Beranda / Semua / Pendekar Lembah Iblis / Bab 19 Perjalanan Berdua

Share

Bab 19 Perjalanan Berdua

Penulis: Langit Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 11:19:01

Teriakan Kinan membuat Amon terkejut. Sesaat Amon merasakan perasaan tidak enak. Ada apa? apa yang terjadi di sana! Tanya Amon dalam hati. Tapi pedang si brewok terus saja mengincar tajam, mau tidak mau Amon mundur dan melenting dengan cepat untuk dapat menarik napas sebentar.

“Cih, terpaksa kalau begini!” Amon segera menotok nadi leher dan kepala, lalu kemudian menggunakan cara pernapasan yang agak aneh.

Lalu kemudian Amon merasa ada tenaga meluap dari dalam tubuhnya. “Aku benci harus melakukan ini, terpaksa membuka satu segel imdok. Imdok tingkat enam, Sul!!” lalu mendadak Amon bergerak super cepat, dan tenaga penuh segera menghunuskan pedangnya ke samping. Lalu keduanya bentrok, kecepatan dan kekuatan Amon telah menghancurkan pedang milik si Brewok, bahkan membuat tubuh brewok terpotong jadi dua. Tanpa sempat menjerit, si brewok mati.

Amon segera mengatur pernapasan, pembuluh darahnya kacau dan jantungnya mulai berdetak terlalu cepat, tubuh Amon terhuyung ke belakang, dadanya semakin terasa sesak seperti menanggung beban berat yang tidak tertahankan.

“Huh, paru-paru luka, dan sebagian pembuluh darah juga. brengsek. Membuka segel imdok Sul tanpa pelatihan lebih dulu bisa membuat separuh pembuluh darahku pecah. Ukhhhh!!” Amon segera memegang dadanya. Lalu kemudian sadar. Dengan tenaga tersisa berusaha untuk mengejar masuk ke dalam hutan, mencari asal suara teriakan tadi.

Amon melihat Kinan duduk di bibir jurang dalam keadaan pedangnya tertancap di tanah. Kinan menangis.

“Bocah, ada apa?” tanya Amon setelah dekat, napas Amon tidak teratur.

“Guru!!!” Kinan segera memandang ke arah gurunya, wajahnya sudah sembab oleh air mata.

“Kenapa?”

“LImey guru……Limey!” seru Kinan sambil terus saja terisak.

“Si mata biru, kenapa dia?”

“Mey meloncat ke jurang….dia—!” Kinan tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya terus menangis dan menangis.

Limey…..adik yang paling disayanginya. Orang yang paling ingin dijaganya telah berkorban untuknya. melompat kejurang hanya untuk melindungi sang kakak.

Tabib datang terlambat, tapi berhasil menemukan Kinan dan Amon yang terluka. Dengan seadanya sang tabib yang dipanggil Kinan berusaha mengobati keduanya di hutan.

Melihat luka Kinan,  dan terutama Amon, sang tabib pun membawa mereka kembali ke desa untuk diobati. Pembuluh darah Amon pecah dan kacau, Luka dalamnya cukup parah. sang tabib harus menggunakan akupuntur untuk bisa mengembalikan jalan darah Amon kembali ke tempat semula. efek memaksakan membuka imdok membuat Amon berada di pintu akhirat, kalau saja tabib telat datang, maka sudah wasalam kehidupan Amon.

kondisi Kinan tidak terlalu parah, dia hanya terluka dan memar, tapi hati gadis itu hancur karena kehilangan saudarinya. kini keduanya harus dirawat selama dua minggu di kota batu.

***

Amon mendekati Kinan yang sedang memandangi bulan. Mereka sudah dua minggu di rumah tuan tabib, keduanya hampir pulih. Amon lebih cepat pulih karena tenaga dalamnya, tapi Kinan agak terlambat. Itu karena Kinan sempat menolak untuk sembuh karena shock atas kehilangan Limey.

“Bocah, kamu masih memikirkannya? Sudahlah…..” ucap Amon sambil memandangi muridnya.

Kinan diam saja, masih dipandangi bulan tanpa menoleh ke arah gurunya.

“Jurang itu dalam sekali, siapa pun yang jatuh di sana pasti akan mati, ditambah lagi aliran airnya deras sekali. Bagi orang yang punya imdok saja sulit untuk bertahan hidup, apalagi yang tidak punya….”

“Limey masih hidup….” Ucap Kinan.

