Siang pun berlalu dan berganti menjadi malam saat matahari sudah terbenam. Hutan Awan Hitam menjadi semakin gelap dan menyeramkan. Di bangunan tua tempat para pendekar dari berbagai rasi berkumpul, terlihat satu cahaya biru terang muncul dari dalam tanah. Semua mata menatap cahaya tersebut tanpa berkedip. Bima dan Arimbi pun sama. Kemunculan Bunga Mahkota Ratu adalah sesuatu yang mendebarkan. Benar saja, dari dalam tanah muncul satu tanaman hijau keluar dari dalam tanah seolah hidup. Pertama muncul di permukaan adalah kuncup bunga tersebut. "Benar... ini adalah Bunga yang di maksud oleh guru! Auranya sangat kuat...!" bisik Bima. Arimbi hanya mengangguk sambil matanya terus menatap ke arah bunga yang keluar dari dalam tanah tersebut. Bunga itu masih kuncup. Semua mata tertuju padanya. Menungu bunga tersebut mekar dan berebut untuk mendapatkannya. "Bersiap Abiseka, ada banyak pasang mata yang telah menantikan kesempatan ini s
"Terimalah ini Api Pembakar Surga ini!" teriak Abiseka lalu melemparkan bola api raksasa di atas tangannya ke arah empat sosok penjaga Bunga Mahkota Ratu. Bima menatap tak berkedip. Kekuatan bola api yang di lemparkan oleh Abiseka sangat luar biasa panasnya. Saking panasnya membuat Bunga berwarna biru tersebut terlihat layu. "Celaka! Jika di biarkan Bunga itu bisa habis terbakar!" ucap Bima lalu segera berdiri. "Kakang! Mau kemana!?" tanya Arimbi. "Membantu empat penjaga itu! Jika aku diam saja, itu akan jadi masalah..." jawab Bima. Lalu segera saja dia melesat ke arah Bola Api raksasa tersebut. "Pelindung Es...!"Dengan kekuatan Pedang Darah Bima langsung menebas bola api tersebut dengan pedangnya. Woosssshhhh....! Bola api terbelah oleh serangan jarak jauh Bima. Namun sayangnya Api itu tetap melesat ke arah Bunga Mahkota Ratu. Serangan Bima yang membelah bola api itu terus melesat ke arah Abiseka. "Apa ini!?" teriak Abiseka sambil berkelit. Sraaakkkk! Blaaarrrr! Serangan
Delapan pendekar Iblis itu tewas dengan tubuh terpotong rapi. Pangeran Baka terpana melihat kehebatan serangan yang Bima lakukan. Abiseka terlihat marah. Dengan satu lompatan dia telah siap melancarkan tinju ke arah Bima. Namun dengan gesit Bima berkelit ke kiri. Tinju itu lewat di sebelah kirinya. Dengan sikunya Bima menghantam wajah Abiseka dengan keras hingga tubuh Iblis Tanduk Api itu terlempar jauh. Brak! Tubuh Abiseka menghantam bangunan kuno itu hingga hancur berantakan. Bima tersenyum dengan kekuatan yang dia miliki saat ini. "Luar biasa... Bahkan musuh di ranah Keabadian bisa aku lawan dengan tenang," batin Bima. Abiseka berteriak keras. Amarahnya meluap. Tanduk api di kepalanya semakin menyala dengan warna merah kekuningan. "Manusia sialan! Aku akan membunuhmu!" teriak Abiseka dengan amarah yang memuncak. Matanya melotot mengeluarkan sinar merah membara. Bima terkejut dengan kekuatan Abiseka yang menanjak sangat tajam. Apa yang dia lihat sekarang sungguh luar biasa
