Sebenarnya Shang Hyang Mahaguru sudah mengetahui jika ke-9 ksatria dewa saat itu sedang kepikiran tentang sumpah raja iblis yang diucapkan sebelum raja iblis itu gugur dalam pertempuran mereka kemarin.
“Kami hanya takut jika dia kembali dan raja iblis memiliki kekuatan yang lebih besar daripada kemarin. Shang Hyang Mahaguru juga mengetahui bukan tanda tanya jika kekuatan raja iblis kemarin tidak bisa dianggap enteng, jika nanti 1000 tahun lagi dia akan kembali —”
“Tapi aku memiliki pertanyaan untuk Shang Hyang Mahaguru, apakah raja iblis akan benar-benar kembali dengan kurun waktu 1000 tahun?”
“Tentu saja,” ucap Shang Hyang Mahaguru yang menanggapi pertanyaan dari Baruna.
“Kau jangan memotong ucapanku terlebih dahulu, ada yang ingin aku tanyakan kepada Shang Hyang Mahaguru.”
Lodaya terlihat geram dengan apa yang dilakukan oleh Baruna, dia masih merasa penasaran namun justru memotong ucapannya.
“Apa yang membuat kalian penasaran saat ini? Apa karena raja iblis yang akan bangkit itu? Itu yang membuat kalian datang kemari?” Shang Hyang Mahaguru balik bertanya kepada para ksatria 9 dewa.
“Jika raja iblis akan bangkit kembali, apakah kekuatannya akan lebih besar dibandingkan saat kita mengalahkannya kemarin? Jika benar begitu, apa yang harus kita lakukan nantinya? Dia akan datang 1000 tahun lagi bukan?” tanya Lodaya yang masih ingin menanyakan hal yang sama, untungnya saat itu Baruna tidak lagi memotong ucapannya.
“Ya, kau benar Lodaya. Raja iblis akan bangkit kembali seperti sumpah yang telah dijanjikan olehnya pada kita. Namun kalian tidak perlu khawatir lagi, 1000 tahun lagi masih lama.”
“Maksudnya Shang Hyang Mahaguru? Memang 1000 tahun lagi masih lama, namun bukankah sebaiknya kita memulai semuanya dengan terstruktur?”
Ke-9 ksatria dewa itu bertanya-tanya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Shang Hyang Mahaguru, tentunya mereka menjadi penasaran dengan apa yang terjadi 1000 tahun yang akan mendatang.
“Sepertinya 1000 tahun yang akan mendatang sudah tidak akan menjadi tugas kalian lagi untuk menghadapi raja iblis.” Shang Hyang Mahaguru berucap dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, hal itu justru semakin membuat ke-9 ksatria dewa merasa penasaran lagi. Apalagi Shang Hyang Mahaguru berucap dengan begitu ambigu, jelas hal itu semakin membuat ke-9 ksatria dewa mengerutkan dahinya seraya melemparkan pandangan ke arah satu sama lain.
“Maksudnya? Apakah ada yang menggantikan kita? Apa Shang Hyang Mahaguru yakin jika dia bisa mengalahkan raja iblis? Mengingat kekuatan yang dimiliki raja iblis bukanlah hal yang enteng bukan? Dan apa yang dikatakan Lodaya itu benar adanya, jika 1000 tahun lagi raja iblis akan muncul pastinya kekuatan yang dia punya akan semakin bertambah.” Ananjaya bertanya dengan penuh penasaran, dia mencondongkan tubuhnya tanda jika dirinya begitu minat dengan pembahasan yang akan dibahas saat ini.
“Seperti yang aku bilang tadi, raja iblis memang akan kembali 1000 tahun lagi. Namun saat itu juga akan ada seorang bayi yang terlahir di dunia ini. Jadi kalian tidak perlu khawatir lagi.”
“Apakah bayi itu begitu istimewa? Kenapa kita tidak perlu mengkhawatirkan kembalinya raja iblis?”
Shang Hyang Mahaguru menganggukan kepalanya, “Aku tahu hal ini dari sebuah ramalan kuno. Bahkan saat itu pun aku tanpa sengaja mengetahuinya,” ucap Shang Hyang Mahaguru yang masih terdengar sedikit ambigu dan seolah-olah tidak ingin mengungkapkan hal itu di hadapan ke-9 kesatria dewa.
“Sebuah ramalan kuno?” tanya Baruna dengan mengerutkan dahinya hingga alisnya menukik tajam.
