Share

Bab 7 Galvin Wijaya akan Membalas Semuanya

"A-Apa? Racun?!" Lisa terlihat begitu terkejut mendengar ucapan Galvin. Seluruh tubuhnya bergetar. 

Di saat mendapatkan cukup sampel, Galvin pun membalut jari ibunya. Di dalam hati, pria itu membatin, ‘Sepertinya, daftar hitamku bertambah panjang.’ Matanya memancarkan aura membunuh yang kuat. ‘Paman Anson, ya? Jadi dia–’ 

KRAK! 

Tepat ketika Galvin baru saja selesai membalut jari ibunya dan memikirkan tentang sang paman, suara dentuman keras dari ruang utama terdengar. Keributan tersebut pun membuat Galvin melihat Lisa berlari cepat ke luar kamar. Pria itu mengikuti dengan waspada lantaran sejumlah langkah kaki terdengar menghampiri. 

BRAK!

Belum sempat Galvin dan Lisa mencapai pintu, pintu utama kediaman mereka ditendang terbuka. Seorang pria muda bertubuh kurus dalam balutan jas mewah dan celana hitam muncul bersama dengan sejumlah penjaganya. 

Kala dirinya mendaratkan pandangan pada Lisa, seringai sombong terlukis di wajah pria muda tersebut seraya dia mengumumkan, “Lisa Wijaya, hari ini kamu harus ikut denganku dan menjadi istriku!” Namun, saat pandangannya melihat sosok Galvin berdekatan dengan Lisa, dia memasang wajah marah dan memaki, “Baj*ngan dari mana kamu, hah?! Beraninya mendekati calon istriku!?” 

Galvin mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan pria di hadapannya, dia memperhatikan pria itu dan merasa bingung dengan siapa orang itu. Yang jelas, pengumuman yang dilontarkan pria itu membuat hati Galvin tidak senang. 

'Pria macam apa yang melamar seorang gadis seperti seorang rentenir menagih utang?' gumam Galvin seraya menatap pria itu dengan datar. 

Tidak hanya itu, caranya bersikap kepada Galvin membuat pria kurus itu terkesan tidak sopan dan merendahkan. 

"Brengs*k! Berani sekali kamu menatapku seperti itu?!" Teriak pria kurus itu dengan kesal, dia menatap Galvin dengan wajah yang garang. "Apa kamu tidak takut matamu itu aku cungkil?!" 

"Jaga mulut kotormu itu!" Lisa berteriak sambil memasang wajah yang jijik. "Siapa yang kamu panggil calon istri, hah? Aku tidak akan pernah sudi untuk menikah denganbedebah sepertimu!" 

Mendengar ucapan Lisa yang terkesan membela, terlintas tatapan penuh amarah di mata pria kurus itu. "Ahh … ternyata memang benar bedebah itu adalah kekasihmu, ya!" Dia menatap Galvin yang terlihat santai. 

Ketenangan Galvin membuat pria kurus kesal dan amarahnya tersulut. Dia pun menurunkan titah pada para penjaganya.

“Cepat! Patahkan tangan pria itu! Aku ingin dia tahu apa akibatnya jika telah berani mendekati wanitaku!" 

Sesuai perintah, belasan penjaga pria kurus itu segera menghampiri Galvin. Mereka mengepung Galvin dari segala arah. 

“K-Kakak!” Lisa berseru ketika melihat para pengawal Galvin. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya gadis itu kepada sang kakak.

Berbeda dari Lisa, Galvin terlihat tenang. Dia pun menarik tangan adiknya itu agar gadis tersebut berada di belakangnya. “Diam di sini,” titah Galvin dengan tegas.

“Tunggu apa lagi?!” geram si pria kurus dengan mata membara ketika melihat Galvin menarik tangan Lisa. “Serang dia!”

Mendengar itu, tanpa berpikir panjang lagi, belasan penjaga itu langsung menerjang ke arah Galvin. Mereka berusaha menyerang pria tersebut dari berbagai arah secara bersamaan.

BUK! KRAK! BRAK! 

“Arghh!”

Suara pukulan yang memilukan terdengar, diikuti dengan dentuman mengerikan tubuh yang menabrak lantai. Lenguhan kesakitan dan teriakan memohon ampun bergema.

“A-apa-apaan ini?!” 

Pria kurus itu membelalakkan matanya. Dia tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini, para penjaganya sedang dijatuhkan dengan begitu mudah di depan matanya!

Nafas pria kurus itu menjadi cepat dan mundur satu langkah. 'S-siapa orang ini?!' 

Pria kurus itu mengangkat pandangannya, lalu netranya pun bertemu dengan netra hitam milik Galvin. Sebuah kilatan berbahaya terpancar dari sana dan membuat tubuh pria kurus itu bergetar hebat. 

‘A-aku harus kabur!’ teriak pria kurus itu saat sadar bahwa para pengawalnya akan segera kalah. Namun, kemudian dia melihat sosok Lisa yang memandang terpukau sosok Galvin.

Di tempatnya, Lisa tercengang sembari menatap sang kakak menjatuhkan musuh-musuhnya. Kalaupun dia tidak bisa melihat jelas apa yang kakaknya lakukan untuk menjatuhkan pengawal si pria kurus, tapi wajah tenang Galvin membuatnya merasa kagum.