Bima langsung menerjang dengan pedangnya. Namun meski sudah terjerat ilusi, Abiseka masih bisa mengendalikan tubuhnya. Tangannya bergerak cepat memukul Bima hingga tubuh pemuda separuh Iblis itu terpental dan menghantam bebatuan. Napas Abiseka terlihat kembang kempis. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia tak pernah menyangka sama sekali akan menjadi bulan-bulanan manusia. Bima bangkit berdiri. Tubuhnya yang remuk terlihat kembali utuh seperti semula. Abiseka tak percaya pemuda itu bisa sembuh dalam sesaat. "Ini adalah dunia ilusi miliknya, apa pun yang aku lakukan, semua tidak nyata... aku benar-benar bisa gila! Serangan dia terasa sangat nyata saat sebagian rohku dia tarik, tapi serangan ku tidak berimbas sama sekali kepadanya! aaaarrgggghhh!!!Bedebah...!" geram Abiseka. Bima tersenyum sinis. Pedang Darah di tangannya telah berubah warna menjadi hitam. Auranya pun gelap dan menekan. "Hei, anak muda," terdengar suara berat dari dalam tubuh Bima. Bima tersentak. Jelas sekali i
Bima bertahan dari ledakan api yang sangat kuat itu dengan tameng es yang baru dia ciptakan. Tameng itu meleleh perlahan. Namun untungnya tak berapa lama kobaran api itu mereda. Dan yang terlihat di depan mata cukup mengerikan. Lima tombak di depan Bima terdapat lobang besar sedalam beberapa tombak. Lubang itu adalah bekas ledakan Abiseka. Bima tidak tahu jika Abiseka telah menyelamatkan diri dengan melemparkan sembilan bola api pecahan jiwanya. Bima menoleh ke arah Bunga Mahkota Ratu. Dia segera mendatangi nya. Dengan lembut Bima membelai mahkota bunga itu. "Sebenarnya ini bunga apa?" tanya Bima kepada Iblis Es. "Itu adalah pecahan kekuatan milikku. Ada lebih dari ratusan pecahan yang terjadi saat aku melepaskan kekuatan. Dan bunga ini adalah salah satunya. Dulu di hutan ini juga, gurumu si Barata itu mengambil pecahan tersebut setelah membunuh banyak siluman. Pecahan itu yang dua tanam di pedang Darah. Dan sekarang berada di dalam tubuhmu," kata Iblis Es. "Maksudnya kamu?" ta
Bima setuju dengan perjanjian itu. Dia akan menyalurkan sebagian besar roh Abiseka kepada Pangeran Baka. "Karena dia berhianat, maka kau boleh mengambil kekuatannya, tapi sesuai perjanjian, dan kau harus tepati itu. Jika tidak, aku bisa membantai seluruh Iblis Tanduk Api, apa kau mengerti?" tanya Bima. Pangeran Baka mengangguk. "Meski aku Iblis, tapi aku selalu menepati janji, jadi pendekar tenang saja," kata Pangeran Baka. Bima mengangguk. Lalu dengan cepat dia tempelkan telapak tangan nya ke dada Pangeran Baka. Aura kuning membara keluar dari tubuh Bima dan berpindah masuk ke dalam tubuh Pangeran Baka. Cukup lama Bima menyalurkan kekuatan milik Abiseka yang telah dia serap. Apa yang Bima lakukan adalah karena dia merasa Pangeran Baka bukanlah Iblis yang sombong dan banyak tingkah. Bima melihat, Pangeran Baka masih polos, karena belum tahu apa-apa tentang dunia luar. Setelah semua kekuatan Abiseka selesai Bima salurkan, Pangeran Baka terkejut melihat tubuhnya yang bercahaya ku
Kabar kepulangan Pangeran Baka bersama dua manusia pun merebak ke seluruh Klan Iblis Tanduk Api. Mereka penasaran mendengar kabar yang bagi mereka sangat memalukan. "Benar-benar, Baka sangat tidak layak memimpin Klan ini, membawa makhluk rendah ke Klan kita, bahkan menjadikannya tamu kehormatan!" umpat salah satu tetua yang berpihak pada Abiseka. "Aku juga heran, kenapa tuan Abiseka tak pulang bersama Pangeran?" tanya tetua yang lain. Belum sempat mereka meneruskan pembicaraan, Pangeran Baka masuk ke dalam ruangan dengan wajah tidak bersahabat. Semua mata para Iblis itu menatap sosok Pangeran Baka dengan tatapan penuh keheranan. Mereka heran dengan tanduk Pangeran yang panjang dan api yang berkobar. "Hari ini aku ingin kalian tahu! Bahwa Abiseka telah berhianat dan ingin membunuhku! Aku tahu ada di antara kalian yang menginginkan posisi pemimpin, tidak masalah, tapi tak harus dengan cara licik. Siapa pun yang menginginkan posisi ini, silahkan adu tanding melawan ku di arena kemat