“Benar Baruna, sebuah ramalan kuno yang tersimpan rapat-rapat. Aku tanpa sengaja menemukannya di sebuah buku, aku kira itu hanya sebuah buku biasa atau mungkin sebuah ramalan yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Namun ternyata aku salah, di sana tertulis ramalan tentang peperangan kita yang terjadi kemarin dan juga 1000 tahun yang akan datang. Hanya saja sepertinya ramalan tersebut bisa berubah, karena ada beberapa bagian yang tersobek. Entah karena hal apa? Aku sendiri pun tidak mengetahuinya. Yang terpenting adalah saat raja iblis nanti bangkit, ada seorang bayi yang lahir.”
Shang Hyang Mahaguru terlihat mengerutkan dahinya, dia mencoba untuk menebak-nebak apa yang terjadi 1000 tahun yang akan mendatang. Namun memang saat itu ramalan yang dia temukan tidak begitu lengkap, sudah ada banyak halaman yang tersobek dan entah siapa yang menyobeknya. Bahkan sang hyang mencoba untuk mencari cover buku yang sama untuk dilihat isinya di perpustakaan istana miliknya, namun hasilnya nihil dan tidak ada yang sama isinya.
Buku ramalan tersebut seolah disembunyikan dengan cover yang disamakan dengan beberapa buku lainnya, sehingga sangat sulit untuk menemukannya.
“Apakah raja iblis juga mengetahui hal ini? Atau kemungkinan dia yang menyobek halaman buku tersebut! Tapi memangnya bisa raja iblis masuk ke dalam istana Shang Hyang Mahaguru”
Shang Hyang Mahaguru menggelengkan kepalanya. “Jika kau menanyakan hal itu, jelas aku tidak mengetahuinya! Penjagaan di kerajaan ini sudah banyak penjaganya, rasanya tidak mungkin jika sampai aku bisa kecolongan seperti ini!”
“Padahal aku hanya bertanya sedikit saja sedari tadi aku sudah diam, tapi kau lihat sendiri kan Shang Hyang Mahaguru begitu pilih kasih jika bersamaku,” ujar Surya Diva Sekha.
“Apa kau kira aku tidak bisa mendengarnya? Aku hanya berucap jujur jika aku tidak mengetahui siapa dalang di balik penyobekan buku ramalan tersebut dan juga aku tidak mengetahui apakah raja iblis mengetahui ramalan ini. Intinya 1000 tahun yang akan mendatang akan hadir seorang bayi,” ucap Shang Hyang Mahaguru
Shang Hyang Mahaguru mengklarifikasi kepada Surya Diva Sekha jika dirinya tidak bermaksud untuk berucap dengan kasar ke arah dewa matahari itu. Dia hanya benar-benar tidak mengetahui siapa yang telah berulah untuk menyobek buku ramalan tersebut.
“Sudahlah, lebih baik kau diam saja. Biarkan Shang Hyang Mahaguru menjelaskan semuanya,” ucap Lodaya yang berbisik ke arah Surya Diva Sekha.
Dewa penguasa matahari itu hanya membuang pandangan ke arah lain. Dia menekuk tangannya di atas dada, seraya mendengarkan penjelasan dari Shang Hyang Mahaguru.
“Apakah keistimewaan bayi yang baru lahir itu?”
Shang Hyang Mahaguru kembali tersenyum dengan penuh arti, diam sejenak. Menatap satu persatu para dewa yang berada di hadapannya, “Tidak ada. Hanya saja bayi yang baru lahir itu bisa menguasai semua kekuatan Ke-9 kesatria dewa. Jika kalian hanya menguasai satu kekuatan saja, namun bayi itu tidak. Bayi itu bisa menguasai semua kekuatan yang kalian miliki! Itu keistimewaan bayi yang akan lahir 1000 tahun yang akan mendatang.”
Ucapan dari Shang Hyang Mahaguru membuat semua yang berada di sana terkejut, mereka bertatapan satu sama lain dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Bayi itulah yang akan mengalahkan Raja Iblis seribu tahun mendatang. Bayi itu yang akan melindungi jagad raya dari Raja Iblis."
