Share

Bab 19 Perjalanan Berdua

Teriakan Kinan membuat Amon terkejut. Sesaat Amon merasakan perasaan tidak enak. Ada apa? apa yang terjadi di sana! Tanya Amon dalam hati. Tapi pedang si brewok terus saja mengincar tajam, mau tidak mau Amon mundur dan melenting dengan cepat untuk dapat menarik napas sebentar.

“Cih, terpaksa kalau begini!” Amon segera menotok nadi leher dan kepala, lalu kemudian menggunakan cara pernapasan yang agak aneh.

Lalu kemudian Amon merasa ada tenaga meluap dari dalam tubuhnya. “Aku benci harus melakukan ini, terpaksa membuka satu segel imdok. Imdok tingkat enam, Sul!!” lalu mendadak Amon bergerak super cepat, dan tenaga penuh segera menghunuskan pedangnya ke samping. Lalu keduanya bentrok, kecepatan dan kekuatan Amon telah menghancurkan pedang milik si Brewok, bahkan membuat tubuh brewok terpotong jadi dua. Tanpa sempat menjerit, si brewok mati.

Amon segera mengatur pernapasan, pembuluh darahnya kacau dan jantungnya mulai berdetak terlalu cepat, tubuh Amon terhuyung ke belakang, dadanya semakin terasa sesak seperti menanggung beban berat yang tidak tertahankan.

“Huh, paru-paru luka, dan sebagian pembuluh darah juga. brengsek. Membuka segel imdok Sul tanpa pelatihan lebih dulu bisa membuat separuh pembuluh darahku pecah. Ukhhhh!!” Amon segera memegang dadanya. Lalu kemudian sadar. Dengan tenaga tersisa berusaha untuk mengejar masuk ke dalam hutan, mencari asal suara teriakan tadi.

Amon melihat Kinan duduk di bibir jurang dalam keadaan pedangnya tertancap di tanah. Kinan menangis.

“Bocah, ada apa?” tanya Amon setelah dekat, napas Amon tidak teratur.

“Guru!!!” Kinan segera memandang ke arah gurunya, wajahnya sudah sembab oleh air mata.

“Kenapa?”

“LImey guru……Limey!” seru Kinan sambil terus saja terisak.

“Si mata biru, kenapa dia?”

“Mey meloncat ke jurang….dia—!” Kinan tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya terus menangis dan menangis.

Limey…..adik yang paling disayanginya. Orang yang paling ingin dijaganya telah berkorban untuknya. melompat kejurang hanya untuk melindungi sang kakak.

Tabib datang terlambat, tapi berhasil menemukan Kinan dan Amon yang terluka. Dengan seadanya sang tabib yang dipanggil Kinan berusaha mengobati keduanya di hutan.

Melihat luka Kinan,  dan terutama Amon, sang tabib pun membawa mereka kembali ke desa untuk diobati. Pembuluh darah Amon pecah dan kacau, Luka dalamnya cukup parah. sang tabib harus menggunakan akupuntur untuk bisa mengembalikan jalan darah Amon kembali ke tempat semula. efek memaksakan membuka imdok membuat Amon berada di pintu akhirat, kalau saja tabib telat datang, maka sudah wasalam kehidupan Amon.

kondisi Kinan tidak terlalu parah, dia hanya terluka dan memar, tapi hati gadis itu hancur karena kehilangan saudarinya. kini keduanya harus dirawat selama dua minggu di kota batu.

***

Amon mendekati Kinan yang sedang memandangi bulan. Mereka sudah dua minggu di rumah tuan tabib, keduanya hampir pulih. Amon lebih cepat pulih karena tenaga dalamnya, tapi Kinan agak terlambat. Itu karena Kinan sempat menolak untuk sembuh karena shock atas kehilangan Limey.

“Bocah, kamu masih memikirkannya? Sudahlah…..” ucap Amon sambil memandangi muridnya.

Kinan diam saja, masih dipandangi bulan tanpa menoleh ke arah gurunya.

“Jurang itu dalam sekali, siapa pun yang jatuh di sana pasti akan mati, ditambah lagi aliran airnya deras sekali. Bagi orang yang punya imdok saja sulit untuk bertahan hidup, apalagi yang tidak punya….”

“Limey masih hidup….” Ucap Kinan.

“Sudahlah bocah. Menghibur diri itu baik, tapi terima kenyataan…”

“Limey masih hidup….” Ulang Kinan lagi, suaranya begitu datar dan tenang.