Bima terpaku dengan apa yang Arimbi lakukan. Namun bibir mereka telah bertemu dan Arimbi telah memulai ciumannya. Bima tak bisa berbuat apa pun, tubuhnya terasa bergetar saat dia merasakan lembutnya bibir Arimbi yang melumat bibirnya. Napas mereka terdengar memburu dan ciuman mereka semakin basah. Darah terasa mengalir begitu cepat di seluruh tubuh Bima. Baru kali ini dia merasakan nikmatnya berciuman dengan seorang gadis. Merasakan lembutnya bibir Arimbi. Setelah cukup lama mereka saling mencium, akhirnya mereka saling melepaskan dan saling bertatap mata. Arimbi tersenyum penuh arti lalu merebahkan kepalanya di dada Bimasena. Arimbi merasakan detak jantung Bima yang berdebar-debar. Perlahan tangan Bima bergerak ke arah rambut panjang nanti wangi itu. Dengan lembut Bima membelai rambut Arimbi. "Kakang..." desis Arimbi merasakan kelembutan belaian tangan Bima. Wajah cantik itu terasa begitu dekat. Dengan lembut Bima menyentuh pipi Arimbi. Betapa halusnya kulit putih itu. Membua
Tangan Darah mencoba bangkit berdiri. Meski dengan gontai dia berhasil berdiri kembali. Sekujur tubuhnya melepuh terkena serangan Petir Semesta milik Ki Romo.Sedangkan Ki Romo tak lebih baik dari Tangan Darah, setelah terpental keras tubuhnya malah justru melesat ke arah perisai emas milik Ratu Azalea.Saat tubuhnya menghantam perisai emas milik Ratu Azalea, Ki Romo merasa tubuhnya remuk dan terbakar.Beberapa saat lamanya dia tak bisa bangkit berdiri kerena tubuhnya tak bisa dia gerakan.Tangan Darah berjalan kearah Ki Romo dengan langkah perlahan. Wujudnya yang terlihat hancur menambah keangkeran sosok pengikut Bima tersebut."Harus dibunuh...harus dibunuh..." gumam Tangan darah.Ki Romo mencoba mengangkat tubuhnya. Namun tidak bisa. Kakinya telah patah setelah menghantam perisai emas milik Ratu Azalea."Bagaimana bisa disini terpasang sebuah perisai yang sangat kuat...?bahkan lukaku justru aku dapat karena menghantam perisai aneh ini...!" batin Ki Romo masih mencoba untuk bangkit
Tangan Darah terpental setelah menangkis serangan beruntun dari Ki Romo,salah satu dari Tiga Setan Emas.Ki Romo yang dibantu oleh enam pengikutnya berhasil sedikit mendesak Tangan Darah."Siapa makhluk menyeramkan ini? kalau melihat serangan yang dia lancarkan aku tidak merasa asing. Pukulan itu seperti milik seorang pemburu Harta Karun yang pernah ramai dibicarakan oleh Yang Mulia. Dia adalah Datuk Manggala! Orang yang pernah mengalahkan Ketua Pemburu Senyap, Panglima Kerajaan!" batin Ki Romo dengan wajah berubah sedikit pucat.Kejadian Datuk Manggala mengalahkan panglima Kerajaan adalah sebuah cerita lama. Sebelum para pendekar kerajaan berkembang pesat seperti sekarang.Datuk Manggala pernah di ajak oleh kerajaan untuk bekerjasama dalam mencari sebuah harta karun yang konon bisa membawa mereka keluar dari pulau kutukan tersebut.Namun seperti yang di duga,Datuk Manggala tidak mau bergabung dan memilih untuk mencarinya sendiri.Panglima kerajaan mengancam akan mengurung Datuk Mangg
