Teriakan Kinan membuat Amon terkejut. Sesaat Amon merasakan perasaan tidak enak. Ada apa? apa yang terjadi di sana! Tanya Amon dalam hati. Tapi pedang si brewok terus saja mengincar tajam, mau tidak mau Amon mundur dan melenting dengan cepat untuk dapat menarik napas sebentar.
“Cih, terpaksa kalau begini!” Amon segera menotok nadi leher dan kepala, lalu kemudian menggunakan cara pernapasan yang agak aneh.
Lalu kemudian Amon merasa ada tenaga meluap dari dalam tubuhnya. “Aku benci harus melakukan ini, terpaksa membuka satu segel imdok. Imdok tingkat enam, Sul!!” lalu mendadak Amon bergerak super cepat, dan tenaga penuh segera menghunuskan pedangnya ke samping. Lalu keduanya bentrok, kecepatan dan kekuatan Amon telah menghancurkan pedang milik si Brewok, bahkan membuat tubuh brewok terpotong jadi dua. Tanpa sempat menjerit, si brewok mati.
Amon segera mengatur pernapasan, pembuluh darahnya kacau dan jantungnya mulai berdetak terlalu cepat, tubuh Amon terhuyung ke belakang, dadanya semakin terasa sesak seperti menanggung beban berat yang tidak tertahankan.
“Huh, paru-paru luka, dan sebagian pembuluh darah juga. brengsek. Membuka segel imdok Sul tanpa pelatihan lebih dulu bisa membuat separuh pembuluh darahku pecah. Ukhhhh!!” Amon segera memegang dadanya. Lalu kemudian sadar. Dengan tenaga tersisa berusaha untuk mengejar masuk ke dalam hutan, mencari asal suara teriakan tadi.
Amon melihat Kinan duduk di bibir jurang dalam keadaan pedangnya tertancap di tanah. Kinan menangis.
“Bocah, ada apa?” tanya Amon setelah dekat, napas Amon tidak teratur.
“Guru!!!” Kinan segera memandang ke arah gurunya, wajahnya sudah sembab oleh air mata.
“Kenapa?”
“LImey guru……Limey!” seru Kinan sambil terus saja terisak.
“Si mata biru, kenapa dia?”
“Mey meloncat ke jurang….dia—!” Kinan tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya terus menangis dan menangis.
Limey…..adik yang paling disayanginya. Orang yang paling ingin dijaganya telah berkorban untuknya. melompat kejurang hanya untuk melindungi sang kakak.
Tabib datang terlambat, tapi berhasil menemukan Kinan dan Amon yang terluka. Dengan seadanya sang tabib yang dipanggil Kinan berusaha mengobati keduanya di hutan.
Melihat luka Kinan, dan terutama Amon, sang tabib pun membawa mereka kembali ke desa untuk diobati. Pembuluh darah Amon pecah dan kacau, Luka dalamnya cukup parah. sang tabib harus menggunakan akupuntur untuk bisa mengembalikan jalan darah Amon kembali ke tempat semula. efek memaksakan membuka imdok membuat Amon berada di pintu akhirat, kalau saja tabib telat datang, maka sudah wasalam kehidupan Amon.
kondisi Kinan tidak terlalu parah, dia hanya terluka dan memar, tapi hati gadis itu hancur karena kehilangan saudarinya. kini keduanya harus dirawat selama dua minggu di kota batu.
***
Amon mendekati Kinan yang sedang memandangi bulan. Mereka sudah dua minggu di rumah tuan tabib, keduanya hampir pulih. Amon lebih cepat pulih karena tenaga dalamnya, tapi Kinan agak terlambat. Itu karena Kinan sempat menolak untuk sembuh karena shock atas kehilangan Limey.
“Bocah, kamu masih memikirkannya? Sudahlah…..” ucap Amon sambil memandangi muridnya.
Kinan diam saja, masih dipandangi bulan tanpa menoleh ke arah gurunya.
“Jurang itu dalam sekali, siapa pun yang jatuh di sana pasti akan mati, ditambah lagi aliran airnya deras sekali. Bagi orang yang punya imdok saja sulit untuk bertahan hidup, apalagi yang tidak punya….”
“Limey masih hidup….” Ucap Kinan.
“Sudahlah bocah. Menghibur diri itu baik, tapi terima kenyataan…”
“Limey masih hidup….” Ulang Kinan lagi, suaranya begitu datar dan tenang.