“Dengar bocah, bukan hanya kamu saja yang sedih…..” Amon jadi naik darah.

“Guru….Limey dan aku sudah berjanji. Aku yakin Limey masih hidup…” Kinan membalas dengan keras hati.

“Janji?” Amon menaikkan alisnya.

Kinan mengangguk, “Dia bilang kami akan bertemu lagi di Ranah Sembilan. Kalau aku mencarinya dia pun pasti akan mencariku. Kami masih bisa bertemu lagi….”

Amon diam sebentar, tapi kemudian Amon pun tertawa. Bahkan sangat keras sampai Amon merasa perutnya sakit sekali.

“Hahahahaha! Kamu masih percaya hal yang seperti itu! hahahaha! Itu gila!!” Amon memegangi perutnya.

“Guru boleh tertawa, tapi aku tetap pada keyakinanku. Limey masih hidup….”

Amon menghentikan tawanya. Setelah agak tenang dia bertanya dengan nada sakartis, “Lalu kalau begitu, kamu mau apa?”

“Aku? Aku akan pergi ke Ranah Sembilan.” Jawab Kinan yakin.

"Apa kau tahu ranah sembilan itu apa Bocah?"

KInan menatap ke arah Amon, dia menggeleng.

"Ranah sembilan adalah dunia persilatan. di dalamnya hanya ada satu aturan, siapa yang kuat maka dia yang akan jadi tuan yang agung. ilmu silatmu tidak seberapa, tapi kau mau masuk ke lubang harimau. kau past gila."

LImey menatap ke arah gurunya dengan sengit, lalu berucap dengan dingin, "Aku dan LImey adalah dua saudara, kami hanya memiliki satu sama lain di dunia ini. aku akan mencarinya, walau harus masuk lubang buaya, menelusuri gua ular dan bahkan pergi ke negeri iblis. aku harus mencarinya. kami sudah berjanji, dan aku tahu LImey akan menepati janjinya."

Amon terkesiap. Wajahnya jadi serius, tapi kemudian dia menjadi keras lagi, “Kalau begitu kita berpisah di sini bocah. Aku tidak akan pernah masuk ke dalam Ranah Sembilan. Yah, aku memang jadi kehilangan pelayan yang pintar, tapi itu hanya mengembalikanku ke awal lagi. setelah ini tanggung jawab dan janjiku dengan adikmu pun berakhir!” ucap Amon keras.

“Walau begitu aku akan tetap pergi ke Ranah Sembilan, guru. Kalau memang bagi guru hubungan ini berakhir, aku tidak keberatan. Tapi aku tidak akan mengubah tekatku untuk ke Ranah Sembilan.” Ucap Kinan yakin.

“Apa sih yang ada di otakmu. Kamu mau cari mati? Adikmu mengorbankan nyawanya untuk melindungi nyawamu. Tapi kamu mau membuang nyawamu seenaknya.” Seru Amon dengan keras.

“Nyawa? Sudah tidak ada gunanya lagi kalau adikku tidak ada. Yang bisa aku lakukan adalah percaya bahwa aku akan bertemu lagi dengan Limey. Aku akan mencarinya. Walau untuk itu aku harus mengaduk-aduk isi Ranah Sembilan pun akan aku lakukan!” suara Kinan menekan kuat.

Amon agak terperangah sesaat. Keadaan jadi sunyi. Amon menghela napas, lalu kemudian dia berkata lagi, “Aku tidak bisa membiarkan muridku yang bodoh mati dengan sia-sia tanpa yakin dia sudah menguasai ilmu bela diri yang benar. Sudahlah, lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan ikut.”

“Guru!” Kinan kaget, wajah Kinan jadi terlihat senang.

“Jangan senang dulu—aku hanya tidak mau kehilangan kesempatan untuk menemukan pelayanku. Kau harus memulihkan diri, selama perjalanan mencari adikmu aku akan mengajarimu hal yang diperlukan!”

Amon segera berjalan keluar. Dia memandangi bulan yang sama dari luar. Langit begitu kelam, entah mengapa bintang yang dipandanginya telah berubah menjadi wajah si mata biru.

Amon tersenyum sambil menghela napas, “Akhirnya aku pun berhasil di setir oleh gadis pintar itu. Seakan gadis itu bisa melihat masa depan saja. Baiklah, aku akan ikuti taruhan ini L, akan kujaga kakakmu seperti permintaanmu!!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status