Bara memandang Salma yang berlalu ke kamar mereka dengan menahan kantuknya. Bara hanya tersenyum melihat sang istri."Selamat tidur, Salma," ujar Bara pelan.Bara menghabiskan kopinya yang sudah dingin, kemudian menghisap satu batang rokok kembali. Baru masuk ke kamar berusaha untuk tidur kembali.Tampak Salma sudah terlelap dengan memeluk gulingnya."Maafkan mas Sal," ujar Bara sambil memandang wajah teduh sang istri.Kemudian Bara mengecup lama kening Salma dengan lembut.Bara merebahkan tubuhnya di samping sang istri, memeluk Salma hingga terlelap.Saat terbangun di pagi hari Bara tidak mendapati Salma disampingnya, sang istri pasti setelah melakukan shalat subuh langsung berkutat di dapur membantu bik Rasi menyiapkan makanan untuk sarapan, walaupun ada mbok Inah dan bik Sri yang juga membantu.Berkali dilarang untuk membantu, namun Salma tak mengindahkan. Karena memang sudah terbiasa bangun pagi dan melakukan tugas rumah tangga tersebut.Bara melihat ponselnya dan ada sebuah pesan
"Papa sama Mama lihatin apa sih?" tanya seorang perempuan cantik bak model. "Itu abang kamu," jawab sang ayah menunjuk ke arah Bara dan Salma yang sedang makan. Sontak perempuan itu menoleh dan melongo kala bisa melihat Bara secara langsung. "Samperin yok, Pa," ajaknya. "Jangan," jawab ayahnya. Iya disaat yang bersamaan Bizar bersama istri dan anaknya sedang menikmati makan malam di restoran yang sama dengan Bara dan Salma. "Itu laki-laki yang sebelahnya siapa, Pa?" tanya Alin anak perempuan Bizar. "Itu pengawalnya," jawab Bizar tanpa mengalihkan perhatian dari Bara. "Wow, low profile banget bahkan makan satu meja dengan pengawalnya," kagum sang anak. "Iya, ibu asuhnya benar-benar baik dan bagus banget cara didik anak-anaknya, kalau dia dibesarkan oleh Bira gak bakal dia seperti itu," ujar Bizar. "Mirip sama Papa," gumam sang istri. "Itu anaknya?" tanya sang putri penasaran. "Itu anak yang Bara ambil dari panti dan dirawat bersama cucunya Hario," jawab Bizar. Alin sang p
"Salma gak melamun, Mas," elak Salma."Yaudah Mas mandi dulu ya," ujar Bara dan berlalu masuk ke kamar mandi, karena bajunya bau asap rokok.Walaupun Salma tidak pernah protes akan hal itu, namun Bara menghargai sang istri dengan tidak bau asap bila di dekatnya."Iya, Mas," jawab Salma pelan. Entah dia sendiri pun bingung dengan pikirannya, padahal sejak pulang kerumah Bara tidak menunjukkan gelagat yang aneh."Astagfirullah," ujar Salma menggeleng dan segera menyiapkan baju ganti untuk sang suami.Bara keluar kamar mandi dengan hanya berbalut handuk, wajahnya tampak segar. Bara segera mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Salma."Ada apa, kok mandang Mas gitu? Ganteng? Seksi?" goda Bara kepada Salma yang tengah memandangnya tanpa berkedip."Ih apaan sih Mas, suami Salma itu memang ganteng kok," jawab Salma sambil tersenyum.**Bara, Salma, dan Rikel sudah bersiap berangkat ke sebuah mall untuk ajak Rikel main sepuasnya."Yuda, yok kita ke Indah Mall," ajak Bara kepada Yuda.Disaat
Feeling seorang istri kadang tidak pernah salah, begitupun dengan Salma. Biasanya walaupun Bara pulang terlambat Salma tidak pernah menelepon. Entah hari ini tiba-tiba dia menelpon."Mas dimana? Kayak lagi dijalan?" tanya Salma."Enggak, Mas masih di kantor. Sebentar lagi Mas pulang ya," jawab Bara sedikit gugup.Salma memandang layar hp nya ada yang tidak biasa dari Bara. Tadi Yuda bilang Bara tidak ada di kantor, sedangkan Bara bilang masih dikantor."Mungkin tadi Mas Bara lagi keruangan lain," gumam Salma tetap berpikiran positif untuk sang suami. Karena dia tahu Bara selama ini tidak pernah berbohong.Bara tiba di kantor dan langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri. Menunggu hingga rambutnya mengering baru pulang kerumah.Rasa bersalah kepada Salma menghantuinya."Tadi ibu telepon, saya cari-cari bapak gak ada diruangan," ujar Yuda saat mereka sudah dalam perjalanan."Tadi perut saya sakit banget, mungkin saya lagi di kamar mandi," jawab Bara cuek sambil memainkan ponselny
"Ainel jadi jemput Tama?" tanya Bara kepada Salma."Kan sama Jojo pesan Mas kemaren," jawab Salma sambil memandang sang suami."Iya maksudnya Ainelnya kesini dulu kan, baru Jojo antar kemana yang mereka mau," ujar Bara."Jam sepuluh katanya Ainelnya kesini," beritahu Salma."Oh oke. Rikel gak ikut, kan?" tanya Bara lagi."Kayaknya gak deh Mas, tar gak dapat quality time berdua nya," jawab Salma."Gapapa, Rikel bisa main dirumah sama kita.""Mas kerja hari ini?" tanya Salma."Iya setengah hari saja, ada laporan yang mesti di cek," jawab Bara.Salma hanya mengangguk dan kemudian sibuk membantu bik Rasi menyiapkan makanan diatas meja untuk sarapan. Sedangkan Bara asyik dengan kopinya."Mbok Inah kemana, bik?" tanya Salma."Siram tanaman bu, kan udah beberapa hari gak ujan," jawab bik Rasi."Mang Bidin dan mang Ujang kemana?" sambung Bara heran karena seharusnya yang bertanggung jawab terhadap rumput dan tanaman itu kedua lelaki paruh baya tersebut."Itu loh pak, mereka berdua nyiram tana
Bu Aisah yang melihat bu Bira keluar kamar membawa koper besar, langsung mendekat."Ibu mau kemana?" tanya bu Aisah sambil menahan tangan bu Bira."Saya mau pulang ke rumah saya bu, percuma saya disini anak saya tidak pernah menghargai saya, tidak pernah menganggap saya ada, dan bahkan berani berteriak kepada saya," jawab bu Bira sambil menangis melirik ke arah Bara dan Salma yang sedang makan.Salma memilih menghentikan makannya, sedangkan Bara seolah tak peduli terus melanjutkan makannya, hanya ekor matanya melirik sekilas ke arah sang Mama yang sedang memainkan aktingnya. Playing victim."Udah bu kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tunggu Bara selesai makan ya," bujuk bu Aisah membimbing bu Bira duduk di sofa depan TV. Sedangkan bik Sri memilih masuk ke kamarnya tidak mau ikut campur urusan keluarga sang majikan.Bu Bira menurut duduk di sofa sambil menyeka air matanya seolah-olah dia adalah orang yang paling terzalimi, padahal justru sebaliknya jika dibandingkan dengan Salma, sang