“Dengar bocah, bukan hanya kamu saja yang sedih…..” Amon jadi naik darah.
“Guru….Limey dan aku sudah berjanji. Aku yakin Limey masih hidup…” Kinan membalas dengan keras hati.
“Janji?” Amon menaikkan alisnya.
Kinan mengangguk, “Dia bilang kami akan bertemu lagi di Ranah Sembilan. Kalau aku mencarinya dia pun pasti akan mencariku. Kami masih bisa bertemu lagi….”
Amon diam sebentar, tapi kemudian Amon pun tertawa. Bahkan sangat keras sampai Amon merasa perutnya sakit sekali.
“Hahahahaha! Kamu masih percaya hal yang seperti itu! hahahaha! Itu gila!!” Amon memegangi perutnya.
“Guru boleh tertawa, tapi aku tetap pada keyakinanku. Limey masih hidup….”
Amon menghentikan tawanya. Setelah agak tenang dia bertanya dengan nada sakartis, “Lalu kalau begitu, kamu mau apa?”
“Aku? Aku akan pergi ke Ranah Sembilan.” Jawab Kinan yakin.
"Apa kau tahu ranah sembilan itu apa Bocah?"
KInan menatap ke arah Amon, dia menggeleng.
"Ranah sembilan adalah dunia persilatan. di dalamnya hanya ada satu aturan, siapa yang kuat maka dia yang akan jadi tuan yang agung. ilmu silatmu tidak seberapa, tapi kau mau masuk ke lubang harimau. kau past gila."
LImey menatap ke arah gurunya dengan sengit, lalu berucap dengan dingin, "Aku dan LImey adalah dua saudara, kami hanya memiliki satu sama lain di dunia ini. aku akan mencarinya, walau harus masuk lubang buaya, menelusuri gua ular dan bahkan pergi ke negeri iblis. aku harus mencarinya. kami sudah berjanji, dan aku tahu LImey akan menepati janjinya."
Amon terkesiap. Wajahnya jadi serius, tapi kemudian dia menjadi keras lagi, “Kalau begitu kita berpisah di sini bocah. Aku tidak akan pernah masuk ke dalam Ranah Sembilan. Yah, aku memang jadi kehilangan pelayan yang pintar, tapi itu hanya mengembalikanku ke awal lagi. setelah ini tanggung jawab dan janjiku dengan adikmu pun berakhir!” ucap Amon keras.
“Walau begitu aku akan tetap pergi ke Ranah Sembilan, guru. Kalau memang bagi guru hubungan ini berakhir, aku tidak keberatan. Tapi aku tidak akan mengubah tekatku untuk ke Ranah Sembilan.” Ucap Kinan yakin.
“Apa sih yang ada di otakmu. Kamu mau cari mati? Adikmu mengorbankan nyawanya untuk melindungi nyawamu. Tapi kamu mau membuang nyawamu seenaknya.” Seru Amon dengan keras.
“Nyawa? Sudah tidak ada gunanya lagi kalau adikku tidak ada. Yang bisa aku lakukan adalah percaya bahwa aku akan bertemu lagi dengan Limey. Aku akan mencarinya. Walau untuk itu aku harus mengaduk-aduk isi Ranah Sembilan pun akan aku lakukan!” suara Kinan menekan kuat.
Amon agak terperangah sesaat. Keadaan jadi sunyi. Amon menghela napas, lalu kemudian dia berkata lagi, “Aku tidak bisa membiarkan muridku yang bodoh mati dengan sia-sia tanpa yakin dia sudah menguasai ilmu bela diri yang benar. Sudahlah, lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan ikut.”
“Guru!” Kinan kaget, wajah Kinan jadi terlihat senang.
“Jangan senang dulu—aku hanya tidak mau kehilangan kesempatan untuk menemukan pelayanku. Kau harus memulihkan diri, selama perjalanan mencari adikmu aku akan mengajarimu hal yang diperlukan!”
Amon segera berjalan keluar. Dia memandangi bulan yang sama dari luar. Langit begitu kelam, entah mengapa bintang yang dipandanginya telah berubah menjadi wajah si mata biru.
Amon tersenyum sambil menghela napas, “Akhirnya aku pun berhasil di setir oleh gadis pintar itu. Seakan gadis itu bisa melihat masa depan saja. Baiklah, aku akan ikuti taruhan ini L, akan kujaga kakakmu seperti permintaanmu!!”