“Sudahlah bocah. Menghibur diri itu baik, tapi terima kenyataan…”

“Limey masih hidup….” Ulang Kinan lagi, suaranya begitu datar dan tenang.

“Dengar bocah, bukan hanya kamu saja yang sedih…..” Amon jadi naik darah.

“Guru….Limey dan aku sudah berjanji. Aku yakin Limey masih hidup…” Kinan membalas dengan keras hati.

“Janji?” Amon menaikkan alisnya.

Kinan mengangguk, “Dia bilang kami akan bertemu lagi di Ranah Sembilan. Kalau aku mencarinya dia pun pasti akan mencariku. Kami masih bisa bertemu lagi….”

Amon diam sebentar, tapi kemudian Amon pun tertawa. Bahkan sangat keras sampai Amon merasa perutnya sakit sekali.

“Hahahahaha! Kamu masih percaya hal yang seperti itu! hahahaha! Itu gila!!” Amon memegangi perutnya.

“Guru boleh tertawa, tapi aku tetap pada keyakinanku. Limey masih hidup….”

Amon menghentikan tawanya. Setelah agak tenang dia bertanya dengan nada sakartis, “Lalu kalau begitu, kamu mau apa?”

“Aku? Aku akan pergi ke Ranah Sembilan.” Jawab Kinan yakin.

"Apa kau tahu ranah sembilan itu apa Bocah?"

KInan menatap ke arah Amon, dia menggeleng.

"Ranah sembilan adalah dunia persilatan. di dalamnya hanya ada satu aturan, siapa yang kuat maka dia yang akan jadi tuan yang agung. ilmu silatmu tidak seberapa, tapi kau mau masuk ke lubang harimau. kau past gila."

LImey menatap ke arah gurunya dengan sengit, lalu berucap dengan dingin, "Aku dan LImey adalah dua saudara, kami hanya memiliki satu sama lain di dunia ini. aku akan mencarinya, walau harus masuk lubang buaya, menelusuri gua ular dan bahkan pergi ke negeri iblis. aku harus mencarinya. kami sudah berjanji, dan aku tahu LImey akan menepati janjinya."

Amon terkesiap. Wajahnya jadi serius, tapi kemudian dia menjadi keras lagi, “Kalau begitu kita berpisah di sini bocah. Aku tidak akan pernah masuk ke dalam Ranah Sembilan. Yah, aku memang jadi kehilangan pelayan yang pintar, tapi itu hanya mengembalikanku ke awal lagi. setelah ini tanggung jawab dan janjiku dengan adikmu pun berakhir!” ucap Amon keras.

“Walau begitu aku akan tetap pergi ke Ranah Sembilan, guru. Kalau memang bagi guru hubungan ini berakhir, aku tidak keberatan. Tapi aku tidak akan mengubah tekatku untuk ke Ranah Sembilan.” Ucap Kinan yakin.

“Apa sih yang ada di otakmu. Kamu mau cari mati? Adikmu mengorbankan nyawanya untuk melindungi nyawamu. Tapi kamu mau membuang nyawamu seenaknya.” Seru Amon dengan keras.

“Nyawa? Sudah tidak ada gunanya lagi kalau adikku tidak ada. Yang bisa aku lakukan adalah percaya bahwa aku akan bertemu lagi dengan Limey. Aku akan mencarinya. Walau untuk itu aku harus mengaduk-aduk isi Ranah Sembilan pun akan aku lakukan!” suara Kinan menekan kuat.

Amon agak terperangah sesaat. Keadaan jadi sunyi. Amon menghela napas, lalu kemudian dia berkata lagi, “Aku tidak bisa membiarkan muridku yang bodoh mati dengan sia-sia tanpa yakin dia sudah menguasai ilmu bela diri yang benar. Sudahlah, lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan ikut.”

“Guru!” Kinan kaget, wajah Kinan jadi terlihat senang.

“Jangan senang dulu—aku hanya tidak mau kehilangan kesempatan untuk menemukan pelayanku. Kau harus memulihkan diri, selama perjalanan mencari adikmu aku akan mengajarimu hal yang diperlukan!”

Amon segera berjalan keluar. Dia memandangi bulan yang sama dari luar. Langit begitu kelam, entah mengapa bintang yang dipandanginya telah berubah menjadi wajah si mata biru.

Amon tersenyum sambil menghela napas, “Akhirnya aku pun berhasil di setir oleh gadis pintar itu. Seakan gadis itu bisa melihat masa depan saja. Baiklah, aku akan ikuti taruhan ini L, akan kujaga kakakmu seperti permintaanmu!!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status