A Few Moments Later (Seribu Tahun Kemudian)LANGIT MALAM tebarkan bintang dan rembulan di sudut mega. Warna cerahnya menggiurkan pasangan muda-mudi untuk taburkan kasih kemesraannya. Bahkan pasangan tua berhati muda pun tak segan-segan lepaskan rayu dan canda menggelitik di sela-sela hati mereka. Mendadak kabut berjingkat dari celah bongkahan tanah perbukitan. Kabut tipis itu merayap makin menebal, lalu membungkus setiap celah tanah berdaun rumput. Bukit mulai diselimuti kabut. Langit sedikit dipulas rona hitam awan. Rupanya tadi telah melesat cahaya hijau berekor. Cahaya hijau di langit itu bagaikan berudu terbang yang melintasi perbatasan langit bermega hitam. Warna hijaunya terang dan mencolok mata para penghuni bumi. Wuusshh...! Angin mulai menunjukkan keperkasaannya, hembusannya tiba-tiba saja menjadi cepat dan berat. Warna hijau cerah berekor panjang di langit bagai semakin dilemparkan dari sisi satu ke sisi lainnya. Gerakannya mengikuti lengkung langit hingga menuju perbatas
Ketika dia membungkuk hendak mengambil Jimat Hati Iblis yang masih berada dalam genggaman tangan kiri Rawana Baka. Tiba-tiba tidak disangka-sangka kaki kanan orang yang diduga telah menemui ajal itu melesat ke arah dada si kakek.Bukkkk!“Uggghhh!”Sang Utusan Para Dewa menjerit keras. Tubuhnya terpental tiga tombak, terbanting jatuh punggung pada sebuah batu besar dan dari mulutnya menyembur darah kental!"Mengapa aku bertindak lengah! Belum mati jahanam itu rupanya!” keluh si kakek. Memandang ke depan dilihatnya Rawana Baka terbungkuk-bungkuk berusaha bangkit berdiri.Walau dadanya serasa hancur si kakek cepat bangun. Tangan kirinya digerakkan. Tongkat api kembali berubah menjadi cambuk menyala. ”Kali ini harus kuputus lehernya! Harus kutanggalkan kepalanya!”Si kakek berkomat kamit sambil putar pergelangan tangan kirinya. Cambuk api bergetar, meliuk-liuk laksana sosok ular hidup. Begitu dia menyentak maka cambuk api itu melesat ganas ke udara, mengeluarkan suara menggidikkan disert
Gunung Asmoro terlihat berdiri dengan angkernya malam itu, sebuah gerobak yang ditarik kuda berbulu putih belang coklat itu berhenti di depan bangunan besar yang mirip candi diatas puncak gunung asmoro. Saat itu di penghujung malam menjelang pagi. Perempuan tua yang duduk di samping pemuda sais gerobak melompat turun. Gerakannya gesit dan enteng. Di pinggangnya tergantung satu bungkusan besar. Di depan pintu bangunan dia hentikan langkah, memandang pada lelaki yang keluar menyambutnya.Perempuan tua itu ludahkan gumpalan sirih dan tembakau di dalam mulutnya lalu bertanya."Apa aku datang terlambat Yudha?""Belum mak. Keadaannya gawat sekali. Aku khawatir”Perempuan tua itu tidak menunggu sampai lelaki bernama Yudha menyelesaikan ucapannya. Dengan cepat dia masuk ke dalam bangunan, langsung menuju ke sebuah kamar dari dalam mana terdengar suara erangan berkepanjangan.Di ambang pintu kamar si nenek mendadak hentikan langkah. "Yudha! Kegilaan apa yang aku lihat ini! Siapa yang mengikat
Pada saat sang jabang bayi hendak nongol dari rahim sang ibu, hujan deras disertai dengan amukan badai cukup dahsyat. Lebih dari tiga puluh pohon tumbang, puluhan batu menggelinding dari ketinggian, kilatan cahaya petir ikut menghujani gunung itu. Badai mengamuk hanya di puncak gunung, sedangkan di kaki Gunung Asmoro hanya terjadi angin kencang biasa-biasa saja. Bahkan hujannya tak terlalu lebat.Kabutpun hadir membungkus puncak Gunung Asmoro. Tebal sekali, seperti selimut domba. Puncak Gunung Asmoro bagai lenyap ditelan langit. Kilatan cahaya biru menggelegar menyambar-nyambar puncak gunung itu."Oaaa...! Oaaa.. ! Oaaa. !"Akhirnya, suara tangis bayi itu pun terdengar melengking tinggi. Seakan ingin mengalahkan deru badai dan ledakan guntur di sana-sini. Tangis sang bayi menggetarkan dinding-dinding batu, seolah-olah bangunan candi itu akan runtuh karena getaran suara si jabang bayi. Bahkan dari puncak hingga kaki gunung terjadi getaran hebat, sepertinya gunung itu akan meletus atau