Wujud Bima saat ini telah berubah menjadi wujud Balaraja. Sosok iblis dengan tanduk berwarna emas.Ki Sutan yang melihat perubahan wujud Bima terkejut. Dia tak pernah menduga jika lawannya dari tadi adalah manusia setengah iblis.''Jadi kau manusia setengah iblis? Tak disangka sama sekali ada manusia selain tuan Anggoro yang juga mempunyai kekuatan ibis,huh! tapi kau berbeda dengannya. Aku tak takut sama sekali pada iblis sepertimu!" umpat Ki Sutan.Bima tersenyum sinis. Matanya menatap tajam ke arah Ki Sutan."Aku tak peduli dengan ocehan mu itu! ayo kita lanjutkan lagi pertarungan kita!" teriak Bima lalu menancapkan Pedang Darah ke tanah. 'Jurus Bayangan Ganda!" seru Bima dalam hati.Pedang Darah miliknya bersinar emas.Dari dalam pedang itu muncul dua sosok yang menyerupai Bima. Keduanya langsung menyerang dengan cepat ke arah Ki Sutan. Terkejut dengan serangan dua bayangan yang menyerupai Bima tak membuat Ki Sutan lengah. Dengan jurus Tinju Semesta, Ki Sutan menyongsong serangan
Bima bangkit berdiri. Dia merasakan dadanya sesak setelah terpental jauh karena ledakan Tinju Semesta milik Ki Sutan. "Kekuatan yang sangat dahsyat, apakah ini kekuatan khusus miliknya?" batin Bima sambil menatap ke depan. Ki Sutan berjalan dengan seringai di bibirnya. Tubuhnya terlihat lebih besar dari saat pertama Bima melihatnya. "Bisa bertahan dari serangan Tinju Semesta milikku, aku akui, kau satu-satunya pendekar kelas atas yang bisa melakukannya," kata Ki Sutan memuji. Bima tak menyahut. Dia berusaha mengembalikan jalan napasnya yang sempat sesak. "Tapi, kau hanya beruntung karena tinju ku ini tidak mengenai wajahmu secara langsung... Jika tinjuku berhasil mengenai wajahmu, mungkin kepalamu sudah hilang..." Ucap Ki Sutan lagi. Bima menyeringai. "Jangan banyak membual, coba saja kau buktikan, apakah benar tinju mu itu sesakit yang kau katakan?" tantang Bima. Ki Sutan menggeram marah. Dia melebarkan kedua kakinya lalu mengeluarkan kekuatan sejati miliknya hingga tanah ber
Dengan Pedang Hantu Biru Bima melesat ke langit lalu terbang mengitari desa. Matanya menyapu sekeliling desa dan dia menemukan tiga kelompok yang terpisah seperti yang Kalabunta katakan. Dengan perlahan Bima terbang rendah mengintai kelompok Ki Sutan dari belakang. "Satu Ranah Puncak Tulang Dewa, lima ranah Tulang Dewa tahap tengah. Tidak buruk," batin Bima. Diambilnya beberapa jarum senjata rahasia. Lalu dengan menggunakan Kekuatan Ruang dan Waktu, Bima menghentikan waktu sesaat. Tubuhnya melesat cepat dan melempar tiga jarum ke arah mereka. Saat jarum itu tepar berada di dekat tubuh mereka, Bima kembali menghilang lalu melepas Waktu kembali. Clep! Clep! Clep! Tanpa suara tiga pemburu Senyap tewas setelah leher mereka di tembus jarum milik Bima. Ki Sutan yang mendengar suara benda menancap di leher anak buahnya segera menoleh. Dia sangat terkejut melihat tiga anak buahnya mati tanpa tahu siapa yang membunuh. "Gawat! Ada yang mengintai kita!" ucap Ki Sutan perlahan. Dia menata
Matahari mulai tenggelam. Cahaya emas yang bersinar dari ufuk barat perlahan mulai menghilang digantikan kegelapan malam. Suara lolongan anjing hutan pun mulai terdengar. Dari balik pohon besar yang ada di pinggir desa, berdiri beberapa sosok berpakaian hitam. Wajah mereka mengenakan topeng. "Kau yakin mereka adalah orang yang berhasil mengalahkan dua tim yang seharusnya menjemput ketua Anjani?" tanya satu sosok dengan topeng bergaris biru. Melihat yang lain semuanya memakai topeng bergaris merah, agaknya orang dengan topeng bergaris biru itu adalah ketua kelompok tersebut. "Benar tak salah lagi, pemuda dengan kekuatan es itu ada di rombongan tersebut. Hanya saja ciri-cirinya tidak begitu jelas," kata sosok lain. "Apakah kau yakin dia bukan murid Perguruan Harimau Perak?" tanya sosok bertopeng garis biru. "Pasti salah satu tetua mereka yang melakukan serangan kepada tim Nyai Anjani. Hanya saja tidak ada berita mengenai ciri-ciri khusus dari pendekar tersebut. Hanya dikatakan pe
