Kakak iparku yang terlalu sempurna

Kakak iparku yang terlalu sempurna

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-08-22
Oleh:  DikyBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
20Bab
11Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Rani tidak pernah menyangka hidupnya akan serumit ini. Setelah lulus kuliah, ia terpaksa tinggal di rumah kakaknya, Siska, untuk mencari kerja di kota. Di sanalah ia harus berhadapan setiap hari dengan Dimas, suami kakaknya, yang bukan hanya tampan dan dewasa, tetapi juga begitu perhatian padanya. Awalnya Rani berusaha menahan diri. Ia sadar batas mana yang boleh disentuh. Namun, kesepian dan celah-celah kecil dalam rumah tangga kakaknya membuat segalanya berubah. Tatapan Dimas, senyum sabarnya, cara ia memperlakukan Rani dengan hangat — perlahan menumbuhkan benih rasa terlarang yang tidak seharusnya ada. Ketika perasaan dan logika bertarung, Rani pun terjebak dalam dosa yang membawanya ke ambang kehancuran keluarga sendiri. Mampukah ia menepikan perasaan demi memperbaiki segalanya? Atau justru memilih tenggelam dalam godaan cinta yang seharusnya tidak pernah ada?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 - Awal Yang Menggoda

Siang itu hujan turun rintik-rintik. Aku berdiri di ambang pintu, menenteng koper yang entah kenapa terasa semakin berat. Begitu pintu terbuka, aku melihatnya—Dimas, kakak iparku, berdiri dengan senyum teduhnya. “Rani, akhirnya sampai juga. Sini, biar aku bantu bawa kopernya.”Tangannya meraih gagang koperku dengan mudah. Aku hanya bisa menunduk, berusaha mengabaikan aroma sabun dari kemeja putih yang menempel di kulitnya. Jantungku berdetak tidak karuan.

Aku pikir ini hanya akan sementara. Tapi entah kenapa, setiap detik bersamanya, membuatku berharap waktu bisa berhenti lebih lama di rumah ini… bersamanya.

Setelah menaruh kopernya di kamar tamu, aku duduk di pinggir ranjang. Jantungku masih belum mau tenang. Dari jendela, aku melihat Dimas sedang menyapu halaman yang basah oleh hujan. Lengan kemejanya tergulung sampai siku, memperlihatkan urat di lengannya yang membuatku tanpa sadar menelan ludah.

Sial. Ini kakak iparku, suami kakakku sendiri. Aku harus sadar diri.

Ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Dimas muncul di ambang pintu dengan senyum yang lagi-lagi membuatku salah tingkah.

“Kalau butuh apa-apa, bilang ya. Anggap aja rumah sendiri.”

Aku hanya mengangguk, pura-pura sibuk merapikan tas. Dalam hati, aku berjanji—aku harus kuat. Aku tidak boleh terbawa perasaan.

Semenjak lulus kuliah beberapa bulan lalu, aku tidak punya pilihan selain menumpang di rumah kakakku di Jakarta. Rencana awalnya hanya sementara, sampai aku mendapatkan pekerjaan dan bisa menyewa kamar kos sendiri. Tapi semakin lama, aku justru semakin nyaman. Terlalu nyaman, malah…

Hari pertama aku datang, Siska — kakakku — menyambut dengan hangat. Ia langsung memberiku kamar tamu di lantai atas, persis bersebelahan dengan kamar utamanya. Rumah ini cukup besar, tapi hanya ditinggali oleh mereka berdua: Siska dan suaminya, Dimas.

Dimas. Kakak iparku. Usianya sekitar 30-an, wajahnya tampan dengan sorot mata tenang yang membuatku sering kali salah tingkah. Ia pria yang begitu sopan, penuh perhatian, dan… oh, betapa Siska beruntung memilikinya.

Pagi pertama aku bangun di rumah ini, aku mendengar suara orang bercakap di dapur. Saat menuruni tangga, aroma kopi dan roti bakar langsung menyapa. Pemandangan pertama yang kulihat: Dimas, berdiri di depan kompor, membalik telur dadar sambil sesekali menyesap kopi.

“Pagi, Rani. Bangun jam berapa semalam?”

Aku terkesiap. Suaranya selalu terdengar menenangkan. Aku merapikan rambutku yang masih acak-acakan, malu sendiri.

“Eh… pagi, Mas Dimas. Tadi malam aku tidur cepat kok. Hehe.” Ia hanya tersenyum. Senyum tipisnya itu entah kenapa membuat pipiku panas. Aku duduk di meja makan, berusaha mengalihkan pandangan.

“Kak Siska udah berangkat?”

“Iya. Tadi subuh dia harus ke kantor lebih pagi. Ada meeting sama klien.”

Ada jeda hening. Hanya suara kompor dan detak jantungku sendiri yang terasa berdentum keras. Dimas menyiapkan piring di depanku, meletakkan roti, telur, dan secangkir kopi.

“Makan dulu. Nanti kalau mau ke kampus, biar Mas anterin. Oke?”

Suaranya lembut, tapi tegas. Aku hanya bisa mengangguk pelan.

Setelah sarapan, aku kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap ke kampus. Dari jendela, aku melihat Dimas duduk di teras sambil mengetik di laptopnya. Sinar matahari pagi jatuh di bahunya, membuat sosoknya terlihat semakin hangat, semakin… sempurna. Dalam hati aku berbisik, mencoba menenangkan diri sendiri. “Rani, dia suami kakakmu. Jaga jarak. Jangan sampai hatimu kemana-mana.” Tapi entah kenapa, setiap detik bersamanya, pikiranku semakin berkhianat.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
20 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status