maksud Ayah sebenarnya? Kamu larang aku keluar biar aku nggak bisa cari si gadis busuk itu. Bukannya itu karena kamu mau halangi aku untuk dapatkan kembali perkebunanku?”Di dalam nada Kahar yang marah, terkandung sedikit rasa tidak adil. “Itu perkebunan yang diberikan Kakek Buyut untukku! Atas dasar apa kamu kasih perkebunanku ke Syakia!”“Karena kamu terlalu senggang dan selalu buat onar! Lihat saja apa yang sudah kamu dan Ranjana lakukan belakangan ini! Kalian masih belum cukup mempermalukan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan? Jangan kira aku nggak tahu bahwa kamu dan Ranjana
Bagaimanapun juga, Ayu sudah mengincar 4 perkebunan kakak-kakaknya itu dari dulu. Hanya saja, dia masih belum bisa bertindak karena beberapa hal yang terjadi sebelumnya. Tak disangka, Syakia masih belum puas setelah merebut Paviliun Awana dan Menara Phoenix darinya, juga mengincar perkebunan Kahar dan yang lain seperti dirinya. Ayu tidak akan membiarkan wanita jalang itu berhasil!Setelah berpikir begitu, Ayu malah tiba-tiba menyadari ekspresi ayahnya yang terlihat agak aneh.“Ayah kenapa?” Ayu menatap Damar dan bertanya dengan bingung, “Kenapa ekspresi Ayah begitu buruk?”Damar awalnya tidak menjawab. Setelah sesaat, dia baru berkata pada Kahar dengan pelan, “Paviliun Latana milikmu dan Paviliun Cimbara milik Kama sudah didapatkan Syakia.”“Apa?”“Apa?”Kahar langsung berdiri. Namun, karena gerakannya terlalu cepat, tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih pun terhuyung-huyung dan hampir jatuh ke lantai.Ayu langsung membelalak. Dia tidak menyangka Kahar tidak mengecewakannya, tetapi aya
“Sahana, boleh nggak aku ....”“Nggak boleh.”“Bruk!”Syakia langsung menghantam Kama dengan tongkat kayunya untuk membuatnya pingsan. Untuk berjaga-jaga, dia juga menutupi mata kedua orang itu dan mengikat mereka. Setelahnya, dia baru menyeret mereka dari ruang giok.“Hala,” panggil Syakia.Hala segera muncul di luar kamar Syakia, lalu mendorong pintu dan masuk.“Bawa mereka pergi dan taruh saja mereka di rumah gubuk Kama.”“Baik.”Siang itu, Damar pun menerima kabarnya dan memberi perintah, “Bawa kedua pembangkang itu kemari!”...Ketika Kama dan Kahar tersadar kembali, mereka sudah kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Ayah ....”Kahar yang baru membuka mata dan melihat Damar langsung gembira. Namun, dia malah tiba-tiba ditampar dengan kuat.“Dasar bajingan nggak berguna! Kalau kamu masih berani timbulkan masalah untukku, keluar dari rumah ini bersama Kama, si anak pembangkang itu!”Kali ini, Damar benar-benar marah. Jadi, dia sama sekali tidak mengendalikan kekuatannya.
Syakia tersenyum. “Aku nggak ngerti maksud ucapan Tuan Joko.”Joko tertegun sejenak, lalu segera mengerti maksud Syakia. “Maaf, aku yang salah bicara. Yang mau ditanyakan Adipati adalah, apa yang harus dilakukannya agar Putri Suci memaafkan mereka?”Syakia tahu apa tujuan kedatangan Joko. Jadi, Kama dan Kahar pasti ada di tangan Syakia. Namun, ada beberapa hal yang tidak boleh dikatakan dengan terlalu terang-terangan tanpa bukti.“Perkebunan Keluarga Kuncoro sangat bagus, seperti Paviliun Awana.” Syakia menatap Joko dan bertanya, “Dengar-dengar, Tuan Joko juga pernah pergi ke sana. Tuan seharusnya juga berpikiran sama, ‘kan?”Joko terdiam sejenak, lalu mengangguk dan menjawab sambil tersenyum, “Memang sangat bagus.”Setelah menyampaikan kabar ini kepada Damar, Damar tentu saja langsung mengerti. Dia mencibir, “Dulu, aku benar-benar nggak tahu putri pembangkang itu punya ambisi sebesar ini.”Joko menyesap tehnya, lalu melirik Damar. “Dengar-dengar, kalian pernah rebut Paviliun Awana dan
“Nggak mungkin! Selama kita masih di ibu kota, nggak peduli betapa jauhnya itu, Ayah nggak mungkin nggak temukan tempat ini! Kak Kama, jangan bohongi aku lagi. Aku tahu kamu mau bantu Syakia dapatkan Paviliun Latana dariku, ‘kan? Tapi, itu perkebunanku dan diberikan Kakek Buyut kepadaku! Kenapa aku harus memberikannya pada Syakia!”“Karena kita juga pernah merebut perkebunannya!” bentak Kama dengan suara yang lebih kuat dari suara Kahar. Kama memegang kepalanya dan lanjut berkata dengan penuh penderitaan, “Kamu sudah lupa? Dulu, kita yang duluan rebut Paviliun Awana dan Menara Phoenix dari Syakia karena Ayu bilang dia menginginkannya.”Kahar menunjukkan ekspresi kaku tanpa mengatakan apa-apa.Pada akhirnya, Kama berkata dengan tidak berdaya, “Sebagai kakak keduamu, kamu sudah harus bersyukur karena aku nggak permasalahkan apa yang kamu dan Ranjana lakukan terhadapku. Sekarang, ini juga terakhir kalinya aku menasihatimu. Nggak peduli apa yang kamu pikirkan, pokoknya aku sudah buat kepu