SEMILIR ANGIN MALAM menghembuskan udara yang terasa sangat dingin ketika seorang wanita cantik tengah membuka pakaian warna merah yang dikenakannya. Rambutnya yang semula digelung dengan tusuk konde, dilepas hingga terurai. Hal itu membuat kecantikan Dewi Salindri kian bertambah nyata.Tanpa sepengetahuannya, seseorang dengan mata tak berkedip mengintip tubuhnya yang kuning langsat dan menggairahkan. Lelaki itu berulang kali menelan ludah serta menahan napas dengan mata jalang."Ck, ck, ck.... Pantas saja kalau Wasesa sampai mabuk kepayang kepadanya. Tidak kusangka, kalau sang Dewi benar-benar mempesona," gumamnya dengan gairah yang bergejolak.Ketika ia tengah asyik mengintip tubuh mulus dan mempesona itu, kakinya yang tak mampu menahan getaran birahi tanpa disengaja membentur sesuatu.Krak!Kegaduhan kecil itu membuat Dewi Salindri yang tengah mengganti pakaian tersentak dan terburu-buru mengenakannya kembali. Mata cantiknya memandang lekat pada dinding bilik rumahnya, sedangkan pen
Orang yang memanggul harpa tertawa. Wajahnya yang sesungguhnya tampan, dengan tajam memandang Sepasang Pendekar Golok Sakti yang juga kakak-kakak seperguruannya. Kemudian, pandangannya diarahkan pada Dewi Salindri yang semakin sengit melihat tatap mata nakal itu, sehingga napasnya turun-naik. Matanya melotot penuh kebencian."Wasesa, masih belum jerakah kau?" tanya Dewi Salindri dengan bentakan marah.Ucapan itu tidak menjadikan Wasesa takut. Malah, lelaki berpakaian serba merah itu tergelak-gelak hingga matanya berlinang air mata."Ah, mana mungkin aku jera sebelum mendapatkan Kitab Inti Golok Sakti?"Usai berkata demikian, Wasesa memandang taman-temannya sambil tergelak-gelak. Sehingga teman-temannya turut tertawa."Kau benar-benar keras kepala, Sudah kukatakan, bahwa kitab itu tidak ada pada kami Lagi pula, jangan bermimpi untuk mendapatkan kitab itu" bentak Dewi Salindri gusar. Kemarahannya sudah tidak dapat lagi dibendung.Dibentak begi
"Kubunuh kau, Wasesa..." bentak Dewi Salindri sengit. Kemudian tanpa banyak berkata lagi, Dewi Salindri segera menyerang dengan tebasan-tebasan golok. Serangannya begitu gencar, membuat golok di tangannya bagai menghilang. Ke mana pun Wasesa menghindar, golok di tangan Dewi Salindri mengejarnya. Keadaan itu membuat Wasesa agak kerepotan juga."Hebat.. Rupanya ilmu golokmu semakin lama semakin bertambah maju, Dewi...," puji Wasesa sambil tertawa terkekeh, membuat perempuan itu semakin bertambah panas. Karena ia tahu kalau ucapan Wasesa hanyalah sebuah ejekan kepadanya."Jangan banyak bacot. Terima seranganku ini..." Dewi Salindri semakin mempercepat serangannya. Golok di tangan kanannya berkelebat cepat, menimbulkan sinar putih keperakan yang bergulung cepat mengejar Wasesa.Menghadapi serangan gencar dari Dewi Salindri, Wasesa yang tidak memakai senjata mau tak mau harus mengeluarkan ilmu peringan tubuhnya untuk berkelit ke sana kemari.Sebuah sodokan gag
"Hup...""Auh, tidak..." Dewi Salindri kembali memekik seraya menghindari sergapan Wasesa. Kaki kanannya memang mampu digeser agak melebar, tapi tetap saja tangan Wasesa dapat menjambret pakaiannya.Breeet!Pakaian yang dikenakan Dewi Salindri robek di dadanya, sehingga bagian dadanya tampak jelas terlihat. Hal itu membuat Wasesa menelan ludahnya berulang kali. Sedangkan Dewi Salindri berusaha menutupinya dengan kedua tangan.Dewi Salindri menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata masih memandang tegang ke arah Wasesa yang kian kerasukan setan. Tubuhnya kembali menerkam Dewi Salindri. Dan tanpa dapat dihindari lagi, tubuh Dewi Salindri disergap dengan buas oleh Wasesa."Lepaskan Lepaskan aku, Pengecut!" jerit Dewi Salindri sambil terus berontak untuk dapat melepaskan dekapan kokoh tangan Wasesa yang kian beringas dan terus menciumi wajahnya.Kegaduhan itu rupanya membangunkan seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun yang tengah tidur di