Roh itu tersenyum menyeringai, memperlihatkan gigi yang menguning. Lalu dengan gerakan yang elegan dan lincah, dia mengacungkan pedang hitamnya pada Tiānyin.Dalam sekejap, tubuhnya berputar dan menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan. Pedang hitam itu menebas udara, menciptakan jejak energi gelap yang mengerikan.Huànyǐng terdiam memperhatikan gerakan roh tersebut. Jurus pedangnya memang bagus—bahkan sangat bagus untuk ukuran makhluk yang sudah mati. Tetapi sayangnya, yang dia hadapi adalah Yuè Tiānyin, sang Dàoyì Zhenjun. Kultivator yang pernah menghancurkan Lan Tian Gōng dalam sekali jentik saja dengan melodi Penghancurnya yang legendaris.Jurus pedang sekaliber itu sama sekali tidak berarti bagi Tiānyin.Dengan denting guqin yang tajam dan presisi, roh itu berkali-kali menderita. Tubuhnya terpental ke berbagai arah, menabrak pohon dan tembok batu. Tetapi dia tetap gigih dan terus bangkit, menyerang Tiānyin dengan semangat yang tidak pernah
Huànyǐng menatap hutan lebat di bawahnya. Pohon-pohon rimbun membentang hingga ke cakrawala, diselingi aliran sungai kecil yang berkilau terkena sinar matahari. Semua sudah berubah dari lima belas tahun yang lalu.Wajar saja, pikir Huànyǐng. Lima belas tahun berlalu, tentu ada banyak perubahan di Kekaisaran Bìxiāo. Bahkan jalur perdagangan yang dulu dia hafal di luar kepala kini tampak asing."Arahnya dari sana!" Tiānyin menunjuk sebuah lembah sepi di depan mereka. Kabut tipis menyelimuti area tersebut, membuatnya tampak misterius dan sunyi.Huànyǐng mengerutkan kening. Rasanya tempat itu tidak asing baginya, tetapi entahlah. Dia melupakan banyak hal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir dalam hidupnya, kecuali tahun terakhir—musim salju yang berdarah itu."Chénxī, apa nama lembah itu?" tanyanya dengan hati-hati."Tidak ada yang tahu. Hanya ada sebuah kota kecil di sana," sahut Tiānyin sambil mengarahka
Huànyǐng melangkah hati-hati di jalan tanah yang berdebu, sesekali meringis ketika rasa sakit di dadanya kembali menyerang. Tubuh Murong Yi memang lemah—tanpa Mutiara Jiwa, energi spiritualnya hampir tidak ada. Bahkan untuk berjalan dalam jarak pendek saja sudah membuatnya merasa lelah.Di sebelahnya, Yuè Tiānyin berjalan dengan langkah tenang dan teratur. Jubah putihnya berkibar pelan tertiup angin pagi, membuat sosoknya tampak seperti peri yang turun dari langit. Wajahnya tetap datar, tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Di belakang mereka, dua murid yunior Sekte Musik Abadi—Yuè Hòu Jūn dan Yuè Shengyuan—mengikuti dengan jarak yang tepat bersama yunior-yunior lainnya. Tidak terlalu dekat hingga mengganggu, tetapi juga tidak terlalu jauh hingga kehilangan jejak. Seperti anak bebek yang mengikuti induknya, pikir Huànyǐng sambil menahan tawa."Chénxī," panggil Huànyǐng pelan. "Kita langsung pulang ke Lanyin?"
Kedua pemuda itu ternganga hingga nampan yang mereka bawa hampir saja terjatuh. Beruntung Yuè Tiānyin dengan sigap mengulurkan pedangnya untuk menahan nampan milik Yuè Hòu Jūn, sementara kaki Hòu Jūn dengan refleks menahan nampan obat di tangan Shengyuan.Huànyǐng tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan kacau itu."Chénxī, apakah mereka benar-benar muridmu?" tanyanya sambil memegangi perut karena terlalu geli.Yuè Hòu Jūn merasa malu sekaligus heran melihat reaksi orang asing di hadapannya. Sedangkan Yuè Shengyuan menatap Huànyǐng dengan tatapan penuh kebingungan."Kau tidak gila?" tanya Shengyuan polos.Sebuah pukulan ringan mendarat di kepalanya."Hòu Jūn!" protesnya dengan keluhan yang biasa dia lontarkan."Letakkan di meja!" perintah Tiānyin yang kembali pada sikapnya yang biasa—tenang, datar, dingin, dan kaku.Huànyǐng t
Arc III: Fēng Dié Guī Dào – Jalan Pulang Angin dan Kupu-KupuPenginapan tua di Kota LinghunDenting senar guqin yang lembut terdengar memecah keheningan pagi. Melodi yang begitu dikenal mengalir dalam ruangan sederhana itu, membangkitkan ribuan kenangan yang tenggelam dalam tidur panjang.Huànyǐng perlahan membuka mata. Pandangannya masih kabur, tetapi aroma cendana dan suara petikan guqin yang merdu itu tidak mungkin salah. Dia mengenalnya dengan sangat baik—lebih baik dari napasnya sendiri."Sepertinya aku tertidur begitu lama dan memimpikan masa lalu," gumamnya pelan, suaranya serak karena baru bangun.Tubuhnya terasa kaku dan berat. Ketika berusaha bangkit, rasa sakit yang menusuk menyerang dadanya dengan tiba-tiba."Ugh! Apa ini? Kenapa begitu sakit?" keluhnya sambil meraba-raba ujung meja di sebelah tempat tidur untuk berpegangan.Tangannya secara refleks menyentuh wajah, dan jari-jarinya menemukan topeng kayu yang
Huànyǐng berdiri di tengah kepungan dengan Bing Yang Shān tergenggam erat. Meski terluka dan kelelahan, auranya masih memancarkan kekuatan yang menakutkan. Dia menatap berkeliling dengan mata ungu yang dingin."Jadi inilah keadilan Kekaisaran Bìxiāo," gumamnya dengan nada getir. "Membantai seluruh keluarga tak berdosa, lalu mengepung yang tersisa dengan ratusan orang."Jìng Jūnlán Wángyé yang sudah bangkit kembali menatap Huànyǐng dengan mata berkaca-kaca. "Jiàn Wu Gōngzǐ, kami tidak ingin ini terjadi. Tapi kau harus memahami...""Memahami apa?" potong Huànyǐng tajam. "Bahwa nyawa keluargaku tidak berarti apa-apa dibanding stabilitas kekaisaran kalian?"Energi Heibing Hùfú mulai mengalir kembali di tubuhnya, lebih ganas dari sebelumnya. Ratusan kultivator yang mengelilinginya mundur selangkah, merasakan aura mematikan yang terpancar dari pemuda bermata ungu itu.Huànyǐng berdiri di tengah kepungan dengan mata ungu yang dingin menatap ratu