Hari pertama berlalu.Hari kedua berlalu.Hari ketiga berlalu.Pada hari keempat, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan datang ke Kuil Bulani lagi. Sayangnya, jawaban yang mereka dapatkan masih sama, tidak ada orang yang melihat Kahar.Namun, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan tidak berani asal menggeledah. Sebab, Damar tahu jelas di mana Kahar, tetapi tidak memiliki bukti. Jadi, dia tidak berani langsung masuk ke Kuil Bulani dan meminta Syakia melepaskan Kahar.Hanya saja, ada banyak bawahan Damar yang tidak berhenti berlalu-lalang di kaki Gunung Selatan. Mereka semua mengawasi orang di atas gunung. Sayangnya, Syakia tidak turun gunung. Jadi, mereka pun tidak menemukan bukti apa pun.Di dalam ruang giok, Syakia tetap memberikan makanan bagi Kama yang dikurung di sangkar besi. Kemudian, dia duduk dan mengamati kedua orang dalam sangkar besi seperti biasa.“Lapar ... lapar sekali ....”Kahar sudah tidak dapat bertahan. Selama 3-4 hari terakhir, dia sudah tidak minum
Suasana di seluruh menara pun menjadi hening.Kama tidak lagi berbicara dan hanya menatap Syakia dalam diam. Air matanya masih mengalir dalam diam.Satu jam kemudian, Syakia membawa obat penawar yang sudah selesai diraciknya ke samping sangkar besi. Dia membuka tutup botol obat itu dan menuangkannya ke wajah Kahar.Setelah sesaat, Kahar akhirnya tersadar. Dia masih berada di tempat yang sama. Apa ayahnya masih belum menemukan mereka?Kahar tidak berbicara. Setelah berbalik dan bangkit untuk duduk, dia melihat Kama yang duduk diam sambil melamun di sudut sangkar besi. Namun, entah apakah dia berilusi karena obat yang diberikan Syakia, dia sepertinya melihat jejak air mata di wajah kakaknya itu?Kahar pun mengusap matanya, lalu mengamati Kama lagi. Dia akhirnya menemukan bahwa dirinya tidak salah lihat. Dia pun terkejut dan bertanya, “Kak Kama, kenapa kamu menangis?”Apa Syakia melakukan sesuatu pada Kama setelah membuatnya tidur? Begitu memikirkan hal ini, Kahar langsung menoleh ke arah
Kama menahan bau menyengat itu dan memapah Kahar yang tidak sadarkan diri. Setelah membuka mata Kahar dan memeriksanya, dia menemukan bahwa Kahar tidak apa-apa, hanya pingsan. Anehnya, kenapa dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun? Apa Syakia sengaja melindunginya?Kama seketika merasa agak gembira. Ketika menyiram cairan obat tersebut, Syakia memang hanya mengarahkannya ke tubuh Kahar. Dengan kata lain, dia tetap sedikit berbeda dari orang lainnya di hati Syakia?Kama sama sekali tidak menyadari ada bercak basah di ujung pakaiannya. Dia hanya diam-diam bergembira karena tebakannya itu....Di sisi lain, Syakia tidak tahu apa yang dipikirkan Kama di dalam ruang giok. Setelah keluar dari ruang giok, dia menjalankan rutinitasnya seperti biasa, yaitu membaca sutra, menyalin sutra, dan menanam obat.Sesuai dugaan, orang-orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan datang ke Kuil Bulani. Namun, orang-orang itu hanya bertanya pada para biksuni apakah mereka melihat Kahar. Setelah
Setiap anak Anggreni lahir, Keluarga Kuncoro akan datang memberikan hadiah. Seperti Paviliun Awana yang diberikan kepada Syakia, keempat kakaknya juga menerima perkebunan masing-masing.Hanya saja, berhubung Syakia adalah anak bungsu dan merupakan satu-satunya cucu perempuan Keluarga Kuncoro, dia baru diberikan tambahan Menara Phoenix.Kahar juga mendapatkan perkebunan lain Keluarga Kuncoro yang terletak di pinggiran ibu kota dan dinamai Paviliun Latana.Di kehidupan sebelumnya, Ayu sudah mengincar perkebunan-perkebunan yang dimiliki kakak-kakak Syakia. Bagaimanapun juga, itu adalah perkebunan yang sengaja dipilihkan oleh Keluarga Kuncoro dan yang paling berharga. Selama bukan sengaja dihancurkan atau ditelantarkan, tempat-tempat itu juga bagaikan tambang emas yang dapat menghasilkan uang yang tak terbatas meskipun hanya dibiarkan begitu saja.Ayu sangat iri pada anak-anak Anggreni yang sudah memiliki segalanya begitu dilahirkan. Jadi, dia tidak mungkin rela menyerah jika tidak merebu