Sungai di bawah jurang memang deras. derunya begitu keras, memekakkan telinga. Siapa pun yang jatuh dari atas akan hancur berkeping-keping—itu seharusnya. Tapi tampaknya itu tidak berlaku bagi Limey, karena saat itu dari kerimbunan pohon yang menutupi sebuah gubuk kecil, tampak Limey keluar. Yang paling menarik, dia muncul dalam keadaan sehat.Limey diam, berdiri si sisi sungai. Air sungai deras, mengalir dan menghantam bebatuan sungai. Angin berhembus kencang menerbangkan rambut dan jubah yang dikenakan gadis bermata biru itu. Suara derasnya aliran sungai seakan hendak memecah sunyi yang bertumpuk di antara dinding-dinding batu cadas.Limey tidak sedang ingin berdiam, dia lalu mencari cara agar bisa melompati batu-batuan sungai yang saling terpisah. Dengan hati-hati Limey mencari tempat berpijak yang tepat sambil meneriakkan sebuah nama“Tuan…tuan senyo!!” Panggil Limey pada salah satu sisi sungai. Suara Limey bergema di sekitar jurang
“Bukan melihat, tapi mendengar. Pendengaranku tidak buruk. Aku bisa membedakan bunyi benda yang semakin berat.” Ucap Limey.Sion diam, lalu kemudian kembali sibuk menghitung kembali.“Maaf, pertanyaanku terlalu pribadi ya?” tanya Limey lagi.Sion diam, mendesah lalu menggerakkan kotak tersebut. suara gemerincing di dalamnya terdengar keras dan berisik. "Mungkin isi kotak inilah alasan aku membunuh.”“Heh? Maksudnya,” Limey bertanya heran.“Aku butuh uang, yang banyak untuk berobat.” Ucap Sion.“Berobat? Apa kamu sakit?”“Bisa dibilang begitu,” jawab Sion, lalu kemudian berjalan mengambil tongkatnya dan membawa kotak ke sudut rumah, meletakkan kotak tersebut, lalu berkata “Aku selalu ingin bisa melihat. Ingin melihat langit, pohon, sungai dan warna. Untuk itulah aku mengumpulkan uang. Dahulu seseorang pernah mengatakannya padaku, bahwa untuk bisa meliha
Mereka berjalan terus sampai matahari sudah condong ke barat. Sion mendekat ke arah Limey dan memelankan jalannya. pemuda itu sadar, gadis yang berjalan bersamanya tidak memiliki imdok, bahkan mungkin hanya sekedar melangkah cepat saja perempuan itu pasti akan berlari dan akan kelelahan.belum lama mereka berjalan menyusuri hutan, telinga Sion yang memang sangat peka dapat mendengar suara gemerisik tetumbuhan yang tidak biasa. bahkan Sion bisa merasakan bahwa ada udara yang bergesek dan bergetar karena langkah kaki. pemuda buta itu lantas segera mengamit tangan Limey yang berjalan di sebelahnya.“Kita diikuti orang.” desis Sion ketika sudah sejajar dengan LImey. mendengar itu wajah LImey langsung berubah.Seakan mengerti Limey mengangguk, lalu berbisik balik, “Lalu, aku harus bagaimana?”“Tenanglah. Nanti mereka juga akan menampakkan diri.” ucap Sion masih dengan nada rendah. bisa saja Sion melompat dan menyergap para p
Puncak putus asa terletak di pulau agak terpencil. Untuk mencapai ke sana, butuh tiga hari perjalanan dengan kuda, setelah itu menaiki sampan sampai separuh hari baru kemudian mereka akan sampai ke pulau.Tidak semua orang yang berada di pesisir pantai mau mengawal sampai ke pulau itu, mereka menolak karena di wilayah pulau dikurung oleh banyak karang-karang tajam. Sion dan Limey harus mencari seseorang yang bersedia mengantar dan jago dalam menghapal jalan.“Kalau ingin pergi ke pulau Putus Asa, kau bisa mengandalkan Maucian. dia seorang pelaut paling mumpuni di pesisir ini.” Terang seorang nelayan kepada Limey. “Hanya saja bayaran Maucian mahal.”Limey memandang kea rah Sion, Sion yang mendengar keterangan tersebut mengangguk, lalu ucapnya. “Antarkan saja kami pada si Maucian itu.”Si nelayan tersebut mengangguk lalu kemudian memberi isyarat pada kedua tamunya untuk mengikuti dirinya ke tempat si Maucian.Sion