Bima memejamkan matanya. Dia pun mulai merasa tidak nyaman setelah mendengar cerita dari Ratu Azalea. "Jadi, selama ini kamu sudah tahu jika kita akan bersama... Kamu juga tahu kita akan menyerang kerajaan, kenapa dari awal kamu tidak melarang ku untuk pergi ke kerajaan?" tanya Bima. "Itu jelas tidak mungkin, kau sudah tahu, hukuman yang akan ku Terima jika aku melawan takdir. Seratus tahun. Aku tak mau dihukum seperti itu lagi. Aku hanya ingin bisa di samping dirimu selama mungkin, baik dalam keadaan senang maupun duka, aku tak akan peduli..." kata Ratu Azalea. Bima mengecup kening istrinya dengan lembut. "Apa yang akan terjadi di masa depan jika kamu ikut membantuku menghancurkan mereka?" tanya Bima. "Kakang akan kehilangan diriku, hanya itu yang aku tahu, kita akan berpisah...dan aku tidak tahu karena apa," jawab Ratu singkat namun membuat Bima seperti dihantam palu raksasa. "Bagaimana bisa aku akan kehilangan dirimu? Apakah tidak ada petunjuk apa yang membuat kita berpisah?"
Bima terdiam setelah Ratu Azalea menjawab pertanyaan nya. "Untuk apa kamu melakukan itu Ratu?" tanya Bima. Ratu Azalea tersenyum. Dia membelai pipi suaminya dengan lembut. "Untuk menjagamu, Sinar Pengikat Jiwa ini juga aku pasangkan pada Tangan Darah. Sebelumnya mereka berdua adalah musuh, ketika kamu menjadikan mereka pengikut, mereka akan mengikuti mu karena kamu lebih kuat. Namun, tak ada yang namanya kesetiaan abadi. Kakang, ingat pemberontakan Lesmana kepadaku?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Dia adalah orang yang paling ku percaya dalam banyak hal setelah Pamannya. Tapi dengan mudah dia membuang kepercayaan itu, dan menusuk dari belakang setelah aku dalam keadaan lemah. Jika bukan karena pertolongan mu, mungkin aku sedang di permainkan olehnya," kata Ratu Azalea. Kini Bima paham apa tujuan istrinya menaruh Sinar Pengikat Jiwa kepada dua pengikut nya itu. Namun sebenarnya, tanpa Sinar Pengikat Jiwa sekalipun, Tangan Darah tak akan mampu berkhianat. Karena sekali Bima
"Kenapa... Kenapa kamu memilih aku sebagai pengikut mu?" tanya Subali. Bima melangkah mendekati Subali yang tengah di obati oleh Wulan. "Musuhku adalah kerajaan besar. Mereka mempunyai banyak Pendekar kelas atas, dan tidak sedikit dari mereka rata-rata adalah petarung ranah Tulang Dewa. Aku butuh kekuatan untuk menghancurkan mereka," jawab Bima. "Apakah ada dendam yang membuat mu ingin menghancurkan mereka?" tanya Subali. Bima mengangguk. "Dosa mereka sangat banyak, Dewa menutup mata. Itu artinya Iblis lah yang harus menjadi hakimnya, bukan begitu?" jawab Bima. Subali tidak tahu dendam apa yang Bima emban hingga menginginkan kehancuran pada kerajaan Angin. Tapi dia paham, dendam itu pasti sangat dalam dan menyakitkan. "Apakah hanya beberapa Pendekar ini cukup untuk melawan mereka? Aku mendengar kabar mereka mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ada beberapa tetua kerajaan yang pernah melewati tempat ini, dan mereka berada di Ranah Cakrawala tahap Tengah." kata Subali. "Ranah Cakraw