'Kakak … sebenarnya apa yang telah kamu lalui selama di dalam penjara?' batin Lisa dengan tangan mengepal di depan dada, merasa hatinya sedikit sakit membayangkan penyiksaan yang mungkin sang kakak lalui. 

Terlalu terpukau oleh Galvin, Lisa sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang tengah mendekatinya.

“Ah!” Lisa berteriak saat merasakan seseorang mencekal pergelangan tangannya. Dia menoleh dan mendapati si pria kuruslah pelakunya. “Lepaskan aku!”

“Lisa! Kamu harus ikut denganku!” tegas si pria kurus. “Aku sudah bilang pada ayahku ingin menikahimu, dan walaupun dia tidak setuju kamu jadi istri pertamaku, dia bilang kamu bisa jadi istri keduaku!”

Ekspresi Lisa berubah jijik. “Menjauh dariku! Kamu menjijikkan! Siapa juga yang mau menikah denganmu!?”

Lisa yang terus berusaha melepaskan diri membuat si pria kurus mengerutkan kening, terlihat marah. “Jangan tidak tahu diri! Sudah bagus ada orang yang mau menikahi wanita miskin seperti–”

“Kalau kamu tidak mau mati, lepaskan adikku sekarang juga.” Sebuah suara menggeram lantang, mengalihkan fokus si pria kurus dan Lisa. Keduanya menoleh dan mendapati sosok Galvin menampakkan wajah mengerikan dan siap membunuh.

‘Adiknya?’ Pria kurus itu mengulangi ucapan Galvin dengan bingung. Namun, melihat Galvin mendekatinya dengan aura membunuh yang kental, bak iblis mendekati mangsa, si pria kurus berseru, “Jangan mendekat jika tidak ingin wanita ini kenapa-kenapa!" Dia mulai mencekik Lisa dan mengancam Galvin. “Satu langkah saja, maka aku akan patahkan lehernya!”

Mendengar hal tersebut, langkah Galvin terhenti sesaat. Dia menatap sang adik yang terlihat kesulitan bernapas. Hati pria itu terasa panas oleh amarah, dan dia pun mengepalkan tangan.

Dalam satu kedipan mata, Galvin telah berada di sisi pria kurus itu, mengejutkan semua orang. “K-kamu! Ack!”

Tanpa memberikan si pria kurus kesempatan untuk berbicara, Galvin langsung mencekik pria tersebut, menyebabkannya melepaskan Lisa dan berusaha melepaskan diri. "Ini cara yang benar untuk mencekik dan menyandera seseorang.” Ketenangan yang menyelimuti suara Galvin membuat orang-orang di sekitarnya menggigil ngeri. 

Lisa yang terlepas dari cengkeraman pria kurus itu langsung berlindung di belakang kakaknya. Kalaupun terkejut dengan kebengisan Galvin, tapi gadis itu sama sekali tidak memiliki niat menghentikan sang kakak. Pria kurus itu memang sudah keterlaluan!

Pria kurus itu menahan cengkeraman tangan Galvin yang kuat. "Br*ngsek! Lepaskan, atau kamu akan menyesal karena berani-beraninya bersikap kurang ajar padaku!" Dia meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya. 

Dengan tenang, Galvin pun bertanya, "Memangnya siapa kamu?" 

"A-aku …,” pria kurus itu tergagap, “... aku adalah Kevin Wijaya!” Napasnya tercekat seiring dia melanjutkan, “Aku adalah putra Anson Wijaya, salah satu pebisnis terkaya di Aberleen!" 

Mendengar hal itu, Galvin pun sedikit terkejut. "Ah … kamu Kevin Wijaya." Nada suara Galvin terdengar mengejek. 

Kevin tersenyum penuh kemenangan saat merasakan keterkejutan Galvin. 'Heh, dia pasti takut mendengar nama Aya–’

KREK! 

“Arrgghh!” 

Belum sempat menyelesaikan ucapan batinnya, teriakan nyaring terlontar dari bibir Kevin. Tubuh pria itu–yang dilepaskan oleh Galvin–meringkuk di lantai sembari memegang tangannya yang patah. Dia meraung kesakitan sembari menatap Galvin penuh ketakutan. 

Galvin pun menatapnya dengan dingin. "Menginginkan sepupu dari pihak ayah sendiri sebagai istri, di mana moralmu?" tanya pria itu dengan nada jijik.

Kevin terlihat sangat menyedihkan. Rasa sakit membuat pria itu menangis dan terisak. 

Melihat hal itu, Galvin pun berjongkok di sisi Kevin. Dia menahan kaki pria yang berusaha menjauh darinya itu. “Pulanglah, Kevin,” ujar Galvin dengan suara dalam. “Pulang dan beritahukan apa yang terjadi di sini kepada ayahmu.” Dengan netra hitam yang memancarkan dendam membara, dia berkata, “Katakan padanya, Galvin Wijaya telah kembali dan akan membalaskan semua kebaikan yang dia berikan pada keluargaku!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Papah M Arsyad
buka bab selalu pakai koin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status