Tentu saja yang pertama kali menginformasikan hal itu adalah Limey, dan Sion dengan gerak lincah memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah dan terus masuk ke dalam rumah. Limey masuk ke dalam gubuk yang berantakan, dan menemukan seorang laki-laki tua yang terluka parah.“Bagaimana perawakannya?” tanya Sion ketika Limey menginformasikan ada yang terluka.“Tua, jenggot dan alisnya panjang. Sion, bisa tolong aku mengangkatnya, aku nggak kuat!”Sion membantu Limey. Laki-laki tua itu dibaringkan di dipan reyot yang ada di ujung ruangan. Dipan itu sama berantakannya. Semua benda yang ada terserak dan berguling tidak beraturan. Buku-buku berantakan. Limey segera memeriksa keadaan laki-laki tua tersebut, pertama diperiksanya lengan nadi, tapi terkejut karena Limey merasa ada yang aneh pada tangan laki-laki tua tersebut. tubuh lelaki itu lumpuh, aliran darahnya sendiri terasa aneh. tidak normal.“Sion!” panggil Limey cepat.Si
Sion diam, kekesalan yang dirasakannya membuncah, Sion memukulkan tongkatnya pada kotak uangnya, kotak uang pecah berantakan dihantam imdok. Uang-uang Zeni berceceran, ketika melihat uang tersebut, Limey teringat Amon yang mata duitan, ada rasa aneh masuk ke dalam hatinya. di sini, di sebuah tempat di pengasingan yang sepi, puluhan juta Zeni bertebaran tanpa arti ketika seseorang kecewa kehilangan keinginannya.Limey mendekat, lalu kemudian memegang lengan Sion, dipandangnya Tabib Gila, “Tuan tabib, bagi Sion anda adalah harapan terakhirnya…” ucap Limey.“Maaf, aku tidak bisa menolongmu!” Tabib Gila menunduk. "Tangan dan kakiku sudah tidak bisa dipakai bekerja seperti dahulu. kalau saja aku sempat menurunkan kemampuan terakhirku pada seseorang, mungkin aku masih bisa sembuh." ucap Tabib gila dengan perasaan masgul.Ketika keadaan terasa demikian menyedihkan, mendadak Sion langsung memeluk Limey. Limey terkejut, Sion menggerakkan ta
menjelang tengah hari semua persiapan telah sempurna, Limey siap melakukan operasi pertamanya terhadap manusia yang masih hidup."Kau jangan khawatir Nak, aku akan menemani operasimu." ucap Sang tabib pada Limey."terimakasih kalau begitu." ucap Limey dan merasa lega.Operasi dimulai, dan berjalan selama lima jam. Sion telah dibius dengan opium. Perdarahan yang terjadi karena luka sayatan sudah bisa dinetralisirnya dengan obat yang diajari tabib. Limey sangat hati-hati untuk yang pertama, tabib Gila menemani. dengan duduk dikursi dia mengamati semua yang dilakukan Limey untuk mengawasi dan memberi arahan.Setelah semuanya selesai, Limey membebat keseluruhan mata Sion dengan kain kasa yang dirajut dari bahan halus yang bersih yang ada di alat pengobatan tabib Gila.gadis itu merasa lega, dia mencuci tangannya yang penuh darah dan lalu kemudian memeluk tabib gila sambil menangis."Kau hebat nak, kau hebat!" puji tabib gila.Limey menyek
Limey menyorotkan obor ditangannya pada kotak, dia pun sama penasaran apa isi kotak tersebut. kenapa sang tabib gila demikian berkeras untuk mereka menggali kotak tersebut. kalau isinya uang sepertinya tidak mungkin. tabib gila bahkan menolak uang puluhan juta Zeni yang ditawarkan Sion. apa sebenarnya isi dalam kotak itu.gadis itu menanti tidak sabar.“Buku?” tanya Sion setelah tangannya dikeluarkan dari kotak. pemuda itu mengeluarkan buku-buku yang sangat banyak dari dalam kotak.“Kitab kembar, itu adalah ilmu tentang obat-obatan yang sudah aku kumpulkan seumur hidupku, ada 10 jilid. Dan satu lagi, kitab paling langka, kitab phoenix, pasangannya sudah dicuri oleh muridku yang durhaka! Berikan kitab itu pada Limey!” perintah tabib pada Sion."Di dalam kitab itu ada berbagai macam penelitianku selama bertahun-tahun tentang obat-obatan, akupuntur, totok jari, kitab silat dan juga kita phoenix. kitab langka itu pasangan kitab Naga. b